Gedung Merdeka dan Jejak Awal Karir Iwan Fals

Hujan deras siang hari tidak menghalangi pertemuan saya dengan dua orang hebat, yaitu tokoh tari kontemporer dan pembikin film dokumenter ragam budaya Indonesia Prof. Sardono Waluyo Kusumo, dan sosok di balik Teater Payung Hitam, Rachman Sabur. Kami bertemu di Gedung Merdeka,  Bandung, Kamis (03/11/2022). 

Kami berbincang-bincang ringan mengenai Konferensi Asia Afrika (KAA) tahun 1955 yang berlangsung di Gedung Merdeka dan jejak kepemimpinan Presiden pertama Indonesia Sukarno atau Bung Karno dalam KAA. 

Di usia Republik Indonesia yang masih sangat muda, 10 tahun, Indonesia mampu menyelenggarakan konferensi yang memiliki dampak besar bagi perjuangan bangsa-bangsa Asia Afrika untuk memperoleh kemerdekaan. Konferensi yang mendorong munculnya kerja sama dan hubungan yang baik antar negara Asia Afrika di bidang ekonomi, sosial, dan budaya.

“Saya merinding dan terharu melihat berbagai benda koleksi dan foto-foto suasana KAA 1955 yang ditampilkan di ruangan ini,” ujar Sardono saat memasuki salah satu ruangan di Gedung Merdeka yang dijadikan Museum KAA. 

Di ruangan museum KAA yang sedang direnovasi hingga Desember 2022 ini terdapat berbagai benda koleksi dan foto KAA 1955 yang merupakan cikal bakal Gerakan Non-Blok (GNB). 

“Terlihat bagaimana Bung Karno dan para pemimpin Indonesia pada saat itu bersama-sama menggelorakan semangat perjuangan bangsa-bangsa Asia Afrika. Bagaimana nilai-nilai Pancasila diaktualisasikan dalam praktek berbangsa dan bernegara serta digali terus menerus,” tambah Sardono. 

“Bukan sekedar memahami teks Pancasila, generasi muda juga mesti memahami proses penggalian Pancasila yang terus menerus,” papar Sardono.

Didampingi staf Museum KAA yaitu Safira, Katon dan Nisa, kami juga meninjau ruang rapat KAA yang juga sedang direnovasi. Tampak ruangan luas dengan langit-langit melengkung. Semua dindingnya bercat putih dan terdapat bendera negara-negara dari berbagai bangsa di atas panggung serta gong perdamaian raksasa di sisi panggung.

“Memasuki ruangan ini, saya jadi teringat ketika masa muda sering menonton pertunjukan atau konser di ruangan ini,” seru Rachman Sabur 

“Benar sekali pak, ruangan ini memang awalnya digunakan untuk pertunjukan. Gedung Merdeka yang dulunya dikenal sebagai gedung Concordia, memang didirikan oleh perkumpulan Societeit Concordia sebagai tempat untuk hiburan dan sosialisasi,” papar Safira.

Menurut sejarahnya, gedung Concordia dibangun pertama kali pada tahun 1895 dan dinamakan Sociëteit Concordia, dan pada tahun 1926 bangunan ini direnovasi seluruhnya oleh Wolff Schoemacher, Aalbers dan Van Gallen, dan dikenal nama gedung Concordia. Setiap sore dan akhir pekan, gedung ini ramai dikunjungi oleh pemilik perkebunan tanaman teh, karet, dan kina yang ada di sekitar Jawa Barat, khususnya Bandung.

“Nah ngomong-ngomong soal gedung ini sebagai tempat pertunjukan seperti disampaikan Kang Rachman, saya jadi teringat sebuah cerita,” sela Sardono.

“Dulu di pertengahn tahun 1970-an, ada seorang pengamen muda yang ikut festival musik di tempat ini karena didaftarkan oleh seorang penambal ban. Pengamen muda tersebut tidak tahu kalau namanya didaftarkan dalam festival,” tambah Sardono.

“Kamu disini aja, berdiri di samping panggung. Kalau ada yang panggil namamu dengan nama berbeda, kamu naik saja ke panggung dan menyanyi. Saya pergi dulu untuk selesaikan pekerjaan saya,” cerita Sardono menirukan dialog penambal ban kepada pengamen muda tersebut.

Pengamen muda tersebut pun menuruti apa yang dipesankan penambal ban, meskipun tidak begitu paham maksudnya.

Akhirnya, ketika waktunya tiba, pembawa acara festival memanggil nama si pengamen muda tersebut dan dengan sedikit ragu-ragu si pengamen muda tersebut naik ke panggung dan menyanyi. Tahukah nama yang disebutkan si pembawa acara? “Iwan Fals”

Masa kecil Iwan Fals memang dihabiskan di Bandung. Bakat musiknya makin terasah di usianya yang ke-13 tahun, saat Iwan banyak menghabiskan waktunya dengan mengamen di Bandung. Bermain gitar dilakukannya sejak masih muda, bahkan ia mengamen untuk melatih kemampuannya bergitar dan mencipta lagu. (AHU) ***

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *