Belum
lama beredar pesan berantai dari seorang Habib di Jakarta yang berisikan ajakan
kepada jamaahnya untuk berlaku normal saja di tengah wabah corona karena menurut
Habib tersebut, corona sengaja dibuat oleh musuh orang Muslim untuk hancurkan
Islam.
“Kamu
yakin akan kebenaran pesan dari Habib tersebut?”, tanya saya kepada seorang
rekan yang baru mengirimkan pesan dari Habib ke group WA.
“Waduh
… saya enggak tahu, saya hanya meneruskan pesan tersebut. saya dapat dari group sebelah”, ujar rekan saya
tersebut
Pada
cerita lain, di twitter muncul thread curahan hati seorang anak yang baru
kehilangan ayahnya yang meninggal karena sakit jantung. Sang ayah sudah lama
menderita penyakit jantung dan sempat stroke sehingga tidak pernah ke luar
rumah dalam beberapa tahun terakhir. Dokter rumah sakit pun sudah memberikan
penegasan bahwa almarhum meninggal karena gagal jantung.
Namun
karena meninggal bertepatan dengan wabah Covid-19, berita yang tersebar di
lingkungan tetangga dan group WA adalah almarhum meninggal karena corona. Bukan
hanya kabar mengenai penyebab kematian, di group WA tersebar pula foto KTP almarhum
ayahnya. yang mestinya menjadi rahasia keluarga dan hanya boleh diketahui pihak
rumah sakit.
Ketika
sang anak mencoba menelusuri lewat group WA mengenai asal usul penyebaran
informasi dan foto KTP almarhum ayahnya, jawaban yang diperoleh adalah “Saya
dapat dari group sebelah, jangan tuduh saya dong sebagai sumber berita”.
Menerima
jawaban seperti tersebut di atas tentu saja kita kerap merasa kesal, apalagi
ketika mengetahui bahwa pesan atau informasi yang disampaikan ternyata bohong
atau hoax. Jawaban “dapat dari group sebelah” atau “saya cuma meneruskan”, merupakan
jawaban tidak bertanggungjawab dari si pengirim. Si pengirim tidak mau tahu
kebenaran pesan atau informasi yang diteruskannya dan lebih percaya sama group
sebelah.
Menyikapi
hal seperti tersebut di atas, saya kerap mengingatkan mereka yang suka
melakukannya untuk lebih baik melakukan check dan recheck atau saring sebelum sharing
suatu pesan atau informasi. Kita hendaknya bijak dalam bermedia sosial, termasuk
membagi atau meneruskan informasi di group WA. Jangan mudah tergoda menyebarkan
suatu informasi tanpa kita mengetahui kebenarannya terlebih dahulu.
Kini saat
wabah corona menyebar sedemikian cepat, kehati-hatian dalam meneruskan suatu
informasi semakin diperlukan. Jangan sampai karena kurang berhati-hati,
informasi yang kita terima dari group sebelah dan kemudian diteruskan ke group
sebelah lainnya malah akan membuat orang lain terpedaya. Bukan hanya itu, kita
pun bisa diciduk polisi dan menjadi tersangka karena dianggap turut serta
menyebarluaskan informasi bohong.
Melalui
Surat Telegram nomor ST/1100/IV/HUK.7.1./2020 tanggal 4 April 2020 yang ditandatangani
Kabareskrim Komjen Listyo Sigit Prabowo, demi menjaga keamanan dan ketertiban
masyarakat selama menghadapi bencana non-alam, penyidik Bareskrim Siber Polri akan
mengawasi penyebaran berita bohong alias hoaks terkait virus corona Covid-19,
penghinaan terhadap presiden dan pejabat pemerintah, dan penipuan penjualan
alat-alat kesehatan secara online.
Karena
itu, guna menjaga kehati-hatian dalam menggunakan media sosial, saya biasanya melakukan
beberapa langkah seperti: mencari tanda yang menunjukkan itu kabar bohong atau
tidak dengan memeriksa pesan, foto, audio dan video yang diterima; berhati-hati
dengan pesan forward messages yang berisikan
pesan untuk disebar (viralkan), ancaman tertentu atau iming-iming hadiah;
memperhatikan segala bentuk keanehan dalam pesan seperti huruf yang berbeda
atau kesalahan eja; dan selalu verifikasi pesan dengan sumber yang terpercaya
dengan membandingkan broadcast pesan dengan berita yang ada di media arus utama
(mainstream) terpercaya, jika tidak ada di media mainstream, bisa jadi itu
kabar bohong.
Benar sekali mas Aris. Kadang HP-nya smart,pemakainya tidak smart.
Di lingkungan perumahan, ada WA group RT yang isinya soal hoax itu. Kadang galakan mereka kalau dibilang, kiriman mereka itu hoax. Mungkin merasa lebih senior dan lahir lebih dulu.
Sama seperti social dan physical distancing, berita hoax bisa berhenti di kita kalau kita bisa menyempatkan diri untuk menyaringnya. Tindakan mudah, search saja di google dengan kata kunci judul forward dibubuhi kata hoax dibelakangnya, pasti dapat referensi dari sumber yang lebih bisa dipertanggung jawabkan.