Monthly Archives: July 2015

Ojek Dari Masa Ke masa

gojek vs ojekHampir setiap hari dalam perjalanan menuju dan pulang kantor, jika tidak menyetir kendaraan sendiri, saya lebih memilih naik ojek dibandingkan naik angkutan umum roda empat seperti angkot. Meski membayar lebih mahal dibanding angkot dan sering was-was karena ojek kerap memotong kendaraan di depannya dengan kecepatan tinggi dan penumpang tidak dilengkapi helm, namun naik ojek bisa membawa saya lebih cepat ke tempat tujuan karena lebih leluasa menerobos kemacetan lalu lintas.

Pengalaman naik ojek sendiri bagi saya bukanlah hal yang baru. Sejak sekolah menengah saya sudah terbiasa naik ojek untuk pergi dan pulang ke sekolah. Saat itu belum ada ojek motor seperti sekarang ini, yang ada adalah ojek sepeda. Saya kerap naik ojek sepeda ke sekolah. Sepeda yang digunakan adalah sepeda yang sekarang dikenal sebagai sepeda ontel. Layanan ojek sepeda ini sampai sekarang masih tetap bertahan di kawasan tempat saya tinggal dulu, bersaing dengan ojek motor. Selain di kawasan tempat saya tinggal dulu, ojek sepeda juga masih banyak dijumpai di kawasan stasiun Jakarta Kota.

Dari sejarahnya, saya tidak tahu persis kapan kemunculan ojek di Jakarta untuk pertama kali. Namun menurut infografik yang dibuat Poligrabs, yang mengacu dari beberapa sumber di blog, ojek di Jakarta muncul di daerah Ancol pada tahun 1974 menyusul keberadaan ojek di Jawa Tengah tahun 1969. Tidak ada penjelasan lebih lanjut mengenai asal-usul tersebut.

Baber Bukan Bukber

bukber 2Alhamdullilah dalam Bulan Ramadhan 1436 H (2015) ini saya berkesempatan mengikuti berbagai kegiatan buka puasa bersama (biasa disingkat bukber) dengan teman-teman kantor, teman sekolah dan kuliah. Hampir setiap minggu saya mengikuti bukber di tempat-tempat yang berbeda seperti di restoran, rumah dan masjid.

Saking seringnya mengikuti kegiatan buka puasa bersama, maka istilah bukber pun menjadi akrab di telinga saya. Dan menyaksikan antusiasme masyarakat Indonesia dalam mengikuti atau mengadakan bukber, terutama masyarakat di kota-kota besar, saya pun yakin bahwa kosakata bukber juga akrab di telinga masyarakat Indonesia pada umumnya, khususnya di saat Bulan Ramadhan. Di bulan ini, berbagai komunitas, organisasi, teman kantor, teman sekolah, mantan teman sekolah atau bahkan lingkungan di sekitar kita kerap menyelenggarakan bukber di berbagai tempat seperti restoran, hotel, mall, atau cafe.

Secara harfiah, makna “buka puasa” sebenarnya memiliki makna yang agak aneh karena kegiatan yang dilakukan sebenarnya adalah untuk membatalkan atau menutup puasa karena makan saat puasa berarti mengakhiri puasa pada hari itu. Puasa justru “dibuka” dengan makan sahur menjelang fajar tulis Rohman Budijanto dalam  artikel “Mudik” di majalah Tempo terbitan 6-12 Juli 2015. Merujuk penjelasan ini, maka ke depan nya mungkin perlu dipopulerkan istilah baru yang lebih sesuai secara harfiah yaitu “baber”, kependekan dari batal puasa bersama. Cara membatalkannya dengan makan dan minum bersama.