Mudik jaman now bukan sekedar silahturahmi dengan orang tua dsn kerabat, tetapi juga kesempatan menikmati kuliner khas daerah dan suasana yang menyertainya.
Untuk itu, kali ini saya ingin menceritakan pengalaman berburu jajan pasar di Pasar Kalirandu, Petarukan, Pemalang. Target utama perburuan adalah gemblong beras ketan.
“Enak banget gemblongnya dan lembut” ujar istri saya mencoba memberikan alasan kenapa ingin menyantap gemblong.
Pasar masih terlihat sepi saat kami tiba di pasar sekitat pukul 6 pagi. Baru beberapa pedagang yang terlihat tengah menggelar dan menata dagangannya. Mungkin karena suasana lebaran sehingga belum banyak pedagang yang beraktivitas normal.
Salah satu pedagang yabg sudah mulai siap dengan dagangannya adalah penjual serabi. Ia terlihat sedang mengaduk-aduk adonan serabinya sebelum menuangkannya ke cetakan.
Karena target utama kami adalah gemblong maka kami pun segera mencari penjual gemblong. Biasanya dia berjualan di pojokan, tidak jauh dari penjual serabi.
“Si mbok penjual gemblong sudah tidak jualan lagi di pasar. Jualannya di rumah,” ujar penjual serabi saat istri saya menanyakan keberadaan si penjual gemblong
“O pantes aja gak kelihatan. Kirain belum datang. Dimana ya rumahnya, jauh tidak dari pasar? ” tanya istri saya
“Ndak jauh kok bu, jalan lurus saja di samping pasar ini hingga melewati masjid dan material (toko bahan bangunan) , Ndak jauh dari situ rumahnya, ” ujar si penjual serabi
Usai memotret penjual serabi dan membeli beberapa bungkus serabi, kami pun segera meluncur ke tempat yang ditunjukkan.
Tidak berapa lama kami pun tiba di rumah si mbok penjual gemblong. Rumahnya terlihat sepi-sepi saja, tidak terlihat suasana orang berdagang.
“Wah maaf, gemblongnya sudah habis bu,” ujar seorang ibu yang berdiri di depan sebuah rumah ketika mengetahui maksud kedatangan kami untuk membeli gemblong. Belakangan baru tahu kalau ibu tersebut adalah si mbok penjual gemblong
“Wah sudah habis? Sekarang kan baru belum jam tujuh pagi” ujar istri saya keheranan
“Iya sudah habis sejak Subuh tadi, dibeli para pedagang yang akan menjualnya kembali” ujar si mbok penjual gemblong
“Sudah lama saya tidak lagi berjualan di pasar. Alhamdullilah, gemblong buatan saya selalu habis diborong para pembeli, yang sebagian diantaranya untuk dijual kembali” ujar si mbok menambahkan
Dengan agak lesu kami pun segera meninggalkan si mbok tanpa berhasil membawa gemblong.
Sambil berjalan pulang kami kemudian mampir ke sebuah warung makan kecil. Siapa tahu ada makanan lain yang bisa dibeli untuk sarapan pagi.
Dasar rejeki, saat hendak memesan makanan ternyata ada beberapa bungkus gemblong buatan si mbok di warung tersebut.
“Saya tadi pagi membeli sekitar 15 bungkus dari si mbok untuk dijual di warung. Biasanya banyak yang beli gemblong untuk teman ngopi” ujar si mbak pedagang.
“Ini masih tersisa empat bungkus” ujarnya mrnambahkan.
“Ya sudah saya beli sisanya” pungkas istrinsaya.
Jadilah kam kemudian membeli empat bungkus gemblong dari tangan kedua. Tidak apa-apa dapat gemblong tangan kedua, yang penting rasanya tetap orisinal dan bisa menghilangkan rasa kangen akan gemblong.
Secara keseluruhan, dari hasil berburu jajanan jajan oasar pagi ini kani mendapatkan tiga jajanan pasar. Selain gemblong, kani juga mendapatkan serabi dan kue lopis.
Berbeda dengan serabi di kota besar yang sudah dimodifikasi dengan aneka rasa, serabi Pemalang masih orisinal campuran tepung beras kasar dan santan kelapa.
Demikian pula halnya dengan kue lopis yang sangat sederhana. Kue lopis yang dibungkus menyerupai lepat hanya ditaburi parutan kelapa tanpa saus gula merah. Sungguh nikmat disantap saat dipadu dengan secangkir kopi atau teh hangat di pagi hari.
#kulinerIndonesia
#mudikceria2019
@ Petarukan, Jawa Tengah, Indonesia
Leave a Reply