Monthly Archives: October 2014

Prof Tjipta Lesmana: Jokowi Mesti Belajar Dari Korea Utara Soal Berdikari

Tjipta Lesmana Beijing“Jangan mudah percaya dengan politikus Indonesia karena mereka pandai memainkan political impression. Politik Indonesia dewasa ini masih belum matang, masih diwarnai aroma politik balas dendam”, demikian komentar pengamat komunikasi politik dan dosen Universitas Pelita Harapan Profesor Tjipta Lesmana menanggapi perkembangan politik di Indonesia, khususnya menanggapi pertemuan antara Presiden terpilih Joko Widodo (Jokowi) dan pesaingnya, Prabowo Subianto, dalam acara bincang-bincang dengan Duta Besar dan staf KBRI serta mahasiswa Indonesia yang digelar di aula KBRI Beijing, Sabtu 18 Oktober 2014.

Pengamat yang dikenal suka ceplas ceplos ini kemudian menambahkan bahwa sidang DPR dan MPR kemarin menjadi bukti berlangsungnya drama politik yang luar biasa. Politik balas dendam terlihat dalam bentuk sapu bersih kursi kepemimpinan kedua lembaga tersebut. Tujuannya adalah untuk mempersiapkan langkah untuk setiap saat menggoyang dan menjatuhkan pemerintah yang berkuasa melalui impeachement.

Karena itu menurut Tjipta Lesamana, kunci sukses agar Jokowi bisa bertahan sebagai presiden adalah adanya kabinet kerja yang professional dengan program-program pro rakyat. Jika susunan kabinet pemerintahan Jokowi tidak jauh lebih baik dari susunan kabinet pemerintahan Presiden SBY dan berbagai program yang dilakukan memberatkan masyarakat serta hanya menekankan pada pencitraan, maka pemerintahan Jokowi tidak akan lama.

Masa Depan Demokrasi di Hong Kong

hong kong demonstrationBom waktu bernama demokrasi warisan Inggris tahun 1997 akhirnya meletup 17 tahun kemudian ketika demonstrasi pelajar dan mahasiswa yang mengatasnamakan gerakan pro demokrasi berlangsung pada akhir September 2014. Sekitar sepuluh ribu demonstran menduduki kawasan pusat keuangan Hong Kong guna menolak keterlibatan Beijing dalam nominasi calon Kepala Eksekutif Hong Kong pada pemilihan umum langsung tahun 2017 mendatang.

Disebut sebagai bom waktu karena isu demokrasi sejatinya ditinggalkan Gubernur Hong Kong terakhir, Chris Patten, menjelang pelepasan Hong Kong di tahun 1990an. Oleh Beijing, isu demokrasi diadopsi dalam Basic Law pada tahun 1990 yang di antaranya memasukkan komitmen pemilihan kepala eksekutif di Hong Kong secara langsung pada tahun 2017 dan pencalonannya akan dilakukan oleh sebuah komite pemilihan.

Dimasukannya isu demokrasi oleh Beijing pada saat itu merupakan suatu lompatan besar karena ketika menjadi koloni Inggris, masyarakat Hong Kong justru tidak mengenal praktik demokrasi dalam memilih pemimpinnya. Di bawah koloni Inggris, tidak sedikitpun masyarakat Hong Kong menikmati kehidupan berdemokrasi karena sebanyak 28 orang Gubernur yang pernah memimpin Hong Kong adalah pejabat yang ditunjuk langsung oleh London.

Ketika pada tahun 1997 Hong Kong kembali ke Tiongkok, setelah selama 155 tahun berada di bawah koloni Inggris, isu demokrasi langsung diimplementasikan sehingga masyarakat Hong Kong bisa memiliki anggota parlemen yang setengahnya dipilih langsung oleh publik dan setengahnya lagi merupakan perwakilan dari apa yang disebut sebagai konsitusi fungsional. Sedangkan pemimpin Hong Kong yang disebut sebagai Kepala Eksekutif dipilih sendiri oleh masyarakat Hong Kong melalui sebuah komite yang beranggotakan 1.200 orang.

Sholat Idul Adha di Beijing

IMG_20141005_093845Berbeda dengan kegiatan lebaran haji tahun 1434 H (2013) dimana saya dan istri menjalankan rangkaian ibadah haji di tanah suci Mekkah, maka pada kegiatan haji tahun ini saya melaksanakan salah satu kegiatan haji dengan melaksanakan sholat Iedul Adha berjamaah di masjid Dongsi, Beijing.

Agak sedikit terlambat, saya tiba di masjid Dongsi sekitar pukul 09.35. Kegiatan sholat Idul Adha sudah dimulai dengan penyampaian khotbah Idul Adha dalam bahasa Mandarin oleh seorang khotib muda yang belakangan saya ketahui bernama Imam Khailullah. Dengan tenang dan suara yang mantab, alumni Beijing Islamic College ini menyampaikan khotbah dari mimbar yang diletakkan agak sedikit ke tengah, sehingga terkesan dikelilingi jamaah.  Dengan pasih ia menyampaikan mengenai hikmah idul adha dengan antara lain mengutip ayat-ayat suci Al Quran yang terkait dengan pelaksanaan kurban. Para jamaah yang terdiri dari para orang tua dan anak-anak muda yang sebagian besar berpeci putih terlihat menyimak dengan seksama pesan-pesan yang disampaikan oleh sang khotib.