Monthly Archives: March 2012

Pertempuran Waterloo: Sebuah Rekonstruksi Sejarah

Kawasan ladang pertanian Waterloo, sebelah selatan Brussel, merupakan tempat yang tidak terlupakan bagi Napoleon dan pasukannya. Di tempat inilah pada hari Minggu, 18 Juni 1815 berlangsung pertempuran antara 124 ribu tentara Perancis yang dipimpin langsung oleh Sang Kaisar Napoleon melawan gabungan tentara sekutu Anglo-Belanda, Prusia dan Rusia (200an ribu). Setelah bertempur sengit dan terbuka selama 8 jam, Perancis akhirnya takluk dan Napoleon mundur bersama tentaranya ke Paris.

Peristiwa ini juga sekaligus menjadi kekalahan terakhir Napoleon, karena setelahnya itu ia diasingkan oleh Inggris ke pulau Saint Helena yang berada di lautan Atlantik, sekitar 2000 km dari Afrika. Napoleon menghabiskan waktunya selama 6 tahun terakhir di pulau tersebut, sebelum meninggal pada tanggal 5 Mei 1821.

Pujian Terhadap SBY dan Kesadaran Kolektif Berbangsa

Ada yang menarik dari sesi press briefing kunjungan Presiden SBY ke RRT pada tanggal 24 Maret 2012 yaitu pernyataan Pemimpin Redaksi Kompas Rikard Bagun dan tanggapan SBY terhadap pernyataan tersebut.

Dalam pertemuan yang berlangsung di salah satu ruangan di hotel tempat SBY dan anggota delegasi menginap, Rikard Bagun mengungkapkan mengenai fenomena keberhasilan pembangunan di Indonesia yang di satu sisi mendapat pujian dari dunia internasional, namun di sisi lain keberhasilan tersebut ternyata tidak diikuti dengan kesadaran kolektif masyarakat di dalam negeri untuk memanfaatkan berbagai pengakuan internasional, tetapi justru cenderung melecehkan diri sendiri dan meremehkan berbagai keberhasilan yang telah dicapai.

Universitas Tsinghua Beri Gelar Doktor Honoris Causa untuk Presiden SBY

Di tengah berbagai kritik di dalam negeri, sebuah pengakuan internasional kembali diberikan kepada  Presiden SBY. Kali ini pengakuan tersebut diberikan oleh Universitas Tsinghua (bukan Xinhua seperti ditulis wartawan Kompas), Beijing, yang akan menganugerahkan gelar Doktor Honoris Causa kepada Presiden SBY saat melakukan kunjungan kenegaraan ke RRT pada tanggal 22-24 Mei 2012.

Seperti dikatakan oleh Duta Besar Tiongkok untuk Indonesia, Liu Jianchou, kepada berbagai media di Jakarta pada Kamis 15 Maret 2012, anugerah Doktor Honoris Causa diberikan, karena SBY adalah seorang pemimpin yang dihormati dan dihargai oleh pemuda Tiongkok. Sementara menurut Juru bicara kepresidenan Teuku Faizasyah  gelar itu diberikan sebagai penghargaan atas kemajuan Indonesia di bawah kepemimpinan SBY. Di antara kemajuan tersebut, lanjutnya, adalah pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan daya tahan di tengah krisis global.

Muslim Tiongkok di Kongres Rakyat Nasional

Ada pemandangan menarik di pertemuan anggota parlemen atau Kongres Rakyat Nasional Tiongkok yang tengah berlangsung di Beijing dari tanggal 5-15 Maret 2012 yaitu adanya beberapa orang anggota parlemen yang mengenakan jilbab dan kopiah di antara 2.987 anggota parlemen Tiongkok yang hadir.

Dengan serius mereka mengikuti setiap sesi pertemuan, mencatat dan menyimak paparan yang disampaikan para pemimpin tertinggi RRT seperti Presiden RRT Hu Jintao, PM Wen Jiabao dan Ketua Palemen Wu Bangguo. Selain itu, dengan tetap mengenakan jilbab dan kopiah mereka pun menghadiri kegiatan di luar persidangan seperti undangan jamuan teh dari Presiden RRT Hu Jintao.

Warna Etnis Di Kongres Rakyat Nasional Tiongkok

Sebanyak 2.987 anggota parlemen Tiongkok, terbesar di dunia, saat ini sedang berkumpul di Beijing guna menghadiri Kongres Perwakilan Rakyat Nasional Tiongkok atau biasa disebut dengan Kongres Rakyat Nasional (KRN). Selama 10 hari mulai dari tanggal 15 s/d 15 Maret 2012 para anggota parlemen yang merupakan utusan dari seluruh provinsi, golongan dan etnik yang ada di Tiongkok hadir dalam pertemuan tahunan yang membahas program kerja pemerintah tahun 2012 dan berbagai program legislasi terkait.

Seperti halnya Indonesia,  Tiongkok adalah bangsa yang multi etnik. Selain etnik Han yang merupakan suku bangsa terbesar dengan jumlah 92% dari total penduduk Tiongkok, terdapat 55 etnik lain yang keberadaannya diakui oleh Kontitusi Tiongkok. Setiap kelompok etnik memiliki budaya, tradisi dan kebiasaan hidup yang berbeda satu sama lain, unik dan dinamis.

Masjid Dongsi Beijing

Masjid Dongsi merupakan salah satu masjid tertua di kota Beijing yang dibangun pada tahun 1447 oleh Cheng Yu, seorang panglima militer pada masa pemerintahan Dinasti Ming (1368-1644). Pada tahun 1450, oleh Kaisar Jingtai dari Dinasti Ming,  masjid ini diberi nama masjid Qingzhensi (yang berarti kemurnian dan kebenaran). Namun demikian masjid tersebut kemudian lebih dikenal sebagai masjid Dongsi yang diambil dari nama jalan dimana masjid ini berada yaitu jalan Dongsi Selatan No.13, Distrik Dongcheng, Beijing.

Berada di kawasan pemukiman yang padat di distrik Dongcheng, masjid Dongsi dibangun dengan gaya arsitektur China yang kental dimana seluruh bangunan yang terdapat di dalam komplek masjid didirikan dalam satu kesatuan yang mengutamakan tata ruang rumah pekarangan yang simetris berporos di tengah, menggunakan kayu sebagai bahan utama bangunan, dan penggunaan warna merah yang dominan.