Banyak yang tidak tahu bahwa di Cina terdapat ribuan masjid yang aktif digunakan untuk tempat beribadah. Banyak yang mengira bahwa karena Cina adalah negara komunis, maka tidak banyak masjid yang ada disana. Padahal selain tempat untuk beribadah, masjid-masjid di Cina pun ternyata digunakan untuk kegiatan sosial seperti penyebarluasan informasi mengenai kesehatan dan melakukan pendidikan masyarakat di bidang kesehatan.
Seperti diberitakan harian China Daily tanggal 12 September 2013, upaya pemanfaatan masjid untuk kegiatan sosial seperti kesehatan reproduksi dilakukan di sekitar 1.200 masjid di Wuzhong, salah satu kota di Ningxia Hui yang berpenduduk 1,5 juta jiwa dan separuhnya adalah muslim. Di kota tersebut sejak tahun 1999 telah dilakukan kampanye penyebarluasan informasi dan kegiatan membantu pelayanan kesehatan yang dikoordinasikikan oleh Asosiasi Keluarga Berencana Cina sebagai tempat
Menurut Deputi Direktur Asosiasi, Gou Qingming, model penyeberluasan informasi dan pelayanan kesehatan yang dikembangkan di Wuzhong tersebut ternyata berhasil dengan baik. Muslim disana menghormati dan mendengarkan perkataan imam dalam setiap dakwahnya mengenai rencana kesehatan reproduksi dan perbaikan kesehatan reproduksi bagi mereka.
Para imam yang menyampaikan dakwah mengenai kesehatan reproduksi dan keluarga berencana bukanlah imam biasa, namun imam yang telah dilatih dan dibekali pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dan keluarga berencana. Bahkan untuk melayani kaum wanita, terdapat pula imam wanita. Dengan bekal ilmu kesehatan reproduksi, para imam menyampaikan pesan-pesan kesehatan reproduksi dalam ceramahnya, terutama pada perayaan hari-hari besar Islam seperti Idul Fitri dan Idul Adha. Untuk membantu penyebarluasan informasi, dipasang pula poster-poster kesehatan reproduksi di halaman masjid.
Pada saat yang bersamaan diberikan pula pelayanan kesehatan, terutama bagi kaum wanita dengan antara lain melakukan pemeriksaan kanker payudara, memberikan pemahaman mengenai kegunaan alat-alat kontrasepsi, pencegahan kehamilan dan upaya memelihara dan membesarkan bayi dengan sehat. Melalui upaya semacam ini maka kesehatan reproduksi dapat ditingkatkan dan penularan penyakit seksual dapat dicegah.
Hasilnya, berdasarkan survei tahun 2011 terlihat adanya peningkatan kepedulian kesehatan reproduksi pada masyarakat Muslim di Wuzhong dari 46 persen pada tahun 1999 menjadi 97 persen i pada tahun 2011. Angka ini dudukung dengan data bahwa resiko infeksi saat melahirkan pun mengalami penurunan, dari 77 persen pada tahun 1999 menjadi 43 persen pada tahun 2011.
Dengan keberhasilan tersebut di atas tidak mengherankan jika umat Muslim di Wuzhong mengharapkan adanya peningkatan aktivitas masjid seperti memberikan pengetahuan kesehatan secara lebih luas dan mengupayakan jasa pelayanan kesehatan. Dengan keberhasilan ini, direncanakan model kesehatan reproduksi di Wuzhong juga akan diterapkan di provinsi-provinsi lain yang banyak penduduk Muslimnya seperti Provinsi Shaanxi, Gansu, Qinhai dan daerah otonomi khusus Xinjiang Uyghur.
Bahwa mulai dijadikannya masjid sebagai tempat untuk mengkampanyekan kesehatan reproduksi dan keluarga berencana di Cina memperlihatkan kesinambungan proses keterbukaan Pemerintah Cina di berbagai bidang, termasuk terhadap umat Muslim, yang mulai dilakukan pada tahun 1978. Salah satu yang dilakukan adalah menerapkan kebijakan kebebasan beragama, merenovasi masjid-masjid bersejarash dan membangun masjid baru yang jumlahnya ribuan.
Dengan melibatkan para imam masjid untuk membantu pengembangan proyek kesehatan reproduksi di Cina, khususnya di kalangan masyarakat Muslin, pemerintah Cina menyadari fungsi penting masjid bukan hanya sekedar sebagai tempat ibadah, tetapi juga sebagai tempat pengembangan pendidikan dan kegiatan sosial yang dapat diberdayakan untuk meningkatkan pembangunan kesejahteraan dan kesehatan masyarakat.
Leave a Reply