Monthly Archives: July 2011

Catatan Ringan dari Ho Chi Minh City

Dalam rangka menghadiri suatu pertemuan ASEAN, saya akhirnya berkesempatan menjejakkan kaki di kota terbesar dan legendaris di Vietnam yaitu Ho Chi Minh City (HCMC). Bagi penggemar film-film perang, khususnya film perang mengenai Vietnam yang dibintangi Chuck Norris dan Silvester Stallone, HCMC tentunya bukanlah kota yang asing. Di kota inilah dulu tentara sekutu dibawah pimpinan Amerika Serikat menempatkan markas besar tentaranya guna mendukung tentara Vietnam Selatan menghadapi Vietnam Utara yang komunis. Selain itu, jauh sebelum perang Vietnam meletus, HCMC telah dikenal dunia sebagai ibu kota Vietnam Selatan dan Pemerintah kolonial Perancis dengan nama Saigon.

Di era modern saat ini, ketika Vietnam Selatan dan Utara telah bergabung menjadi suatu negara bersatu, HCMC pun tetap memiliki daya tarik sebagai salah satu kota terbesar di Vietnam. Bahkan kini HCMC telah tumbuh menjadi pusat kekuatan ekonomi Vietnam yang siap membawa negara tersebut bersaing di kawasan Asia Tenggara dan Asia. Di kota ini telah bermunculan gedung-gedung pencakar langit berdampingan dengan gedung-gedung peninggalan Perancis.

Blogger dan Kebebasan Berpendapat di ASEAN

Ditengah polemik pernyataannya bahwa media di Indonesia cenderung membuat berita yang memojokkan dan membuat headline berita berdasarkan pesan di BlackBerry Messenger (BBM) dan SMS (Kompas, 11 Juli 2011), dihadapan peserta Pertemuan Tingkat Menteri Luar Negeri  ASEAN ke-44 di Bali (19 Juli 2011), Presiden Soesilo Bambang  Yoedhoyono (SBY) justru memuji pembentukan Komunitas Blogger ASEAN sebagai suatu ide inovatif yang perlu diikuti ide-ide lainnya.

Presiden SBY mengatakan bahwa untuk pertama kalinya sejak 4 dekade lalu, ASEAN dihadapkan pada suatu realitas dimana frekuensi kontak antar anggota masyarakat (people-to-people contact) negara anggota ASEAN justru telah melampaui kontak antar pejabat pemerintah.

Pertemuan ASEAN dan Ketidakpastian Kawasan

Seminggu ke depan sepertinya akan menjadi pekan tersibuk bagi para Menteri Luar Negeri (Menlu) ASEAN, selain dihadapkan pada kegiatan rutin Pertemuan Menlu ASEAN (ASEAN Ministerial Meeting), mereka juga menyelenggarakan pertemuan dengan para Menlu negara mitra wicaranya yaitu Menlu China Yang Jiechi, Menlu Jepang Takeaki Matsumoto dan Menlu Korea Selatan Kim Sung-hwan dalam pertemuan ASEAN Plus Three, 10 Menlu mitra wicara ASEAN seperti Menlu AS Hillary Clinton, Menlu Rusia Sergey Lavrov, Menlu Polandia (mewakili Presidensi Uni Eropa) Radislow Sikorski dalam ASEAN Post Ministerial Conference Plus One dan 17 Menlu non-ASEAN anggota ASEAN Regional Forum (ARF) dalam Pertemuan ARF di Bali, 16-23 Juli 2011.

Sejumlah agenda pertemuan disiapkan dan dibahas mulai tingkat pejabat senior (Senior Official Meeting) hingga tingkat menteri. Permasalahan yang dibahas pun beragam, mulai dari konflik perbatasan, Laut China Selatan (LCS), demokratisasi dan perlindungan HAM, ketahanan pangan, energi, ekonomi dan perdagangan, pembangunan berkelanjutan, penanganan bencana alam, lingkungan hidup, perubahan iklim, terorisme, hingga kejahatan lintas batas. Dari padatnya agenda pertemuan dan banyaknyan isu yang dibahas, pertanyaan yang kemudian mengemuka adalah apakah pertemuan ASEAN tersebut akan mampu menghasilkan sejumlah kesepakatan konkret di tengah perkembangan kawasan yang penuh ketidakpastian?

Menyoal Prioritas Berlalu Lintas

Macet sudah menjadi menu sehari-hari bagi warga Jakarta dan sudah masuk tingkat yang sangat memprihatinkan. Penyebab utama kemacetan yang kian parah adalah meningkatnya volume kendaraan yang beroperasi, sementara  penambahan kapasitas jalan tidak mencukupi. Tidak heran jika para pengguna jalan saling berebut menggunakan kapasitas jalan raya agar tidak terlambat tiba di tujuan.

Bagi masyarakat umum memang tidak ada pilihan lain selain berupaya sendiri untuk berebut lahan jalan dan memanfaatkannya semaksimal mungkin. Namun bagi pejabat ataupun orang yang mampu, upaya untuk berebut lahan jalan raya bisa menjadi lebih mudah dengan menggunakan jasa pengawalan menggunakan mobil/motor polisi (voorrijder). Mobil/motor polisi inilah membunyikan sirine untuk meminta pengguna jalan lain memberi jalan terhadap yang dikawalnya.

Teladan Abhisit Vejjajiva

Masih berusia muda, Sarjana dan Master dari Universitas Oxford, Abhisit Vejjajiva, Perdana Menteri (PM) Thailand ke 27 yang berkuasa sejak tahun 2008, mstinya sangat layak untuk tetap memimpin Partai Demokrat. Tapi pilihan untuk meneruskan kepemimpinannya di Partai Demokrat tidak dilakukannya. Ia lebih memilih untuk mundur sebagai bentuk pertanggungjawabannya karena Partai Demokrat gagal memenangkan kursi mayoritas pada pemilihan umum (pemilu) Parlemen tanggal 3 Juli 2011. “Saya memutuskan untuk mundur karena saya tidak dapat memimpin partai meraih kemenangan dalam pemilu”, demikian pernyataan PM Thailand Abhisit Vejjajiva sehari setelah pelaksanaan pemilu 3 Juli 2011 dimana Partai Demokrat yang dipimpinnya sejak tahun 2005 gagal meraih suara mayoritas dan kalah dari Partai Pheu Thai pimpinan Yingluck Shinawatra.

Sebelumnya, hanya beberapa jam setelah pelaksanaan pemilu dan hasil hitung cepat memperlihatkan kekalahan partainya, Abhisit pun segera mengakui kekalahannya dan memberikan ucapan selamat kepada Partai Pheu Thaui dan Yingluck yang akan menggantikannya sebagai PM Thailand yang baru.

Si Cantik Yingluck Shinawatra Pimpin Thailand

Di Thailand saat ini, siapa yang tidak mengenal wanita cantik yang bernama Yingluck Shinawatra. Ia baru saja terpilih menjadi Perdana Menteri (PM) wanita pertama di negeri yang berjuluk Gajah Putih tersebut setelah partai yang dipimpinnya meraih suara mayoritas pada Pemilihan Umum (pemilu) yang berlangsung pada tanggal 3 Juli 2011.

Tapi siapa yang nyana bahwa ketika lulus dari Fakultas Ilmu Politik dan Administrasi Publik Universitas Chiang Mai pada tahun 1988 dan meraih gelar Master Administrasi Publik Unversitas Kentucky State, AS, pada tahun 1991,  Yingluck sebenarnya tidak berkeinginan untuk menjadi politikus dan bekerja di pemerintahan. Ia lebih memilih bekerja di Shinawatra Directories Co., Ltd dan menjadi Direktur Pelaksana provider telekomunikasi milik kakak kandungnya, Thaksin Shinawatra, serta menjadi salah satu anggota Komite dan Sekretaris Yayasan Thaicom.

Thailand Larang Penggunaan Sosial Media Saat Pemilu

Hari Minggu ini (3 Juli 2011) Thailand kembali akan menggelar Pemilihan Umum (Pemilu) untuk memilih 500 orang anggota Parlemen. Seperti halnya setiap Pemilu dimana pun, selalu saja terdapat persaingan yang sangat ketat diantara masing-masing kandidat peserta pemilu. Kampanye dan upaya-upaya untuk meyakinkan para pemilih terus dilakukan dengan berbagai cara hingga saat-saat akhir sebelum pemilih masuk ke bilik suara. Dan di era teknologi informasi dewasa ini, salah satu cara yang digunakan untuk meyakinkan calon pemilih adalah dengan menggunakan internet dan sosial media. Hal ini sudah terbukti dari pengalaman di beberapa negara, seperti Iran dan sejumlah negara Afrika Utara seperti Mesir dan Libya, dimana internet dan sosial media berperan penting dalam menggerakkan massa.

Berkemah di Kuburan, Siapa Minat?


Apa yang anda bayangkan jika ditanyakan tentang kuburan atau makam? Pasti bayangan yang muncul adalah sebuah tempat yang menyeramkan, dengan hantu-hantu yang bergentayangan setiap waktu. Bayangan tersebut ada benarnya jika anda membayangkan kawasan pemakaman yang umum dijumpai di Indonesia, selain menyeramkan, kawasan pemakaman umumnya kumuh dan kotor. Tidak mengherankan jika banyak orang yang enggan ke pemakaman selain untuk berziarah ke makam keluarga.

Tapi di Taiwan, khususnya di  Yilan County, terdapat sebuah kawasan pemakaman yang justru dijadikan tempat  wisata perkemahan. Pemerintah daerah Yilan County menawarkan Sakura Cemetery Park, kawasan pemakaman seluas 45 hektar dan dapat menampung 7000 jenazah, sebagai tempat wisata perkemahan.