Monthly Archives: June 2017

Melihat Orang Jawa di Seberang Lautan

Judul: Jejak Orang Jawa di New Caledonia

Penulis: Widyarka Ryananta

Penerbit: Peniti Media

Tahun terbit: April 2017

Tebal: 248

ISBN: 978-602-6592-03-3

Setelah bekerja keras dalam tiga bulan terakhir menjelang selesainya masa penugasan sebagai Konsul Jenderal RI di Noumea, New Caledonia, akhirnya Widyarka Ryananta, berhasil menyelesaikan bukunya “Jejak Orang Jawa di New Caledonia”. Buku tersebut diluncurkan pada Jumat, 21 April 2017 di Benteng Vredeburg, Yogyakarta bersamaan dengan kegiatan “Javanese Diaspora 3” yang dihadiri Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Sri Sultan Hemengku Buwono X serta ratusan wakil Diaspora Jawa dari berbagai belahan dunia, termasuk keturunan Jawa dari wilayah New Caledonia.

Sejarah dan kisah kehidupan diaspora Jawa di New Caledonia selama ini memang belum banyak diketahui masyarakat Indonesia. Masyarakat Indonesia hanya mengetahui keberadaan penduduk keturunan Jawa di Suriname, sebuah negara di Amerika Latin, yang sama seperti Indonesia juga pernah dijajah Belanda. Padahal di New Caledonia terdapat pula komunitas masyarakat Jawa yang jumlahnya cukup besar.

Buku setebal 248 halaman berisi 32 artikel yang diterbitkan oleh Peniti Media ini merupakan kumpulan potret dan pengalaman hidup diaspora Jawa di New Caledonia yang dicatat oleh penulisnya selama menjadi Konsul Jenderal RI di Noumea (ibu kota New Caledonia) periode Desember 2014 – Maret 2017. Melalui buku ini penulis ingin memberikan gambaran kepada pembacanya mengenai suka duka kehidupan orang-orang keturunan Jawa di New Caledonia.

Selamat Datang Kembali Pancasila

Enam tahun lalu, tepatnya 1 Juni 2011, saya mengunggah tulisan di blog pribadi mengenai “Pancasila dan Gedung Pancasila yang Kesepian”. Saya menceritakan mengenai kesamaan nasib Pancasila dan gedung tempat kelahirannya di jalan Taman Pejambon yang sama-sama kesepian.

Mengutip pendapat Daoed  Joesoef, mantan Menteri pendidikan di era Soeharto, di Kompas 1 Juni 2011, Pancasila kesepian karena nilai-nilainya telah direduksi sedemikian rupa, salah satunya sila pertama Ketuhanan Yang Maha Esa yang direduksi menjadi Keagamaan Yang Maha Esa dan ukuran ”keesaan” itu adalah besarnya jumlah penganut. Sementara Gedung Pancasila yang terletak di komplek Kementerian Luar Negeri Jalan Pejambon Jakarta, tempat dicetuskannya Pancasila oleh Soekarno pada 1 Juni 1945, kerap kesepian karena jarang sekali digunakan untuk kegiatan sosialisasi sejarah dan nilai-nilai Pancasila, bahkan di hari kelahiran Pancasila itu sendiri.

Entah kemungkinan ada yang menyampaikan tulisan saya di blog kepada pihak Istana Presiden, maka setelah 1 Juni dinyatakan oleh Pemerintah sebagai hari kelahiran Pancasila pada 2016, puncak peringatan pertama kelahiran Pancasila di tahun 2017 ini dilaksanakan di Gedung Pancasila, tempat dimana Soekarno menyampaikan gagasan mengenai Pancasila pada 1 Juni 1945. Peringatan yang berlangsung khidmat dipimpin langsung oleh Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) serta dihadiri oleh seluruh pejabat tinggi negara dan perwakilan anggota masyarakat, termasuk tokoh-tokoh lintas agama.