“Apa kabar?” demikian kalimat pembuka yang disampaikan PM Tiongkok Li Keqiang saat mengawali sambutan kuncinya di Indonesia-China Economic Cooperation Forum yang digelar pada tanggal 27 Maret 2015 di Great Hall of the People Beijing. Kalimat pembuka singkat dalam bahasa Indonesia tersebut kontan membetot perhatian sekitar 300 pebisnis dan investor peserta forum seperti yang tampak dari tepuk tangan yang diberikan mereka.
Selanjutnya dalam bahasa Mandarin PM Li Keqiang menyampaikan ucapan terima kasih kepada panitia yang memberikan kesempatan kepadanya untuk menyampaikan sambutan. Tidak berhenti sampai disitu, ia pun kemudian memuji presentasi yang disampaikan Presiden Joko Widodo sebelumnya.
“Terima kasih atas kesempatan yang diberikan kepada saya untuk memberikan sambutan di hadapan Presiden Joko Widodo dan para pengusaha Indonesia dan Tiongkok.”, demikian dikemukakan PM Li Keqiang.
“Tapi maaf saya agak sedikit kesal karena tidak dapat menyampaikan presentasi seperti Presiden Joko Widodo yang menggunakan Powerpoint. Namun demikian saya akan menanggapi pesan-pesan yang terdapat dalam presentasi Presiden Joko Widodo”, tambah PM Li Keqiang dengan nada santai yang disambut senyum dari Presiden Joko Widodo dan para peserta forum.
Ya berbeda dengan Presiden Joko Widodo yang menyampaikan sambutannya dengan gaya presentasi di atas panggung menggunakan bantuan layar lebar berisi paparan rencana pembangunan infrastruktur besar-besaran di Indonesia dan mengajak para pengusaha Tiongkok menanamkan modalnya, maka PM Li Keqiang menyampaikan sambutannya tanpa teks dan terkesan spontan.
“Presentasi Presiden Joko Widodo sangat baik dan lengkap. Kita bisa melihat kondisi perekonomian Indonesia saat ini dan proyeksinya ke depan. Untuk itu Pemerintah Tiongkok menjamin bahwa pengusahanya akan berinvestasi di Indonesia karena yakin akan memperoleh keuntungan bersama (win-win)”, puji PM Li Keqiang.
Langkah PM Li Keqiang untuk menyapa peserta forum menggunakan kata “apa kabar” untuk mengawali sambutannya jelas bukan tanpa sebab. Penyampaian kata “apa kabar” bisa disampaikan setiap orang saat bertemu, tapi bila kata-kata itu diucapkan oleh seorang pemimpin maka akan memberikan bobot yang lebih besar. Dalam kaitan ini PM Li Keqiang tampaknya ingin menunjukkan bahwa Tiongkok memberikan bobot perhatian yang lebih besar kepada Indonesia dan karenanya sangat ingin menjalin persahabatan yang lebih akrab dengan Indonesia.
Dipilihnya kata “apa kabar”, bukan “selamat siang” misalnya, juga tentunya telah dipertimbangkan dengan baik setelah mendengarkan masukan dari para pembuat draft sambutan dan penterjemahnya. Kata “apa kabar” yang berarti “bagaimana keadaan (anda)” memang lebih tepat digunakan untuk menanyakan keadaan atau kabar saat seseorang saling bertemu, baik saat pertama ataupun setelah beberapa kali bertemu.
Biasanya seseorang yang ditanya kabarnya akan menjawab dengan perkataan “kabar baik” atau sebaliknya “kurang baik”, kemudian disambung dengan pertanyaan kembali “apa kabar (anda)?”. Setelahnya percakapan pun akan mulai mengalir lancar dan berkembang sesuai dengan substansi pembicaraan yang diinginkan.
Disini tampak bahwa PM Li Keqiang berupaya untuk menggunakan pendekatan neuro-linguistic (bahasa neurologi) yaitu menggunakan pilihan kata-kata yang ditujukan pada pikiran subconsciousness (bawah sadar). Melalui pemilihan kata-kata yang tepat maka setiap orang akan merasa bahwa kata-kata itu ditujukan kepada dirinya secara individu.
Selanjutnya diketahui bahwa secara teoritis susunan pidato yang bagus selalu terdiri dari tiga bagian: pembukaan, batang tubuh dan penutup. Disini PM Li Keqiang memperlihatkan kecerdikannya, selain mengikuti teori, ia juga memilih untuk menggunakan kata-kata yang mudah dicerna untuk meraup perhatian hadirin. Berbeda sekali dengan model sambutan pejabat maupun orang pada umumnya di Indonesia, memulai sambutan dengan pengantar yang panjang lebar, setelah mengucapkan kata “apa kabar”, PM Li Keqiang langsung memuji presentasi Presiden Joko Widodo dan memberikan komitmen Pemerintah Tiongkok untuk mendorong pebisnis dan investornya menanamkan modal di Indonesia. Setelah itu barulah di dalam batang tubuh sambutannya ia menjelaskan alasan Tiongkok perlu mempererat hubungan kerja sama dengan Indonesia.
Menurut PM Li Keqiang terdapat dua faktor utama yang membuat hubungan ekonomi Indonesia dan Tiongkok dapat meningkat dan terjalin erat. Pertama, adanya kesamaan berupa jumlah penduduk yang besar. Dengan jumlah penduduk yang besar, selain memunculkan tantangan yang besar juga menciptakan peluang pasar yang besar pula. Karena itu Tiongkok memilih Indonesia sebagai mitra, salah satunya karena jumlah penduduknya yang besar.
Kedua, adanya faktor yang saling melengkapi. Indonesia memiliki sumber daya alam yang besar, sedangkan Tiongkok memiliki faktor-faktor produksi lainnya yang bisa memungkinkannya menjadi sebuah negara industri maju. Tiongkok dapat menghasilkan berbagai produk dengan harga yang sangat kompetitif dan memenuhi kebutuhan pasar dunia.
Jika pada bagian pembuka sambutannya PM Li Keqiang telah mempesona hadirin, bagaimana dengan bagian penutupnya? Saya menilai PM Li Keqiang telah mengakhiri sambutannya dengan klimaks yang membahana, sekaligus memberikan bola panas ke Indonesia, khususnya Pemerintah Indonesia. PM Li Keqiang menantang Indonesia untuk dapat menerapkan standar tinggi dan prosedur yang ketat bagi produk-produk Tiongkok.
“Memang harus diakui masih banyak permasalahan terkait kualitas produk Tiongkok, namun hal tersebut justru dapat dijadikan model tersendiri untuk bagaimana caranya meningkatkan kualitas produk Tiongkok sehingga menjadi suatu produk yang berkualitas. Untuk itu, saya berharap bahwa Indonesia dapat menerapkan peraturan dan standar produksi yang ketat dan tinggi bagi semua produk-produk Tiongkok yang masuk ke Indonesia””, demikian disampaikan PM Li Keqiang.
Meski tidak menyebutkan nama Presiden Joko Widodo, namun perrnyataan ini jelas merujuk pada pernyataan Presiden Joko Widodo 5 bulan lalu saat memberikan sambutan di forum bisnis Indonesia-Tiongkok di Beijing, Nopember 2014. Pada saat itu Presiden Joko Widodo mengemukakan fakta bahwa banyak produk tidak bagus dari Tiongkok yang masuk ke Indonesia.
Terakhir, tidak mau ketinggalan dengan Presiden Joko Widodo yang mengundang investor Tiongkok untuk menanamkan modal di. Indonesia, PM Li Keqiang juga mengundang investor Indonesia untuk menanamkan modalnya di Tiongkok. Undangan ini bukan tanpa dasar. PM Li Keqiang pasti paham bahwa tidak sedikit pebisnis dan investor sukses Indonesia merupakan keturunan Tionghoa yang masih memiliki ikatan emosional dengan leluhurnya, dan mereka inilah yang kemudian disasar untuk menanamkan sebagian modalnya di Tiongkok.
“Saya berharap investasi Indonesia di Tiongkok juga dapat terus meningkat”, demikian penutup sambutan PM Li Keqiang yang diikuti dengan tepuk tangan membahana dari peserta forum yang sebagian besar di antaranya memang adalah pebisnis dan investor Indonesia keturunan Tionghoa.
Akhirnya secara keseluruhan sambutan PM Li Keqiang sangat bagus, baik substansi maupun penyampaiannya. Meski tanpa teks dan alat bantu presentasi, penyampaiannya secara rileks jelas runtut dan mengena pesannya. Hal ini memperlihatkan bahwa PM Li Keqiang sangat menguasai permasalahàn dan mempersiapkan sambutannya dengan baik.
Leave a Reply