Category Archives: Asia

Sensasi Teh Tarik dan Murtabak Di Kaki Menara Petronas

teh-tarik-aris-heru“Ris, gue tau elo pasti udah gak sabar untuk mencicipi salah satu kuliner kaki lima khas Malaysia kan?”, tanya Yusron, rekan saya yang mulai tiga minggu lalu bertugas di KBRI Kuala Lumpur.

“Iya nich soalnya dari kemarin makan sea food terus. Pengen nyobain kuliner khas Malaysia seperti teh tarik di tempat asalnya”, ujar saya

“Ok, ada teh tarik di kaki Menara Kembar Petronas yang rasanya khas dan nikmat. Elo pasti suka. Selain dapat menikmati teh tarik, elo juga bisa menikmati pemandangan menara Kembar Petronas sepuasnya”, jawab Yusron

“Siip kalau begitu, tapi agak malaman dikit ya. Soalnya kita kan mesti menghadiri undangan makan malam dari Duta Besar terlebih dahulu”, ujar saya kemudian

“Siap, tapi nanti makan malam dengan Duta Besar jangan kenyang-kenyang, biar masih ada tempat untuk menikmati teh tarik dan kuliner lainnya”, saran Yusron

Jadilah malam itu seusai menghadiri makan malam dengan Duta Besar RI di Kuala Lumpur, saya dan Yusron serta 2 (dua) orang anggota tim saya meluncur ke sebuah tempat di Jalan Ampang Kuala Lumpur.

Ketika Jeihan Ikut Mendorong Perdamaian Iran-Arab Saudi

Pada 6-7 Maret 2016 Indonesia menjadi tuan rumah Konferensi Tingkat Tinggi Luar Biasa ke-5 Organisasi Konferensi Islam (KTT LB OKI) yang dihadiri delegasi dari 57 negara anggota OKI, wakil anggota tetap Dewan Keamanan PBB dan negara obeserver. Di tengah kesibukan negara peserta KTT LB OKI membahas masalah Palestina dan Al Quds Al-Sharif (Yerusalem) dan melakukan pertemuan bilateral di sela-sela KTT, ada satu kegiatan menarik yang dilakukan Pemerintah Indonesia yaitu penyerahan dua buah lukisan dari maestro pelukis Indonesia Jeihan Sukmantoro (78 tahun) kepada Pemerintah Iran dan Arab Saudi.

“Lukisan yang diberikan kepada Iran, merupakan simbol perdamaian dan persahabatan Indonesia serta harapan Indonesia-Iran agar kita bisa bersama-sama mewujudkan perdamaian dunia,” kata Menlu RI Retno Marsudi usai menemani Menlu Iran Javad Jarid Zarif menerima lukisan di sela-sela KTT LB OKI di Jakarta Convention Center, Senin 7 Maret 2016. Lukisan Jeihan yang diterima Menlu Zarif dari wakil keluarga Jeihan adalah sebuah lukisan besar berukuran sekitar 1,6 x 2 meter buatan tahun 1999 yang berjudul “Tafakur di Musdalifah”, sebuah lukisan yang mengekspresikan pengalaman pelukisnya saat melaksanakan ibadah haji.

Manusia Peking dan Nenek Moyang Bangsa Tiongkok

IMG_20150104_102459Memanfaatkan waktu libur di awal tahun baru 2015, kami sekeluarga mengunjungi obyek dan kawasan wisata yang memperkenalkan kehidupan manusia purba di Tiongkok pada sekitar 600 ribu tahun lalu. Adapun tempat yang kami kunjungi adalah Museum Manusia Peking dan Situs Zhoukoudian yang terletak di gunung Longgu, desa Zhoukoudian, distrik Fangshan, sekitar 50 km barat daya Beijing. Desa ini cukup terkenal di dunia, khusus oleh para paleo antropolog, sejak ditemukannya fosil manusia Peking dan hewan serta benda-benda primitif lainnya, sebagai tempat untuk meneliti asal usul manusia dan menguak rahasia kehidupan manusia purba.

Setelah menempuh perjalanan selama sekitar 1,5 jam, cukup lambat karena ada kemacetan di beberapa ruas jalan, kami pun tiba di Zhoukoudian. Tempat pertama yang kami kunjungi adalah Museum Manusia Peking yang berdiri megah di pinggir jalan raya yang membelah desa Fangshan. Museum Manusia Peking ini dibangun pertama kali pada tahun 1953 dengan nama Museum Manusia Kera. Setelah dilakukan renovasi pada tahun 1994, museum yang berjarak sekitar 2 km dari tempat ditemukannya fosil-fosil tulang manusia purba tersebut kemudian diberi nama baru “Museum Situs Zhoukoudian” guna merujuk tempat ditemukannya fosil-fosil tengkorak manusia purba yang diperkirakan hidup ratusan ribu tahun lalu di kawasan gunung Longgu Zhoukoudian.

Setelah membayar tiket masuk sebesar 30 yuan, kami memasuki bangunan seluas sekitar 1.000 meter persegi dan bergaya arsitektur modern. Pada museum ini ditampilkan sejumlah benda-benda temuan dari situs di Gunung Longgu seperti tempurung kepala manusia Peking yang diperkirakan hidup sekitar 600 ribu tahun lalu, manusia Xindong yang hidup sekitar 100 ribu tahun lalu dan manusia gua yang hidup sekitar 18 ribu tahun lalu.

Kartu Pos dari Nanjing

IMG_20140916_1Setelah sekian lama tidak pernah menerima kiriman kartu pos bergambar, pagi ini (16 September 2014) saya kembali menerima kiriman sebuah kartu pos. Kartu pos tersebut dikirim dari Nanjing pada tanggal 7 September 2014 dan saya terima tanggal 16 September 2014 atau 9 hari setelah pengiriman (dengan cap kantor pos Beijing tanggal 11 September 2014). Pengirim kartu pos adalah saya sendiri dan benda tersebut dikirim usai mengunjungi museum istana kepresidenan Republik Tiongkok di Nanjing. Kartu pos tersebut sebenarnya adalah bekas tiket masuk ke museum istana presiden Republik Tiongkok, namun karena sudah dilengkapi perangko senilai 80 sen, maka bekas tiket masuk yang bergambar gerbang istana Kepresidenan Republik Tiongkok di Nanjing tersebut bisa menjadi kartu pos yang siap dikirimkan kemana pun di Tiongkok.

Di era teknologi informasi dewasa ini, pengiriman kartu pos yang mewakan waktu 5-9 hari tersebut jelas terlalu lama. Karenanya tidak mengherankan jika saat ini tidak banyak orang yang menggunakan kartu pos untuk bertukar kabar singkat. Orang lebih suka berkirim kabar menggunakan elektronik mail, pesan singkat (SMS), BBM, Whatsapp, Wechat, atau melalui media sosial seperti facebook dan twitter. Alasan kecepatan dan kepraktisan menjadi pertimbangan utama penggunaan perangkat tersebut.

Tapi pada jaman ketika teknologi informasi belum berkembang, pengiriman berita melalui kartu pos dapat menjadi sarana komunikasi yang efektif, apalagi jika dikirim menggunakan kartu pos bergambar. Gambar-gambar kota, pemandangan, gedung-gedung, kesenian, potret dan aspek kehidupan lainnya bisa menjadi bagian dari pesan yang ditunggu-tunggu. Gambar pada kartu pos bisa menjadi alat untuk mengetahui keadaan di suatu tempat, yang mungkin belum pernah dikunjungi.

Mengunjungi Peternakan di Mongolia

MongoliaSetelah menempuh perjalanan sekitar 2 jam dari Ulaanbaatar, ibu kota Mongolia, akhirnya saya dan anggota delegasi Konperensi ke-32 Food and Agricultural Organization (FAO) se Asia dan Pasifik tiba di kawasan peternakan Tsonjin Boldog. Secara jarak sebenarnya kawasan Tsonjin Boldog tidak terlalu jauh dari Ulaanbaatar, tidak sampai 100 km, namun karena jalanan di atas padang rumput yang dilewati tidak beraspal dan sebagian besar tertutup lapisan salju maka bus yang kami tumpangi pun tidak bisa melaju cepat.

Musim dingin yang panjang membuat kawasan padang rumput yang di musim panas terlihat hijau, maka di musim dingin justru menjadi putih karena tertutup salju.  Tidak mengherankan jika sepanjang mata memandang yang tampak adalah hamparan padang luas, pegunungan dan perbukitan yang diselimuti salju.

Lailatul Qadar di China Hanya Setengahnya Indonesia

IMG02330-20130802-1327Khotbah Jumat di masjid Dongsi, Beijing, tengah disampaikan ketika saya memasuki ruangan masjid. Seorang ustad muda bermata sipit, bersorban dan berpakaian putih tengah menyampaikan khotbah Jumat dalam bahasa Mandarin di depan sekitar 100 jamaah yang terlihat menyimak dengan tekun. Di bagian belakang sang khotib, duduk bersila dua orang yang bersorban dan mengenakan pakaian sama dengannya. Tampaknya kedua orang tersebut adalah juga ustad dan tokoh yang disegani di masjid Dongsi.

Dengan tutur kata yang sopan dan halus, jauh dari kesan meledak-ledak seperti yang kerap dijumpai dalam khotbah di Indonesia, sang khotib menyampaikan khotbah mengenai malam Lailatul Qadar. Dalam khotbahnya, sang khotib antara lain mengemukakan mengenai kemuliaan malam Lailatul Qadar sebagai malam yang agung, malam penuh kemuliaan banyak dinantikan dan diharapkan oleh seorang Muslim. Ibadah di dalamnya lebih baik daripada ibadah selama seribu bulan. Siapa yang mendapatkan kemuliaannya sungguh ia manusia beruntung dan dirahmati. Sebaliknya, siapa yang luput dari kebaikan di dalamnya, sungguh ia termasuk manusia buntung dan merugi.

Golput Di Mata Dorojatun

Diskusi Dorojatun‘Untuk suatu negara, Indonesia beruntung karena setidaknya memiliki 3 hal yaitu geografi hebat, demografi yang menguntungkan dan sejarah yang panjang. Namun amat disayangankan jika dengan kondisi tersebut, yang punya negara seperti para pemudanya tidur. Yang saya juga takutkan, pas pemilu anda (pemuda) malahan golput, ini kan lepas tanggung jawab’, demikian disampaikan Prof. Dorojatun Kuntjoro-Jakti Ph.D dalam acara diskusi dengan tema ‘Propsek Indonesia selepas Pemilu 2014’ di KBRI Beijing, 19 Juni 2013 yang dihadiri masyarakat Indonesia yang terdiri dari staf KBRI, akademisi, mahasiswa, media, para pekerja Indonesia dan wakil dari Indonesia Diaspora Network.

 ‘Tidak bisa, kalau anda golput itu berarti anda lupa bahwa sejarah di dunia membuktikan bahwa pembaruan selalu dilakukan oleh generasi muda. Orang yang melihat sejarah China tau betul akibat dari Sun Yat Sen dan demontrasi mahasiswa pada tahun 1910. Di Indonesia juga sama, Budi Utomo dan Sumpah Pemuda 1928, Proklamasi Kemerdekaan 1945. Setiap perubahan di Indonesia selalu oleh yang muda. Jadi saya khawatir sekali melihat hal ini. Makin lama demokrasi makin jalan, tapi kemudian absen di pemilu. Padahal mestinya pada tahun 2014 anda memilih dengan lebih cerdas, calon anda seperti apa untuk memimpin Indonesia, setidaknya untuk 10 tahun ke depan, seperti Mahathir atau Lee Kuan Yew. Kalau baru 5 tahun kemudian dikirim ke makam pahlawan, kan akan putus (programnya).Jangan absen, jangan golput. Anda harus kampanye lewat internet dan sebagainya agar jangan golput. Sebab kalau itu terjadi, anda sama saja melepaskan tanggung jawab terhadap negara ini.’, demikian ditambahkan oleh Prof. Dorojatun

 ‘Pelajari lah, ternyata nanti pada tahun 2014, first voter (umur 17-22 tahun) jumlahnya 36 juta, ditambah dengan yang absen sekitar 30 persen, maka totalnya akan ada sekitar 60 juta orang yang akan memilih untuk pertama kali. Persoalannya, jumlah tersebut harus dipakai. Sebab nasib kita akan ditentukan dari tahun 2014 sampai 2045, yaitu saat NKRI merayakan 100 tahun kemerdekaan Indonesia’, ujar Prof. Dorojatun lebih lanjut.

Melongok Dinamika Politik Mongolia

Dalam postingan terdahulu saya sudah bercerita sedikit tentang Ulaanbaatar, ibu kota Mongolia dan tempat tinggal sekitar 45 persen penduduk Mongolia yang secara keseluruhan berjumlah 2,8 juta orang. Kali ini saya akan bercerita mengenai kehidupan demokrasi di Mongolia, negeri tak berpantai (landlock) yang diapit dua negara besar, Rusia dan China. 

Cerita saya awali dengan terpilihnya Ketua Partai Demokrat Norovyn Altankhuyag sebagai perdana menteri menggantikan incumbent Perdana Menteri Sükhbaataryn Batbold dari partai Rakyat Mongolia pada rapat pleno anggota Parlemen Mongolia (State Great Khural) tanggal 8 Agustus 2012 lalu. Terpilihnya Altankhuyag sebagai perdana menteri baru sangat menarik perhatian mengingat proses penunjukannya yang berlangsung alot dan membutuhkan waktu maksimal selama 45 hari seperti yang diamanatkan Konsitusi Mongolia.

Menarik, karena meski Partai Demokrat yang dipimpin Altankhuyag memenangkan pemilu legislatif yang berlangsung pada tanggal 28 Juni 2012, partai tersebut tidak otomatis dapat membentuk pemerintahan baru. Hal tersebut bisa terjadi karena kemenangannya tidak bersifat mayoritas (50 persen+1). Partai Demokrat hanya memenangkan 31 kursi dari 76 kursi parlemen yang diperebutkan atau kurang 8 kursi dari yang dipersyaratkan. Akibatnya, agar bisa membentuk pemerintahan baru, Partai Demokrat mesti melakukan kerjasama atau koalisi dengan partai peserta pemilu lainnya agar memenuhi syarat minimum 39 kursi parlemen.

Cerita dari Ulaanbaatar

Dari jendela pesawat B737-200 Air China terlihat deretan perbukitan yang dilapisi hamparan padang rumput menyerupai karpet hijau. Nyaris tidak ada tumbuhan besar yang terlihat kecuali rerumputan yang tumbuh subur Sementara di kawasan lembah terlihat rumah-rumah penduduk dengan disain arsitektur sederhana, bahkan tidak sedikit di antaranya berbentuk tenda-tenda bulat.

Menjelang pendaratan terjadi sedikit guncangan di udara karena awan dan terjangan angin yang cukup kuat. Saat mendarat di bandara Chinggis Khaan Ulaanbaatar Mongolia, sekali lagi terjadi guncangan, kali ini disebabkan oleh landasan bandara yang tidak mulus. Masih dari jendela pesawat, sepanjang perjalanan menuju belalai kedatangan, terlihat beberapa rongsokan helikopter militer dan pesawat milik Mongolia Airlines teronggok di pinggir landasan.

Jangan bandingkan bandara Chinggis Khaan dengan bandara di Beijing atau bahkan Soekarno-Hatta, bandara ini cukup sederhana, mirip bandara-bandara yang ada di beberapa provinsi di Indonesia. Selesai dengan urusan keimigrasian dan barang bawaan, kami segera meninggalkan bandara menuju pusat kota Ulanbaatar.

Weiplomacy: Diplomasi di Jejaring Sosial Media China

Istilah weiplomacy merujuk pada kegiatan diplomasi publik yang dilakukan berbagai kedutaan asing di Beijing yang marak memanfaatkan situs jejaring sosial media atau mikro blog di China yang disebut Weibo. Melalui Weibo, mereka menyebarluaskan informasi tentang negaranya atau kegiatan kedutaan kepada publik dalam bahasa Mandarin.

Seperti halnya Twiiter yang dapat diakses dengan lebih mudah dibandingkan blog, khususnya akses melalui telepon genggam, Weibo pun dapat lebih mudah diakses karena hanya memuat 140 karakter setiap kali menuliskan pesan.

Dengan kemudahan seperti tersebut di atas, tidak mengherankan jika banyak pengguna internet yang memilih weibo untuk mengirimkan pesan. Penyebarluasan informasi pun menjadi lebih efektif karena jumlah penggunanya tidak kalah banyaknya dibanding pengguna situs jejaring sosial media Barat seperti Twitter. Menurut data iResearch tahun 2011, terdapat sekitar 300 juta pengguna situs jejaring sosial Weibo dari sekitar 500 juta pengguna internet di China. Mereka menggunakan berbagai platform Weibo seperti Sina Weibo, Tencent Weibo dan Baidu.  

Peringatan HUT ke-62 RRC

Pada tanggal 1 Oktober 2011 rakyat China memperingati Hari Ulang Tahun  (HUT) ke-62 pembentukan negara Republik Rakyat China (RRC) yang dideklarasikan oleh Pemimpin Partai Komunis China (PKC) Mao Zedong pada 1 Oktober 1949. Peringatan dilakukan secara meriah dan beragam di seluruh negeri diikuti libur nasional selama seminggu.  Khusus di Beijing, penyelenggaraan kegiatan dipusatkan di sekitar lapangan Tian’anmen, mulai dari jamuan makan malam menjelang peringatan hingga upacara peletakan karangan bunga di Monumen Pahlawan Rakyat.

Rangkaian bunga warna warni menghiasi berbagai sudut lapangan Tian’anmen. Sementara persis di tengah lapangan dipasang sebuah lampion raksasa setinggi 50 meter dan berdiameter 50 meter. Di sekeliling lampion digelar hamparan bunga warna-warni menyerupai karpet dengan salah satu sisinya terdapat tulisan “1949-2011”. Untuk lebih mempercantik suasana, gerbang utama menuju Forbidden City dan merupakan salah satu gedung utama di kawasan lapangan Tian’anmen pun dihiasi lampu-lampu diseklilingnya sehingga terlihat gemerlap di malam hari.  

China Luncurkan Modul Stasiun Ruang Angkasa

Dua hari menjelang liburan panjang memperingati Hari Nasional RRC ke-62 yang jatuh tanggal 1 Oktober 2011, Badan Antariksa China meluncurkan modul laboratorium stasiun ruang angkasa pertama yang diberi nama Tiangong-1 (artinya Istana Surgawi) pada 29 September 2011 sekitar pukul 20.00 waktu setempat.

Modul Tiangong-1 seberat 8.5 ton dan panjang 10.4 meter serta berdiameter 3.35 diluncurkan dengan mengggunakan roket Long March-2FT1 dari Pusat Peluncuran Satelit Jiuquan, Gurun Gobi, Barat Laut China. Tujuan peluncuran adalah sebagai langkah awal dari serangkaian uji coba pembangunan stasiun ruang angkasa China. Kesuksesan Tiangong-1 akan disusul dengan misi pengiriman modul stasiun ruang angkasa berikutnya menggunakan pesawat ruang angkasa tanpa awak Shenzhou-8 pada November 2011, dilanjutkan Shenzhou-9 dan Shenzho-10 pada 2012.