Monthly Archives: February 2023

Mie Koba, Sajian Mie Kuah Ikan Khas Bangka

Berkunjung ke Provinsi Bangka Belitung (Babel), terurtama pulau Bangka rasanya kurang lengkap tanpa mencoba kuliner khas Bangka, seperti mie koba. 

Mie koba adalah safian kuli ner bertahan dasar mie asal kota Koba di kabupaten Bangka Tengah, sekitar satu jam perjalanan dari Ibu kota Bangka Belitung, Pangkalpinang. 

Selain di tempat asalnya, mie koba dapat dijumpai di ibu kota Provinsi Babel, Pangkalpinang, salah satunya adalah kedai mie koba Iskandar di Jalan Balai. Setiap hari kedai ini banyak dikunjungi penyuka kuliner, bukan hanya warga Pangkalpinang, tetapi juga pendatang.

Di kedai mie koba Iskandar ini hanya ada menu tunggal yang ditawarkan yaitu mie koba dan telur rebus. Minuman yang dijual pun hanya air mineral dan teh botol. Tidak ada makanan atau minuman lain yang didagangkan seperti kerupuk, gorengan, teh manis, jeruk hangat atau minuman lainnya.

Kedai Kopi Tung Tau Yang Melegenda di Pulau Bangka

Ngoni di kedai kopi Tung Tau

Pulau Bangka lebih dikenal sebagai penghasil timah, bukan penghasil kopi. Tapi warga di pulau ini sangat akrab dan menyukai kopi. Tidak mengherankan apabila di ibukota Provinsi Bangka Belitung (Babel)

Pangkalpinang saja, dapat dengan mudah dijumpai warung kopi yang buka 24 jam di setiap sudut kota.

Salah satu kedai kopi yang sudah melegenda di Pangkalpinang adalah kedai kopi Tung Tau yang sudah ada sejak 1938. Nama kedai kopi Tung Tau diambil dari nama pendirinya, yaitu Fung Tung Tau

Kedai kopi ini menawarkan suasana tempo dulu yang khas dan mempertahankan ‘resep’ pembuatan kopi secara tradisional yang diturunkan dari generasi ke generasi. Kelebihan ini yang membuat kopi Tung Tau melegenda kenikmatannya.

Menurut warga Pangkalpinang, saat berjayanya tambang timah di Pulau Bangka, kedai kopi Tung Tau menjadi tempat nongkrong favorit para karyawan PT. Timah serta orang-orang Belanda yang menetap di sana kala itu.

Tempe Setengah Jadi

Tempe

Di sebuah desa hiduplah seorang ibu penjual tempe. Tak ada pekerjaan lain yg dapat dia lalukan sebagai penyambung hidup. Meski demikian, nyaris tak pernah lahir keluhan dari bibirnya. 

Ia jalani hidup dgn riang. “Jika tempe ini yg nanti mengantarku ke surga, kenapa aku harus menyesalinya…?”, Demikian dia selalu memaknai hidupnya.

Suatu pagi dia berkemas. Mengambil keranjang bambu tempat tempe …,  dia berjalan ke dapur. Diambilnya tempe-tempe yg dia letakkan di atas meja panjang. Tapiii…,  Deg! dadanya gemuruh. Tempe yg akan di jual, ternyata belum jadi….?

Masih berupa kacang kedelai, sebagian berderai, belum disatukan ikatan-ikatan putih kapas dari peragian. 

Tempe itu masih harus menunggu 1 hari lagi untuk jadi. Tubuhnya lemas…? Dia bayangkan, hari ini pasti dia tidak akan mendapatkan uang, untuk makan, dan modal membeli kacang kedelai lagi.

Di tengah putus asa, terbersit harapan di dadanya. Dia tau.., jika meminta kepada Allah, pasti tak akan ada yang mustahil. Maka, ditengadahkan kepala, dia angkat tangan, dia baca doa …,