Alkisah sekelompok pengusaha yang rata-rata berusia sekitar 40-an tahun sedang berlatih memukul bola golf di sebuah driving range di kawasan Cikarang, Kabupaten Bekasi. Ketika ditanya alasannya berlatih golf, padahal usia sudah tidak lagi muda, salah seorang dari mereka menjawab bahwa tujuannya bukan untuk menjadi pemain golf, mereka hanya ingin bisa bermain golf sebagai sarana menjalin networking dengan mitra atau calon pelanggan potensialnya yang rata-rata adalah para pengambil keputusan.
Masih menurut pengusaha tersebut, sesuai pandangan bahwa golf merupakan olah raga yang sering digunakan untuk membicarakan transaksi bisnis, maka dengan bermain golf, sekali rengkuh dayung, dua tiga pulau terlampaui. Sekali bermain golf, urusan bisnis lancar,” begitu ujar sang opengusaha UKM dengan penuh semangat.
Sementara itu, ribuan kilo meter dari Cikarang, di sebuah sekolah di Tiongkok, tepatnya di distrik Xuhui dan Luwan, Propinsi Shanghai, RRT, sejumlah anak sekolah dasar kelas 1, 2, 3 dan 6 sedang asyik berlatih golf di sebuah driving range. Mereka berlatih bukan untuk menjadi pemain golf, tetapi mereka sedang mengikuti salah satu pelajaran sekolah, dimana golf merupakan salah satu mata pelajaran wajib. “Golf bukan mata pelajaran pilihan, trapi pelajaran wajib” begitu seperti dikatakan Li Yuhua, Kepala Sekolah Yongchang Private School seperti dikutip dari berita yang dimuat harian China Daily.
Sama seperti halnya niat para pengusaha UKM, pemberian pelajaran golf di sekolah juga bukan dimaksudkan untuk mencetak siswa sebagai olahragawan, tetapi lebih kepada pembekalan kemampuan siswa yang diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan diri dan bermanfaat bagi pergaulan sosial mereka di masa depan.
Untuk itu , sebelum memasukannya ke kurikulum sekolah, terlebih dahulu dilakukan uji coba sejak 2 tahun lalu. Respon positif datang dari para orang tua siswa. Sukses dengan program uji coba, sebanyak 13 sekolah dasar dan menengah di Beijing, Shanghai, Guanzhou dan Shenzhen direncanakan akan memasukan mata pelajaran golf dalam kurikulum sekolah dalam waktu dekat ini. Bukan hanya sekedar memasukkan golf dalam kurikulum, beberapa sekolah bahkan berencana membangun driving range sendiri untuk melatih siswa-siswanya.
Dalam pengajaran golf di sekolah, selain diajarkan aspek teknis cara memukul dan bermain golf, para siswa juga diajarkan pengetahuan non-teknis seperti pengembangan kepribadian, kejujuran, pengajaran tata pergaulan sosial, etika dan perilaku. Karena bukan rahasia lagi jika dalam olah raga golf terdapat banyak hal yang bisa dipelajari dan dilatih seperti masalah kejujuran, pengendalian pikiran, ketepatan dalam bertindak serta kemampuan memperkirakan keadaan. Semua itu merupakan persyaratan dasar yang diperlukan setiap orang untuk bergaul dengan baik di masyarakat, bukan hanya di dunia usaha tetapi di seluruh bidang kehidupan.
Mengajarkan nilai-nilai positif olah raga golf sejak usia muda kepada anak didik merupakan hal yang baik. Pikiran anak-anak belum banyak terkontaminasi oleh berbagai pikiran lain seperti halnya orang dewasa. Karena itu lebih mudah mengajarkan hal-hal positif kepada anak-anak dan mereka lebih mudah menyerap nilai-nilai positif tersebut dan mempraktekkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Namun ibarat dua sisi dalam sekeping mata uang logam, selain yang mendukung, terdapat pula yang beranggapan bahwa golf tidak tepat diajarkan di sekolah karena sebenarnya bukan olah raga murni. “Golf hanyalah olah raga pergaulan”, begitu dikatakan Zheng Yanyan seorang profesor di Beijing Sport University seperti dikutip China Daily.
Pandangan bahwa golf hanyalah olah raga pergaulan ada benarnya, karena memang selama ini golf hanya dimainkan oleh segelintir orang atau hanya kalangan kelas atas dan hanya sekedar sarana untuk membina pergaulan di kalangan elit. Selain itu, golf memang bukan olah raga murah dan merakyat yang bisa dimainkan banyak orang dan di “sembarang” tempat seperti halnya sepakbola. Untuk bisa bermain golf dibutuhkan biaya yang tidak sedikit, mulai dari biaya untuk membeli perlengkapan golf hingga green fee setiap kali bermain. Hanya orang kaya atau anak-anak orang kayalah yang bisa berlatih dan bermain golf. Karena itu, ada kekhawatiran bahwa dengan mengajarkan olah raga golf sejak usia muda, maka sama saja mengajarkan sikap dan prilaku elitis dan tidak merakyat.
Tapi seperti halnya hidup adalah pilihan, berolahraga golf juga adalah pilihan. Terserah bagaimana kita melihat dan memaknainya. Ketimbang menyoroti aspek-aspek negatifnya secara berlebihan, akan lebih baik kalau kita melihat dari sisi positifnya dan mengembangkan sisi-sisi positif tersebut dalam kehidupan sosial sehari-hari. Dan itu yang dilakukan beberapa Kepala Sekolah di Tiongkok, yang berani mengambil terobosan dalam upaya membekali dan membina karakter anak didiknya dengan kemampuan non-akademis yang diharapkan mampu menjawab tantangan pergaulan sosial di masa depan.
:D
lain ladang lain belalang. lain lubuk lain ikannya.
kalau ini diterapkan di negera kita keren juga tuh, hehehe
sekolah RSBI bisa makin mahal dan setinggi langit biayanya, hahaha :D
salam
omjay
Ikutan komentar ya…..Kalau menurut saya sih olahraga Golf ini memang kurang tepat buat anak-anak. Alasannya : kurang suatu perangsang yang bisa menggerakkan fisik secara keseluruhan yang mana hal ini dibutuhkan dimasa kanak-kanak.
olahraga yang mahal hehe,kalau ada yang mengajarkan olahraga golf secara gratis sih saya juga mau om heru hehehe
@Kika, senyum juga :)
@Om Jay, ketawa juga ach :)
@Mas Karso, mungkin juga sich
@Rukmana, saya juga mau kok :)
nicee info sob .. terus berkarya
Kalau diajarkan di sekolah yang ada di Indonesia mending stiknya pakai bambu aja. berolahraga sambil mengajarkan kesederhanaan.
sedikit nimbrung :
orang bilang golf tidak menunjang gerakan “motorik” anak adalah suatu pendapat yang sangat keliru/fatal. lihatlah sesuatu dari samua hal dan pelajari secara dalam sebelum berkomentar jadi tidak ngawur memandangnya.
golf BUKAN olahraga yang MAHAL, sama seperti olahraga lainnya.
Mau BUKTI ?!!!
Apakah anda tau kita punya BANYAK / MAYORITAS pegolf berpotensi di negara kita yang datang dari ORANG YANG “KURANG”secra ekonomi. Bahkan saya sendiri pun dari anak seorang petani yang “TAK MUNGKIN” terbayang bisa bermain Golf. semua tergantung dari kemauan kita sendiri memandang berprestasi.
secara psikologi dan estetika olahraga ini sangat efektif,bahkan olahraga apapun itu asal kita mau & bersungguh2 pasti bisa.
di bawah naungan kami ada banyak Junior Golf yang sekarang bergabung di club yang saya handle,bahkan dari anak tukang becak pun ada, kami ambil karena ada potensi cukup besar di pribadi anak tersebut.
Tolong jangan POJOK kan semua hal dg negatif,lihatlah dg hati yang jernih
BRAVO PGPI
Maju bersama Olahraga….. SALAM SPOTIFITAS