Monthly Archives: May 2020

Tradisi Saling Memaafkan di Hari Lebaran

Minggu 24 Mei 2020 atau 1 Syawal 1441 H merupakan Hari Raya Idul Fitri atau Lebaran, hari yang istimewa bagi umat Muslim di seluruh dunia karena merupakan hari kemenangan setelah sebulan penuh berpuasa di bulan Ramadhan. Pada hari raya ini umat Muslim merayakan Lebaran dengan saling mengucapkan selamat.

Momen mengucapkan Lebaran sudah terjadi sejak dahulu kala. Ucapan yang paling sering digunakan yaitu Ied (Eid) Mubarak yang artinya Lebaran berkah. Ucapan tersebut dapat diartikan sebagai perayaan kegembiraan umat Muslim. Makna ucapan Lebaran adalah perayaan kegembiraan, sekaligus doa untuk umat muslim yang merayakannya. Untuk mengungkapkan kegembiraan dan doa tersebut dilakukan dengan berbagai cara.

Di di kawasan Timur Tengah, ucapan Lebaran biasanya menggunakan kalimat Taqabbalallahu minna waminkum, siyamana wasiyamakum, kullu am wa antum bikhair. “Artinya, semoga Allah menerima puasa kami dan kalian. 

Kearifan Lokal Sambut Lailatul Qadar

Lailatul Qadar di bulan Ramadhan merupakan malam yang ditunggu-tunggu oleh seluruh ummat Muslim yang beriman karena karena kebaikannya melebihi 1.000 bulan. Lailatul Qadar atau Lailat Al-Qadar (malam kemuliaan) adalah satu malam penting yang terjadi pada bulan Ramadhan, yang dalam Al Qur’an digambarkan sebagai malam yang lebih baik dari seribu bulan, juga diperingati sebagai malam diturunkannya Al Qur’an secara keseluruhan dari lauhul Mahfudz ke Baitul Izzah.

Kapan turunnya malam Lailatul Qadar sesungguhnya dirahasiakan oleh Allah dari umat manusia. Tidak ada yang tahu persis kapan turunnya malam Lailatu Qadar. Bahkan Rasullulkah Muhammad SAW sendiri hanya menganjurkan agar kita mencari malam tersebut terutama pada malam 10 hari terakhir bulan Ramadan.

Malam tersebut memiliki tanda-tanda khusus. Rasulullah Muhammad menyebutkan, lailatulqadar ada pada setiap Ramadan (H.R. Abu Dawud) dan lebih rinci lagi melalui riwayat lain dari jalur Aisyah, menyatakan “Carilah Lailatulqadar itu pada tanggal ganjil dari 10 hari terakhir bulan Ramadan” (H.R. Bukhari).

Pemimpin Jangan Berpura-pura dalam Mengelola Keadilan Sosial

Di tengah suasana wabah Covid-19 dan Ramadhan, banyak kegiatan institusi pemerintah dan swasta terpaksa dilakukan dari rumah, termasuk rapat-rapat dan diskusi dengan menggunakan berbagai aplikasi online (daring) seperti Zoom, Skype atau Jinsit. Dari sekian banyak kegiatan daring yang dilakukan tersebut, salah satu kegiatan yang sempat saya ikuti adalah diskusi daring bulan Ramadhan yang diselenggarakan Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) pada 7 Mei 2020.

Kegiatan yang berjudul “Kamis Bersama BPIP: Sila ke-5 Pancasila Perspektif Ayat-ayat Makkiyah” menampilkan narasumber tokoh bangsa Prof. Dr. Ahmad Syafii Ma’arif atau yang akrab dipanggil Buya Syafii Ma’arif, yang juga salah seorang anggota Dewan Pengarah BPIP.

Di ruang diskusi daring menggunakan Zoom, saya melihat sekitar 85 orang peserta diskusi dari berbagai daerah di Indonesia dan seorang di antaranya dari New Delhi, India. Selain menggunakan Zoom, kegiatan tersebut juga distreaming melalui channel Youtube BPIP.

Didi Kempot Penyanyi dengan Laku Pancasila

Berpulangnya penyanyi campursari Didi Kempot pada 4 Mei 2020 pagi karena henti jantung telah membuat kaget masyarakat Indonesia, khususnya para penggemarnya yang lintas generasi. Ia berpulang di bulan Ramadhan ketika sedang berada di puncak kejayaan sebagai penyanyi.

Terlahir dengan nama Dionisius Prasetyo, Didi Kempot adalah seorang “Lord of Ambyar yang mewartakan bahwa ambyar adalah kebenaran dan hidup ini sesungguhnya rapuh dan mudah berantakan” (“Ambyar” berasal dari bahasa Jawa yang artinya bercerai-berai, berpisah-pisah, atau tidak terkonsentrasi lagi. Bagi orang Jawa, ambyar bisa berarti remuk atau hancur), tulis Sindhunata dalam artikelnya “In Memoriam the “Lord of Ambyar”” (Kompas, 7/5/2020).

“Warta itu benar ketika manusia, sang raksasa kesombongan dan kebenaran ini, bisa dirobohkan oleh Covid-19 yang kecilnya melebihi seperseribu debu,” tambah Sindhunata.

Merujuk pernyataan Sindhunata, tidak mengherankan bila kita melihat Did Kempot lebih memilih berkisah tentang rindu dan patah hati dalam lagu-lagunya, daripada berkisah tentang sesuatu yang tidak diketahuinya dan bisa mengesankan kesombongan. Rindu dan patah hati adalah dua hal yang selalu ada dalam setiap diri manusia, yang apabila tidak disikapi dengan bijak bisa memunculkan sakit hati.

Ramadhan Bulan Kemerdekaan RI

Jumat 17 Agustus 1945 atau bertepatan dengan 9 Ramadhan 1334 H merupakan tanggal penting dalam sejarah Republik Indonesia. Pada tanggal ini, bertempat di halaman rumahnya Jalan Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta, Ir. Sukarno didampingi Mohammad Hatta membacakan teks Proklamasi yang menyatakan bahwa Indonesia telah menjadi negara yang merdeka.

Pembacaan teks Proklamasi yang dilakukan dalam suatu upacara sangat sederhana tersebut berhasil mengguncang dunia dan Indonesia mendapat dukungan serta apresiasi dari berbagai penjuru dunia.

Meski beberapa saat sebelum pembacaan teks Proklamasi, Bung Karno terkena gejala malaria tertiana, suhu badannya tinggi dan sangat lelah setelah begadang bersama para sahabatnya menyusun konsep naskah proklamasi di rumah Laksamana Maeda, dengan suara mantap dan jelas Sukarno membacakan naskah teks proklamasi yang digoreskan pada secarik kertas.