“Cara paling cepat, paling efektif, dan paling halus untuk memopulerkan sesuatu ke pasar global adalah melalui apa yang saya sebut “diplomasi sosial-ekonomi.” Amerika Serikat melakukannya dengan “mengekspor” film-film Hollywood, Korea Selatan melakukannya dengan menyebarkan demam K-Pop ke seluruh dunia termasuk ke Indonesia.
Thailand melakukan diplomasi kuliner ke seluruh dunia dengan mendirikan restoran-restoran untuk mengenalkan kulinernya. Semua langkah tersebut sangat efektif untuk melakukan penetrasi ke suatu negara tetapi mereka tidak merasa,” demikian tulis Menteri Pariwisata Arief Yahya dalam artikelnya di Majalah Swa Mei 2018 yang berjudul “Diplomasi Kuliner Indonesia”
Menyadari pentingnya diplomasi sosial ekonomi seperti yang dikatakan Menpar Arief Yahya, sejak lama Perwakilan RI di luar negeri mendorong dilakukannya diplomasi kuliner atau diplomasi gastronomi di Negara akreditasi.
Di Meksiko misalnya, berbagai kegiatan untuk memperkenalkan kuliner Indonesia kerap dilakukan oleh KBRI Mexico City setiap tahun.
Setiap KBRI menyelenggarakan kegiatan sudah pasti hadir kuliner khas Indonesia. Bukan hanya itu KBRI pun aktif menghadiri beragam pameran ataupun mendorong berdirinya restoran Indonesia. Peserta kegiatan pun tidak terbatas pada staf KBRI tetapi melibatkan seluruh anggota masyarakat Indonesia, khususnya kaum wanita.
“Saya sangat mendorong para ibu-ibu Indonesia di Meksiko untuk mengembangkan bakatnya memasak makanan Indonesia. Keahlian ibu-ibu memasak, bukan hanya akan membantu mempromosikan kuliner Indonrsia, tetapi juga membantu perekonomian keluarga ” demikian disampaikan Duta Besar RI untuk Meksiko Yusra Khan saat memberikan sambutan pada Peringatan ke-90 Hari Ibu tanggal 22 Desember 2018 di Mexico City.
Bahwa para ibu memiliki peran sangat besar dalam mempromosikan kuliner Indonesia di Meksiko tampak dari piagam penghargaan yang diberikan KBRI Mexico City saat acara perpisahan Duta Besar Rai Yusra Khan dan staf (22/12/2018).
Dari enam penghargaan bidang gastronomi, lima orang adalah wanita alias ibu-ibu. Kelimanya adalah Rini Sitompul, Renta Uli Panggabean, Sariah, Mien Fernandes dan Luisa Veldez Martines.
Kelima ibu-ibu tersebut dapat disebut sebagai duta kuliner Indonesia yang berjasa mengenalkan dan melestarikan masakan Indonesia di Meksiko.
Jika pada tulisan sebelumnya saya sudah bercerita soal Luisa dan tempenya, sekarang saya akan bercerita tentang keempat wanita lainnya.
Ibu Rini Sitompul atau biasa dipanggil Bu Rini sudah sekitar 20-an tahun tinggal di Meksiko mengikuti suaminya yang menjadi local Staff di KBRI. Di tengah kesibukannya mengurus keluarga, ia mengembangkan bakat memasaknya dengan ikut serta menyiapkan masakan Infonesia setiap kali KBRI menyelenggarakan kegiatan, baik acara resmi maupun tidak resmi.
Sejak sekitar dua tahun lalu, ibu Rini mulai membuka warung makan Nusantara di Plaza de Galeria. Ia mrmanfaatkan tawaran rekannya seorang warga Thailand yang memiliki ruang kosong di Plaza tersebut. Ia menjual paket makanan Indonesia seperti nasi kuning, mie goreng, ayam goreng. Ikan goreng, sop buntut dan sebagainya. Selain itu, ia juga menjual teh kotak.
“Wah pada bulan-bulan pertama rasanya saya ingin menangis. Ketika warung makan lainnya ramai dikunjungi pengunjung saat makan siang atau hari libur, warung kami hanya dilewati saja”, ujar ibu Rini mengenang masa-masa awal membuka warung makannya.
“Alhamdullilah sekarang sudah menutup biaya operasional dan mendapatkan keuntungan. Tandanya sudah mulai banyak orang Meksiko yang mengenal makanan Indonesia, khususnya mereka yang pernah ke Indonesia. Mereka sering datang dan mengajak teman-temannya”, ujar ibu Rini kemudian.
“KBRI dan masyarakat Indonesia di Meksiko juga banyak membantu. Jika ada tamu dari Indonesia, biasanya diajak ke warung Nusantara” tambahnya lebih lanjut.
Berbeda dengan ibu Rini, Sariah atau biasa dipanggil mbak Sar memiliki pengalaman yang berbeda dalam mengenalkan makanan Indonesia. Jika ibu Rini membuka warung makan, Mbak Sar, boleh dikatakan sebagai penjaga gawangnya makanan Indonesia dalam acara-acara KBRI. Tidak ada satupun dari staf dan tamu-tamu KBRI yang tidak pernah mencicipi racikan mbak Sar.
Mbak Sar selalu siap sedia menyiapkan makanan Indonesia, baik dalam acara yang diadakan KBRI hanya untuk beberapa orang hingga acara yang dihadiri ratusan orang. Menu makanan yang disiapkan dan disajikan mbak Sar pun sangat bervariasi, mulai dari set makanan lengkap seperti nasi dan lauk lengkap hingga menu tunggal seperti bubur ayam atau mie bakso.
Ibu Uli menerima penghargaan dsri Duts Besar Yusra Khan / foto dokumen pribadi
Ibu Uli menerima penghargaan dsri Duts Besar Yusra Khan / foto dokumen pribadi
Wanita ketiga yang juga aktif mempromosikan masakan Indonesia adalah ibu Renta Uli Panggabean. Meski tinggal di Meksiko belum selama ibu Rini, wanita lulusan sastra UI ini dikenal oleh masyarakat Meksiko, khususnya di kalangan komunitas orang-orang Indonesia, akan masakannya yang sedap.
Setiap ada kegiatan kemasyarakatan, ibu Uli selalu siap memasakkan makanan Indonesia dengan cita rasa yang otentik. Menikmati masakan ibu Uli kita serasa menikmati masakan ibu di tanah air.
Adapun wanit terakhir yang layak disebut sebagai duta kuliner Indonesia adalah ibu Mien Fernandes yang sudah lebih dari 30 tahin tinggal di Meksiko. Ibu Mien ini spesialis membuat kue-kue Indonesia seperti pisang goreng, naga sosro, kue talam, dan sebagainya.
Dengan kombinasi keempat duta kuliner di atas, keberadaan kuliner Indonesia tetap terjaga dan semakin dikenal oleh masyarakat Meksiko.
Ketika Pemerintah RI belum mampu mengikuti jejak Thailand yang secara sistematis melakukan diplomasi kuliner dengan meluncurkan program The Kitchen of the World, dan berhasil membuka 20.000 restoran Thailand pada tahun 2008, maka keberadaan para wanita duta kuliner tersebut sangat membantu kegiatan diplomasi sosial ekonomi.
Namun demikian kiranya, tidak cukup dengan mengandalkan keberadaan mereka secara apa adanya. Para duta kuliner tersebut perlu didukung terus menerus dengan antara lain membuat branding masakan para duta kuliner tersebut dengan memanfaatkan keberadaan diaspora.
Bukan hanya itu, Pemerintah juga mesti membantu mempromosikan resto Indonesia yang sudah ada di luar negeri. Melatih kembali para duta kuliner yang ada agar yang mereka tampilkan bisa menjadi wajah Indonesia di luar negeri.
Mereka harus menyajikan setidaknya satu dari lima national food Indonesia yaitu soto, rendang, nasi goreng, sate dan harus mempromosikan national food tersebut di luar negeri.
Mexico City, 23 Desember 2018
Leave a Reply