Tafsir sebagian orang mengenai almanak Suku Maya yang menyebutkan 21 Desember 2012 sebagai ‘tutup buku’ peradaban dunia ternyata tidak terbukti. Tidak sedikit yang kemudian menjadikannya sebagai lelucon, termasuk pula di China. Bahkan di sosial media China seperti Weibo, isu lelucon kiamat menjadi top trending topic.
Terlepas bahwa isu kiamat kemudian menjadi bahan olok-olok, namun survei oleh Ipsos-Reuters pada tanggal 6-20 Maret 2012 di 21 negara ternyata memperlihatkan bahwa masyarakat China lah yang paling meyakini bahwa kiamat memang akan terjadi pada akhir Desember 2012 ini. Sekitar 20 persen masyarakat China yakin bahwa kiamat memang akan terjadi. Angka persentase tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan Turki yang menduduki urutan kedua (13 persen) dan AS (12 persen).
Salah satu yang percaya bahwa kiamat akan terjadi pada 21 Desember 2012 adalah Liu Qiuyan, seorang tukang kayu yang tinggal tidak jauh dari Beijing. Terinspirasi pada peristiwa kiamat pada film Hollywood “2012”, Liu Qiyuan membuat kapsul dari fiberglass yang dilengkapi sebuah mesin dan bisa bertahan selama 5 bulan, serta dihargai US$ 50.000 per buah. Konon, rancangannya tersebut selain dipasarkan ke masyarakat, juga ditawarkan ke AL China.
Sama halnya dengan Liu Qiuyan yang bersikap ‘sedia payung sebelum hujan’ menghadapi isu kiamat, Pemerintah China ternyata juga melakukan langkah-langkah yang lebih serius di luar yang diperkirakan banyak orang.
Bagi Pemerintah China, isu kiamat bukanlah sekedar isu tentang keyakinan akan datangnya hari penghabisan, tapi dipandang sebagai isu politik yang dapat membahayakan kelangsungan kehidupan bangsa dan negara, terutama Partai Komunis China (PKC).
Seperti diberitakan media massa internasional, Pemerintah China justru melihat isu kiamat sebagai isu yang ditiupkan kelompok-kelompok yang bermaksud menggulingkan PKC, salah satunya adalah kelompok yang menamakan dirinya kelompok ‘Gereja Tuhan Yang Mahakuasa’.
Kelompok ‘Gereja Tuhan Yang Mahakuasa’ sendiri adalah kelompok yang berakar pada gerakan yang menamakan diri ‘Cahaya dari Timur’, suatu gerakan yang mempropagandakan keyakinan bahwa Yesus akan kembali ke bumi dalam wujud seorang wanita China berusia 30-an tahun dan mengajarkan kepada pengikutnya antara lain untuk menghancurkan ‘naga raksasa merah’.
Dengan anggota yang diklaim oleh majalah Time pada tahun 2001 sebanyak 300.000 orang, wajar jika Pemerintah China menaruh kekhawatiran jika isu kiamat digerakkan untuk menghancurkan ‘naga raksasa merah’ yang diartikan sebagai PKC.
Menurut Pemerintah China, dalam melakukan gerakannya, kelompok ‘Gereja Tuhan Yang Mahakuasa’ seringkali bersikap anarkis dengan berdalih agama, sering menculik orang, membuat pengakuan dosa dan mengubah agamanya.
Sebelum membesar dan guna mencegah meluasnya isu yang dihembuskan kelompok “Gereja Tuhan Yang Mahakuasa’, Pemerintah China melakukan gerak cepat dengan menangkapi sekitar 1.000 orang pengikut kelompok tersebut di 9 provinsi. Selain itu Pemerintah China mengeluarkan peringatan kepada warganya untuk berhati-hati dan tidak mudah tertipu oleh ajaran-ajaran yang sifatnya mengkultuskan seseorang.
Pemerintah China tidak menginginkan terjadinya pengulangan sejarah penggulingan kekuasaan oleh suatu kelompok atau gerakan yang didasarkan pada ajaran spiritual. Di masa lalu. China pernah mengalami penyusupan isu-isu keagamaan dalam suatu pemberontakan politik, seperti yang terjadi pada abad ke-19 ketika suatu kelompok yang menamakan dirinya Taiping Heavenly Kingdom yang dipimpin seorang misionaris bernama Hong Xiuquan berupaya merebut kekuasaan dari tangan kaisar. Perang saudara meletus pada tahun 1850-1864 dan menewaskan sekitar 20 juta jiwa atau hampir sama dengan korban tewas pada Perang Dunia Pertama.
Untuk itu, di era modern dewasa ini, di tengah banyaknya anggota masyarakat China yang mencari dan mempelajari suatu keyakinan, kemunculan gerakan-gerakan spiritual seperti yang dilakukan kelompok ‘Gereja Tuhan Yang Mahakuasa’ dipandang dapat mengancam upaya Pemerintah China membangun masyarakat sosialis yang harmonis.
Konsep masyarakat sosialis yang harmonis yang diperkenalkan Hu JIntao pada tahun 2004 merupakan konsep yang ditujukan untuk melanjutkan dan memperdalam reformasi sistem politik dan melaksanakan pembangunan yang berkelanjutan di China. Konsep tersebut berasal dari konsep harmoni dalam bermusik yang diperkenalkan pada era Konfusius sebagai suatu konsep penting dalam karakteristik budaya China. Konsep harmoni sarat konotasi dan filosifi mendalam. mensyaratkan perbedaan dan keseimbangan dan tiba pada tujuan yang sama.
Dalam konteks pembangunan, konsep sosial harmoni juga merupakan tanggapan terhadap masalah keadilan sosial dan kesenjangan kesejahteraan, yang jika tidak ditangani segera dapat mengarah kepada kerusuhan dan kekacauan.
Dalam konteks ini pula dapat dipahami jika Pemerintah China sejak peristiwa Tiananmen tahun 1989 sangat sensitif terhadap upaya-upaya menjaga stabilitas nasional. Pemerintah China secara hati-hati mencegah terjadinya instabilitas dengan melakukan pengawasan sosial di satu sisi dan melanjutkan keterbukaan di sisi lainnya.
Dengan pandangan seperti di atas, pesan yang ingin disampaikan sangat jelas yaitu untuk membangun masyakarat sosialis yang harmonis diperlukan keseimbangan, kebersamaan dan kesinambungan dalam melakukan reformasi politik dan menjaga kesetaraan dan keadilan sosial.
Leave a Reply