Asian Games 2018 Indonesia Hebat

“Indonesia kalian hebat. Indonesia berhasil mewujudkan Enegi Asia menjadi kenyataan”, begitu pujian yang disampaikan Presiden Dewan Olimpiade Asia (Olympic Council of Asia/OCA) Sheikh Ahmad Al-Fahad Al-Sabah saat menutup Asian games 2018, 2 September 2018. Apresiasi yang disampaikan Presiden OCA tersebut jelas mewakili apresiasi dunia internasional atas penyelenggaraan Asian games 2018 yang sangat sukses.

Bagi Indonesia sendiri, keberhasilan penyelenggaraan Asian Games 2018 menjadi pembuktian akan soliditas dan kemampuan bangsa Indonesia, bahwa Indonesia baik-baik saja. Indonesia berhasil membuktikan bahwa ia tidak hanya mampu sebagai penyelenggara tetapi juga sebagai peserta.
Sebagai penyelenggara, Indonesia menunjukkan bahwa ia layak dan memiliki kemampuan untuk menyelenggarakan pesta olahraga tingkat internasional. Apa yang dicapai Indonesia sebagai penyelenggara ini dapat menjadi modal dalam mendorong diplomasi melalui olahraga.

Dalam hubungan internasional, olahraga terbukti menjadi salah satu alat diplomasi yang mampu meredam konflik atau minimal mencairkan ketegangan antar negara yang tengah bertikai. Contoh, adanya tim gabungan Korea Utara dan Selatan di Asian Games 2018 memperlihatkan bahwa hubungan kedua Korea bisa mencair di dunia olahraga.

Sedangkan sebagai peserta, raihan medali yang diperoleh atlit-atlit Indonesia sebanyak 98 keping (31 emas, 24 perak dan 43 perunggu) menunjukkan bahwa atlit Indonesia bisa bersaing di tingkat internasional.

Di tengah keberhasilan Indonesia di Asian Games 2018 tentu saja terdapat kekurangan-kekurangan saat persiapan maupun saat penyelenggaraan. Demikian pula dengan raihan medali, ada sejumlah target yang gagal dicapai, tetapi ada pula yang diraih di luar perkiraan. Namun kekurangan-kekurangan tersebut justru bagus sebagai bahan introspeksi dan pembenahan ke depannya, khususnya dikaitkan dengan target raihan medali di event olahraga internasional.

Untuk sementara kita catat saja dulu keinginan Indonesia menjadi tuan rumah Olimpiade tahun 2032. Yang sangat penting adalah bagaimana Indonesia menghadapi Olimpiade 2020 di Tokyo dan Asian Games 2022 di Hangzhou. Kita tidak boleh berpuas diri dengan prestasi gemilang di Asian games 2018. Tak boleh puas hanya berprestasi di tingkat Asia dan menjadi jago kendang. Kita perlu menunjukkan prestasi yang juga tidak kalah gemilang di Olimpiade 2020 dan Asian Games 2022.

Dalam dua event olahraga terdekat tersebut, tantangan besar yang dihadapi Indonesia adalah bagaimana menyiapkan atlit-atlit yang berlaga agar bisa meraih medali, bukan sekedar berpartisipasi.

Di Olimpiade Rio de Janeiro tahun 2016, raihan medali Indonesia sangat minim yaitu 1 emas (bulutangkis ganda campuran) dan 2 perak (angkat besi). Perlu kerja keras dan memprioritaskan cabang-cabang olahraga Olimpiade. Bukan kita menyepelekan raihan emas Pencak Silat di Asian Games 2018, tetapi belum dipertandingkannya Pencak Silat di Olimpiade tidak bisa menjadikannya sebagai olahrga yang dapat mendongkrak kinerja tim olahraga Indonesia.

Harapan untuk meningkatkan prestasi di Olimpiade 2020 dan Asian Games 2022 bisa digantungkan pada peraih medali cabang olahraga seperti bulu tangkis, angkat besi, atletik, panahan, dan panjat dinding (yang baru pertama kalinya akan dipertandingan di Olimpiade 2020 mendatang). Atlit-atlit di cabang olahraga tersebut berhasil meraih medali di Asian Games dan terlihat masih berusia muda. Agar dapat meraih medali, pembinaan terhadap mereka perlu diprioritaskan dalam 2-4 tahun ke depan.

Kecuali Bob Sadino yang berpengalaman di atletik, engurus cabang olahraga angkat besi, panahan dan panjat dinding mesti bekerja keras dan belajar dari kepenguruan Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI) yang dipimpin Prabowo Subianto yang berhasil menjadikan pencak silat sebagai lumbung medali. Wiranto (bulutangkis), Titiek Hardiyanti Soeharto (panahan), Rosan P. Roeslan (angkat besi), dan Faisol Reza (panjat dinding), harus bisa menggerakkan organisasi olahraga yang dipimpinnya dan bersedia mengeluarkan dana sendiri yang tidak sedikit untuk membina olaraga, tidak cukup mengandalkan pada pendanaan dari pemerintah.

Sementara pemerintah mesti kembali menggalakkan pembinaan atlit usia dini. Atlet yang berprestasi tidak bisa tidak didapat secara instant, perlu pelatihan sejak muda dan terus menerus. Prestasi gemilang di Asian Games 2018 bisa dijadikan momentum untuk membenahi pembinaan olahraga di negeri ini. Pemerintah bisa memanfaatkan virus olahraga yang tengah menjangkiti generasi milenial.

Jakarta, 3 September 2018

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *