Inspirasi bisa datang dari mana saja, termasuk dari pedagang pasar tradisional bernama Yao Qizhong. Seperti dituliskan oleh wartawan China Daily Zhang Yue di kolom ‘China Face’ di harian China Daily 26 September 2012, Yao Qizhong adalah seorang pedagang jahe dan bawang putih di sebuah pasar tradisional di Beijing.
Berasal dari keluarga miskin di pedesaan, Yao hanya bisa menyelesaikan pendidikan sekolah tingkat dasar hingga kelas empat. Ia dan keluarganya mesti bekerja keras untuk dapat bertahan hidup dan hijrah ke kota sebagai pedagang.
Tapi siapa sangka, di tengah keterbatasan dan tingkat pendidikan yang sangat minim, Yao berhasil menulis buku yang memuat 200 ribu karakter menceritakan mengenai masa kecil dan keluarganya. Buku yang ditulis selama 3 tahun terakhir ini diberi judul ‘For Love and More’.
Bagaimana Yao bisa menulis buku dengan begitu banyak karakter, sementara sebagai seorang yang tidak tamat sekolah dasar ia hanya menguasai sedikit karakter tulisan China yang rumit. Seperti diceritakan oleh Zhang Yue, kuncinya adalah kerja keras dan ketekunan. Sebagai pedagang di pasar tradisional, setiap hari Yao bangun pagi pukul 4.30 dan dengan mengendarai sepeda bekas ia menempuh perjalanan sekitar 40 menit untuk membawa barang dagangannya ke pasar.
Setelah membenahi dan menyiapkan barang dagangannya dan di saat kondisi pasar masih sepi di pagi hari, Yao pun mulai membuka tas dan mengeluarkan buku dan pensil serta kamus milik anaknya. Pelan-pelan ia mulai belajar menulis dan mencocokan hasilnya ke kamus. Seiring bertambahnya karakter tulisan yang dipahaminya, Yao pun mulai menuangkan idenya dalam tulisan. Hal tersebut terus menerus dilakukan setiap hari, setiap pagi selama tiga tahun terakhir.
Tentu saja apa yang Yao tuliskan tidak langsung dimengerti. ‘Awalnya apa yang Yao tuliskan berantakan, banyak kata-kata yang keliru dan tidak bisa dimengerti’, demikian dikatakan Yang Fengqin (73 tahun) salah seorang tetangga Yao yang pertama kali mengamati aktivitas Yao menulis di sela-sela kegiatan berdagang. Melihat kegigihan Yao untuk belajar dan menulis, Yang Fengqin kemudian secara suka rela membantu mengajari Yao cara menulis yang benar, mengajarkan tata bahasa dan kemudian memilih kata-kata yang dapat dimengerti.
Seperti umumnya standar menulis buku harian, Yao memulai penulisannya dengan kalimat-kalimat sebagai berikut ‘Saya dilahirkan di Fuyang county, Provinsi Anhui. Sebuah provinsi tempat kelahiran para pemimpin besar China. Saya sangat bangga dengan kota kelahiran saya, meski kota tersebut juga merupakan salah satu kota termiskin di China’.
Ketika ditanya apa alasannya menulis, secara sederhana Yao menjawab bahwa ia ingin mensyukuri kehidupannya sebagai orang desa yang tinggal Beijing. Mensyukuri kehidupan dari seorang petani miskin menjadi warga kota dan mencatatnya dalam suatu tulisan. Karena itu sejak awal ia tidak pernah berpikir muluk-muluk tentang apa yang dituliskannya, selain untuk bersyukur dan memberikan pengetahuan kepada anak-anak tentang perjuangan keluarganya.
Bahwa kemudian ia menjadi populer sejak diberitakan kantor Xinhua News Agency dan disiarkan oleh stasiun televisi di Beijing, itu menjadi persoalan lain. Yang ia ketahui adalah bahwa ia akan terus menulis tentang kisah keluarganya, anak-anaknya dan kejadian di sekitarnya. ‘Saat ini anak-anak saya tidak tahu apa-apa yang saya tulis. Saya akan terus menulis dan biarkan anak-anak mengerti cerita tentang mereka pada saat masuk perguruan tinggi’, begitu kata Yao menutup percakapan di China Daily. Suatu kisah inspiratif yang mendorong semangat orang untuk menulis. Tingkat pendidikan bukanlah halangan untuk menulis. Yao Qinhong telah membuktikannya, bisa menulis buku meski tidak lulus sekolah dasar.
Leave a Reply