Monthly Archives: October 2011

Reportase saya “Hebat, China Luncurkan Satelit Eropa” muncul di Kompas Cetak

Menulis reportase atau opini di blog bagi saya menjadi suatu kesenangan tersendiri. Selain untuk berbagi pengalaman, semoga apa yang saya tulis bisa menginspirasi para pembacanya. Saya menulis di blog pribadi dan di beberapa  tempat seperti bloggerbekasi, aseanblogger dan Kompasiana.  Harapannya apa yang saya tulis dapat menjangkau banyak pembaca sesuai segmentasinya.

Nah kesempatan untuk lebih banyak menjangkau pembaca muncul ketika salah satu tulisan yang saya publikasikan di Kompasiana tanggal 9 Oktober 2011 selain menjadi head line di Kompasiana, juga dimuat di harian Kompas cetak edisi 13 Oktober 2011. Tulisan tersebut muncul di halaman khusus para blogger Kompasiana yang disebut #freez.  Dengan oplah sekitar 600 ribu per hari, maka tentu saja tulisan saya diharapkan bisa dibaca pembeli Koran Kompas sebanyak itu. Kalaupun tidak dibaca oleh semuanya, dibaca oleh sepertiganya saja sudah sangat beruntung. Wow, dibaca 200 ribu orang dalam sehari, apa enggak keren tuch.

Setan Merah Pun Terkulai Di Kaki City

Dalam suatu pertandingan sepakbola dimana kondisi dua tim berimbang, jangan pernah sekalipun kehilangan pemain karena kartu merah. Akibatnya bisa fatal, bahkan untuk tim sekelas Manchester United (MU).  Ketika MU kehilangan Jonny Evans yang diusir wasit di awal babak kedua, MU pun takluk dengan skor telak  Hal ini sangat mengejutkan mengingat di awal kompetisi, MU terlihat perkasa dengan mengantungi 5 kemenangan berturut-turut dengan dengan skor telak. Tapi Minggu malam kemarin (23/10), keperkasaan Setan Merah (sebutan bagi MU) seolah sirna ketika babak belur dihantam klub sekotanya, Machester City (the Citizen) dengan skor telak 1-6. Ini merupakan kekalahan telak pertama Setan Merah dalam sebuah pertandingan derby (pertandingan antar tim sekota) sejak tahun 1955 (66 tahun lalu) dimana saat itu the Citizen memukul Setan Merah dengan skor 5-0. Sebagai pendukung MU, saya tentu saja kecewa dengan kekalahan tersebut, karena berarti MU gagal merebut puncak klasmen.

Kemenangan telak the Citizen atas MU tersebut justru memperkokoh statusnya sebagai pemimpin klasmen sementara dengan angka 25 dan membuktikan bahwa uang memang berbicara di sepak bola. Sekitar 5-10 tahun lalu para pendukung the Citizen masih merasa sebagai pendukung klub sepak bola kelas dua. The Citizen masih jauh dari bayang-bayang kebesaran MU yang selalu meraih gelar demi gelar, bukan hanya di Inggris tetapi juga di Eropa. Ketika pelatih MU Sir Alex Fergusson berkali-kali mengangkat piala-piala kemenangan di berbagai kompetisi di Inggris dan Eropa, para pendukung the Citzen hanya bisa berdoa agar klubnya tidak terdegradasi dari liga utama.

Serunya Menyusuri Beijing Dengan Sepeda

Di dalam badan yang sehat terdapat jiwa yang sehat, begitu nasihat bijak yang sering kita dengar. Untuk menjaga kesehatan, banyak cara bisa dilakukan salah satunya melalui kegiatan sepeda gembira (fun bike) menyusuri jalanan kota seperti yang dilakukan Kedutaan Besar RI (KBRI) di Beijing dengan menggelar “Indonesia Autum Fun Bike Beijing 2011” pada hari Minggu, 16 Oktober 2011.

Kegiatan yang digelar untuk pertama kalinya sejak 16 tahun lalu, selain untuk menyalurkan hobi bersepeda dan menjaga kesehatan, juga menjadi sarana untuk mengakrabkan warga Indonesia dan mengenali Beijing dari sadel sepeda. Dipilihnya kegiatan bersepeda tidak terlepas dari kegunannya yang multi fungsi dalam menjaga kesehatan tubuh, jiwa dan pikiran. Selain itu, sepeda merupakan sarana transportasi yang banyak digemari masyarakat karena ramah lingkungan, nyaman dan ekonomis.

Sholat Jumat di Masjid Niujie Beijing

Waktu masih menunjukkan sekitar pukul 11.00 ketika Jumat kemarin saya tiba di komplek Masjid Niujie, sebuah mesjid tertua di Beijing yang dibangun pada tahun 996 oleh seorang cendikiawan Arab bernama Nasuruddin. Sesuai nama yang diberikan oleh Kaisar Zhengtong dari Dinasti Ming pada tahun 1474, masjid ini sebenarnya bernama “Libaisi (puisi putih)”. Namun karena bangunan komplek masjid tersebut menghadap sisi Niu Jie, sebuah nama jalan yang berarti Jalan Sapi (Niu=Sapi, Jie=jalan), maka komplek masjid tersebut pun lebih dikenal sebagai Masjid Niujie.

Dibangun di atas area seluas 10 ribu meter persegi di Distrik Xuanwu, sebuah distrik dengan komunitas muslim terbesar di Beijing, di dalam komplek terdapat sebuah bangunan utama yang disebut sebagai Grand Hall dan bangunan pendukung yang dikelilingi tembok setinggi sekitar 4 meter. Bangunan utama berfungsi sebagai masjid utama, sedangkan gedung-gedung penunjang berfungsi sebagai tempat wudhu, ruang pertemuan dan pamer, tempat tinggal imam masjid, dapur, gudang, dan masjid khusus untuk wanita.  Selain bangunan-bangunan tersebut, terdapat pula 2 makam Sheikh yang pernah menjadi guru di masjid tersebut dan meninggal pada tahun 1280 dan 1283.

Penjaga Toko Berbahasa Indonesia

“Apa kabaal, mulah-mulah, lima puluh lima puluh” begitu sapaan para penjual dan penjaga toko setiap kali saya dan istri melintas di depan kios-kios mereka yang berada di dalam Pasar Ya Show, sebuah pasar berlantai 6 di pusat kota yang oleh para wisatawan atau orang asing yang tinggal di Beijing dikenal sebagai sebuah pasar tempat menjual pakaian dan berbagai produk imitasi dengan harga murah.

“Wah hebat juga nich, bahasa Indonesia dikenal di Beijing, setidaknya di Pasar Ya Show” pikir saya kagum ketika baru pertama kali berkunjung dan mendengar sapaan para penjual dan penjaga toko, yang ternyata hampir sebagian besar bisa menggunakan beberapa kata dalam bahasa Indonesia dengan tepat.

Peringatan HUT ke-62 RRC

Pada tanggal 1 Oktober 2011 rakyat China memperingati Hari Ulang Tahun  (HUT) ke-62 pembentukan negara Republik Rakyat China (RRC) yang dideklarasikan oleh Pemimpin Partai Komunis China (PKC) Mao Zedong pada 1 Oktober 1949. Peringatan dilakukan secara meriah dan beragam di seluruh negeri diikuti libur nasional selama seminggu.  Khusus di Beijing, penyelenggaraan kegiatan dipusatkan di sekitar lapangan Tian’anmen, mulai dari jamuan makan malam menjelang peringatan hingga upacara peletakan karangan bunga di Monumen Pahlawan Rakyat.

Rangkaian bunga warna warni menghiasi berbagai sudut lapangan Tian’anmen. Sementara persis di tengah lapangan dipasang sebuah lampion raksasa setinggi 50 meter dan berdiameter 50 meter. Di sekeliling lampion digelar hamparan bunga warna-warni menyerupai karpet dengan salah satu sisinya terdapat tulisan “1949-2011”. Untuk lebih mempercantik suasana, gerbang utama menuju Forbidden City dan merupakan salah satu gedung utama di kawasan lapangan Tian’anmen pun dihiasi lampu-lampu diseklilingnya sehingga terlihat gemerlap di malam hari.