Adapun tema peringatan HTTS tahun 2013 ini adalah ‘Larangan pemberian sponsor, promosi dan iklan tembakau’. Tema ini diambil karena larangan iklan dan pemberian sponsor tembakau merupakan salah satu cara yang efektif untuk mengurangi permintaan akan tembakau dan mengurangi jumlah perokok pemula, yang umumnya para pelajar.
Selain itu, larangan iklan rokok juga dimaksudkan untuk mengurangi salah persepsi seperti pandangan bahwa dengan merokok dapat memberikan kontribusi bagi pendapatan negara melalui pajak dan memberikan lapangan kerja bagi buruh pabrik rokok.
Tapi apakah peringatan tersebut efektif untuk mengurangi kebiasaan mengkonsumsi tembakau? Dari pengalaman tahun-tahun sebelumnya, setiap 31 Mei, di tengah peringatan HTTS para perokok tetap melakukan aktifitasnya mengkonsumsi tembakau. Bukan pemandangan yang aneh jika kita melihat para perokok tengah menghisap tembakau, meski di tengah keramaian seperti di stasiun kereta atau bus. Bahkan tidak jarang diikuti dengan kebiasaan buruk lainnya yaitu membuang puntung rokok sembarangan.
Bisa jadi kampanye HTTS masih kalah produktif dibanding iklan rokok di berbagai media, sehingga hanya sedikit anggota masyarakat dunia yang tahu dan paham tentang adanya peringatan untuk mengkonsumsi tembakau selama sehari.
Di samping itu, fakta yang tidak kalah menarik adalah adanya kenyataan bahwa tidak sedikit anggota masyarakat dunia yang sebenarnya tahu mengenai adanya HTTS, namun tidak mengikuti himbauan untuk tidak mengkonsumsi tembakau karena tidak bisa secara tiba-tiba menghentikan kebiasaan merokok yang sudah dilakukan bertahun-tahun. Jika tidak merokok, rasanya seperti ada sesuatu hal yang hilang, tidak bisa berkonsentrasi dalam bekerja dan belajar serta berbagai alasan lainnya.
Sebagai mantan perokok dan korban iklan rokok, merokok pertama kali ketika duduk di sekolah lanjutan atas karena terpengaruh iklan rokok yang menggambarkan seorang koboi sedang menghisap rokok, saya merasakan sendiri bagaimana sulitnya menghentikan kebiasaan merokok. Usaha saya untuk menghentikan kebiasaan merokok, pertama kali dilakukan pada tahun 1997 ketika anak pertama lahir. Saya mencoba menghentikan kebiasaan merokok dengan mengikuti berbagai nasehat dan tips berhenti merokok.
Saya pernah mengikuti anjuran berhenti merokok secara perlahan dengan mengurangi sedikit demi sedikit jumlah batang rokok yang dihisap. Saya juga pernah mengikuti anjuran menggantikan kebiasaan menghisap rokok dengan menghisap permen. Berbagai nasehat dan tips tersebut awalnya cukup sukses menghentikan kebiasaan saya merokok selama beberapa waktu, namun setelah itu kebiasaan merokok kembali muncul. Celakanya, setelah kembali merokok, jumlah batang rokok yang saya hisap justru meningkat dibanding sebelumnya.
Saya pun kemudian mencari cara lain untuk menghentikan kebiasaan buruk merokok, yaitu tetap merokok tetapi hanya dilakukan di luar rumah. Alasannya sederhana saja, agar anak saya yang masih kecil tidak terganggu asap rokok yang saya hisap. Cara ini cukup berhasil, setidaknya berhasil mengurangi jumlah batang rokok yang saya hisap.
Lagi-lagi saya tidak merasa puas dengan cara menghentikan kebiasaan merokok seperti tersebut di atas. Saya menilai kebiasaan tidak merokok di dalam rumah dan tetap merokok di luar rumah sebagai sikap munafik dan pura-pura. Saya tidak ingin anak saya kemudian melihat sikap kepura-puraan saya dan menirunya. Karena itu saya kemudian sampai pada suatu keputusan untuk terus merokok atau berhenti sama sekali, tidak setengah-setengah. Ketika keputusan diambil, maka harus dijalankan dengan didukung tekad yang lebih kuat.
Dengan tekad kuat dan alasan bahwa ‘merokok dapat mengganggu kesehatan’ seperti yang dituliskan pada setiap kemasan bungkus rokok, maka pada tahun 2000 saya memutuskan untuk berhenti merokok total. Cara yang dilakukan cukup sederhana yaitu ‘sekarang juga’ dan ‘sekaligus’. Berbekal pengalaman pernah berhenti merokok pada beberapa waktu sebelumnya, upaya menghentikan kebiasaan merokok ‘sekarang juga’ dan ‘sekaligus’ pada tahapan awal tidak menimbulkan hambatan.
Permasalahan muncul pada tahapan selanjutnya dimana godaan terkadang begitu besar untuk kembali merokok, termasuk pengaruh teman-teman di sekitar kita banyak yang merokok. Untuk mengatasinya, saya tidak berupaya menghindari atau menjauhi teman-teman yang memiliki kebiasaan merokok, yang saya lakukan hanyalah mengarahkan pola pikir atau mindset bahwa saya adalah bukan seorang perokok lagi. Saya mengibaratkan sebagai tentara yang akan menyerang musuh di sebuah pulau dengan menaiki kapal, ketika kapal yang ditumpangi dibakar atau dimusnahkan, maka tidak ada alasan untuk lari dari pulau tersebut. Pilihannya hanya satu, menaklukan musuh atau kalah.
Alhamdullilah, dengan tekad dan langkah tersebut di atas, saya berhasil memenangkan pertempuran dan berhenti merokok dari tahun 2000 hingga saat ini.
Jadi berhentilah merokok sekarang juga, kuncinya ‘sekarang juga’ dan ‘sekaligus’.
Leave a Reply