Bubur Cianjur Nan Menggoda

Kan kuingat di dalam hatiku

Betapa indah semalam di Cianjur

Janji kasih yang t’lah kau ucapkan

Penuh kenangan yang takkan terlupakan

Begitu penggalan lirik lagu “Semalam di Cianjur” yang dinyanyikan Alfian Harahap dan terkenal di tahun 1960-an. 

Konon lagu tersebut terinspirasi dari kunjungan sang penyanyi ke Cianjur untuk manggung di Wisma Karya di Jalan Mohammad Ali pada tahun 1960-an. Pada saat itu, Alfian sempat berkenalan dan”digosipkan” jatuh cinta dengan seorang mojang Cianjur keturunan Tioghoa-Sunda,”Namanya Leni. 

Nah terinspirasi dari judul lagu “Semalam di Cianjur”, penulis menuangkan pengalaman semalam di Cianjur pada 26 Desember 2022, khususnya terkait dengan kuliner khas kota tersebut yaitu bubur ayam.

Bagi anda penggemar bubur ayam, baik yang berfaham bubur diaduk atau makan dari pinggir, pasti tahu bahwa di Jabodetabek banyak pedagang bubur ayam yang berasal dari Cianjur. 

Mereka biasanya berjualan bubur ayam dengan menggunakan gerobak dan mangkal di suatu tempat tertentu.

Mengetahui bahwa di Jabodetabek banyak pedagang bubur ayam Cianjur, maka ketika berkunjung ke Kota Cianjur, rasanya aneh apabila tidak mencobake nikmatan bubur ayam secara langsung di kotanya.

Bubur ayam di Cianjur memiliki karakter lembut dengan tambahan kuah kaldu kuning yang dibuat dari rebusan ayam dan campuran bumbu kuning, sehingga tampilannya lebih berwarna kuning cerah. Selain bumbu kuning, ditambahkan pula sedikit kecap manis di atasnya, 

Campuran bubur ayamnya cukup lengkap yaitu berisi suwiran daging ayam, kacang kedelai yang digoreng, bawang goreng, irisan daun seledri, dan kerupuk orange.

Untuk cita rasanya, bubur Cianjur lebih terasa gurih asin karena penggunaan kuah kuningnya.

Di Kota Cianjur, bubur Cianjur paling legendaris adalah bubur ayam Sampurna lokasinya di Jalan Haji Agus Saleh nomor 48, Solokpandan Kabupaten Cianjur. Di sebut legendaris karena bubur ayam Sampurna didirikan pada tahun 1975 oleh Haji Asep Saepul Akhyar.

Awalnya, Haji Asep menjajakan dagangan di pinggir jalan dengan pikulan, “di dalam” Toko Sampurna. Tahun 1982, tempat menjajakan bubur bukan lagi dengan pikulan, melainkan gerobak beroda. 

Apabila di kota lain, bubur ayam disantap pada pagi hari dan karenanya pedagang bubur  biasanya berjuakan pagi hingga siang hari, maka di bubur ayam Sampurna buka dari jam 06.00 sampai dengan 22.30 WIB. Saat ini telah memiliki cabang di Purwakarta, berada di Jalan Jenderal Sudirman No. 57 Pasar Jumat Purwakarta.

Malam itu, ketika berkunjung ke bubur ayam Sampurna, kami adalah pelanggan terakhir.

Begitu kami datang, dengan sigap pelayan meracik pesanan bubur ayam untuk rombongan kami. Tidak pakai lama, bubur ayam yang dipesan pun terhidang di atas meja.

Sebagai pendukung makan bubur tidak diaduk, perlahan saya sisir bagian tepi mangkuk bubur. Tampak bubur nasi berwarna kuning cerah yang tertutup kerupuk orange, suwiran daging ayam, bawang goreng, dan irisan daun seledri. Sedangkan kacang kedelai yang digoreng, diletakkan di mangkok tersendiri. 

Ketika suapan bubur masuk ke mulut, terasa kehangatan bubur dengan tekstur yang lembut dan gurih. Saya menambah sedikit kecap manis dan sambal untuk melengkapi kenikmatan yang ada. 

Saya juga mengambil setusuk sate usus yang gurih di atas meja. Selain sate usus, tersedia pula sate ati dan ampela. 

Perlahan tapi pasti, bubur ayam di mangkuk habis tanpa tersisa. Saya perhatikan rekan-rekan saya yang ikut makan, mangkoknya pun bersih tidak berbekas. Dua jempol kata rekan saya ketika ditanya komentar tentang bubur ayam Sampurna di Cianjur.

Demikian cerita semalam di Cianjur dari penulis. Bukan soal asmara seperti penyanyi Alfian, tetapi tentang kuliner khas Cianjur, bubur ayam khas Cianjur dan Bubur Ayam Asli Cianjur. (AHU) ***

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *