Metal detektor di pintu masuk
Seperti lazimnya, setiap Jumat dapat dipastikan masjid akan selalu ramai dipenuhi jamaah yang ingin menunaikan sholat Jumat, tidak terkecuali masjid-masjid yang ada di Beijing. Dan dari puluhan masjid yang ada di Beijing, salah satu yang saya kunjungi pada pekan ini adalah masjid Huashi yang terletak di Jalan Huashi di Distrik Dongcheng.
Masjid Huashi merupakan sebuah masjid yang didirikan pada tahun 1414 pada masa pemerintahan Kaisar Yongle dari Dinasti Ming (1368-1644). Menilik sisa-sisa bangunan tembok kuno yang mengelilingi kota Beijing dan lokasi keberadaan masjid Huashi yang berada di luar tembok, maka dapat dikatakan bahwa pada saat itu masjid Huashi dan komunitas Muslim Beijing memang sengaja ditempatkan di luar pusat kota. Namun sejalan dengan perkembangan kota Beijing, posisi masjid Huashi saat ini justru berada di pusat kota dan terletak di antara bangunan apartemen modern bertingkat tinggi.
Dengan usia bangunan yang sudah sekitar 600 tahun, kondisi masjid Huashi terlihat masih terpelihara baik. Pemerintah kota Beijing tidak menggusur masjid seperti yang dilakukan terhadap bangunan lain yang ada di kawasan tersebut. Pemerintah kota Beijing malah merenovasi bangunan masjid dengan tetap mempertahankan keaslian bangunan dan fungsinya sebagai tempat ibadah.
Dikelilingi bangunan apartemen bertingkat dan pertokoan, masjid Huashi tidak mudah terlihat dari jalan raya. Keberadaan masjid baru dapat diketahui setelah membaca nama masjid di pintu masuk yang terletak di sela-sela pertokoan.
Masjid Huashi tidak tampak dari luar karena dikelilingi pertokoan / foto oleh Aris Heru Utomo
Di pintu masuk terlihat beberapa pria berkopiah putih menjaga sebuah pintu metal detektor yang dipasang di tengah jalan masuk. Para jamaah yang akan memasuki halaman masjid tidak mempunyai pilihan lain selain melewati pintu metal detektor ini.
“Kenapa pintu masuk masjid dipasangi pintu metal detektor seperti halnya di bandar udara atau gedung-gedung penting pemerintahan?”, Begitu pertanyaan pertama yang mengemuka ketika mengetahui pintu masuk masjid Huashi dipasangi metal detektor. Karena selama saya berada di Beijing dan melaksanakan sholat di beberapa masjid belum pernah menemukan masjid yang dipasangi pintu metal detektor.
“Kami sengaja memperketat keamanan masjid karena tidak ingin ada jamaah masuk membawa senjata”, ujar salah seorang penjaga pintu. Menurutnya Hal tersebut merupakan langkah antisipasi demi keamanan dan kenyamanan para jemaah yang hendak melaksanakan sholat jumat. Hal ini mengingat semakin meningkatnya ancaman terhadap keselamatan masyarakat yang dilakukan oleh pelaku teror.
Masjid Huashi dari samping / foto oleh Aris Heru Utomo
Halaman depan masjid, setelah melewati ruko / foto oleh Aris Heru Utomo
Memperhatikan perkembangan situasi keamanan di beberapa kota Tiongkok belakangan dimana terlihat adanya peningkatan aksi kekerasan yang mengakibatkan jatuhnya korban jiwa, dengan beberapa tersangka pelaku tindak kekerasan adalah Muslim Tiongkok asal Xinjiang, maka pernyataan yang dikemukakan penjaga masjid sangat beralasan. Mereka tidak ingin masjid disusupi pelaku tindak kekerasan dan melukai umat Muslim yang sedang melaksanakan ibadah di masjid.
Xinjiang sendiri adalah sebuah daerah otonomi khusus di barat daya Tiongkok setingkat provinsi. Kota terbesar di Xinjiang adalah Urumqi yang juga merupakan ibu kota provinsi. Selain Urumqi, ada pula kota kuno dan bersejarah, Kashgar. Jumlah penduduk di Xinjiang adalah sebesar 20 juta jiwa dengan mayoritas penduduknya adalah Muslim keturunan Turki dari suku Uyghur.
Daerah otonomi Xinjiang dikenal dengan potensi sumber daya alamnya berupa minyak yang sangat besar dan memiliki posisi strategis sebagai tempat transit yang menghubungkan Tiongkok dan Asia Tengah.
Sejumlah analis menyebutkan bahwa sejak lama telah terjadi friksi antara kelompok Muslim di Xinjiang dengan Pemerintah Tiongkok, yang bukan hanya disebabkan adanya perbedaan agama, tetapi juga pada masalah fanatisme, diskriminasi dan ketidakadilan. Semua perbedaan tersebut memunculkan adanya protes dan ketidakpuasan Muslim Xinjiang dari suku Uyghur terhadap Pemerintah Tiongkok yang dipandang telah menerapkan kebijakan dan pengawasan yang diskriminatif dan sangat ketat terhadap Muslim Xinjiang.
Dalam berbagai aksi yang semakin meluas, bukan hanya di Urumqi dan Kasghar tetapi juga di berbagai kota lainnya, beberapa kali terjadi penyerangan terhadap warga di tempat terbuka yang pada akhirnya menimbulkan kerusuhan.
Jadi untuk mencegah terjadinya tindak kekerasan di dalam kawasan masjid, langkah pemasangan pintu metal detektor di pintu masuk masjid merupakan sebuah langkah yang tepat guna mencegah masuknya benda tajam dan berbahaya ke dalam masjid. Ibarat kata, “sedia payung sebelum hujan”.
Langkah pengamanan lain yang dilakukan selain melakukan pengamanan fisik adalah dengan menerapkan kebijakan yang melarang kotbah yang berisikan muatan politik. Tidak mengherankan jika para khotib pun dalam ceramahnya lebih banyak menyampaikan hal-hal yang terkait dengan hal-hal praktis keseharian seperti perlunya makan dan minum yang halal, menjaga kebersihan diri dan lingkungan, berpuasa dengan baik dan lain sebagainya.
Leave a Reply