Halal Bihalal Galas 84 Tahun 2023

Membaca istilah halal bihalal, tidak sedikit yang mengira bahwa istilah tersebut merujuk ke pada kebiasaan yang dilakukan masyarakat Arab, khususnya di Mekkah dan Madinah.

Namun nyatanya, istilah halal bihalal merujuk pada tradisi khas di Indonesia pasca hari raya Idul Fitri di mana umat muslim bertemu satu sama lain untuk saling menghalalkan segala sesuatu yang salah dalam hubungan antar manusia atau saling memaafkan. Dengan saling memaafkan, semua kekusutan, kekeruhan, dan kesalahan tersebut akan lebur dan kembali seperti keadaan semula

Di Indonesia, tradisi halal bihalal sendiri dimulai sejak tahun 1948. Pada saat itu, Negara Republik Indonesia (NRI) yang masih berusia balita dihadapkan pada ancaman perpecahan akibat perseteruan dan perbedaan pendapat antara para pemimpin pergerakan dan tokoh masyarakat, pada saat yang bersamaan NRI dihadapkan pada agresi militer Belanda pada tahun 1947.

Sebagai seorang presiden NRI, kecerdasan dan kematangan Sukarno atau Bung Karno sebagai pemimpin negara diuji untuk dapat menyelesaikan masalah, tanpa menimbulkan masalah baru.

Bung Karno menyadari sepenuhnya situasi pada saat itu dimana masih banyak para pemimpin pergerakan, pemuka agama dan tokoh-tokoh masyarakat lainnya yang saling berbeda pandangan antara satu dengan yang lainnya. Perbedaan di antara mereka yang apabila tidak ditangani dengan baik akan dapat mengancam keutuhan NRI.

Bung Karno menyadari sepenuhnya bahwa di tengah perbedaan yang ada, tidaklah mudah secara psikologis bagi pemimpin politik untuk secara terbuka meminta maaf kepada yang lain. Sehingga diperlukan upaya yang dapat menyatukan mereka tanpa memunculkan perasaan merendahkan satu sama lain.

Untuk itu Bung Karno kemudian memanggil salah seorang ulama yang bernama K.H Abdul Wahab Hasbullah untuk dimintakan pendapat dan pandangannya.

K.H. Abdul Wahab Hasbullah yang merupakan seorang ulama pendiri Nahdatul Ulama tersebut pada awalnya mengusulkan untuk mengadakan kegiatan silaturahmi.

Namun Bung Karno menolak usulan tersebut karena dianggap hal tersebut sebagai sesuatu yang biasa saja bagi masyarakat Indonesia.

Kyai Wahab kemudian memperkenalkan istilah Halal bihalal pada Bung Karno. Menurut Kyai Wahab, tindakan saling bermusuhan dari para pemimpin politik adalah suatu tindakan yang diharamkan. Karenanya,agar menjadi halal perlu untuk dibersihkan, antara lain dengan memaafkan.

Atas saran K.H. Wahab tersebut, pada Hari Raya Idulfitri di tahun 1948, Bung Karno mengundang seluruh tokoh politik untuk datang ke Istana Negara untuk menghadiri silaturahim yang diberi judul ‘Halalbihalal.’ Para tokoh politik akhirnya duduk satu meja berbincang satu sama lain dan saling bermaaf-maafan.

Mereka pun bersama-sama mulai menyusun kekuatan dan persatuan bangsa ke depan. Sejak saat itu, berbagai instansi pemerintah di masa pemerintahan Bung Karno menyelenggarakan halalbihalal.

Halal bihalal kemudian diikuti masyarakat Indonesia secara luas, terutama masyarakat muslim di Jawa sebagai pengikut para ulama. Hingga kini Halal bihalal menjadi tradisi di Indonesia.

Mengikuti tradisi tersebut, pada tanggal 14 Mei 2023 alumni SMA Negeri 13 Jakarta tahun 1984 mengadakan kegiatan halal bihalal di sebuah restoran di Bintaro.

Para alumni yang dikenal sebagai Galas 84 ini berkumpul dan berbincang-bincang akrab. Sambil menyantap hidangan yang disediakan, hadir berbagai obrolan hangat antara lain tentang kenangan masa SMA, kondisi kesehatan, masalah kerjaan dan bisnis atau politik kekinian.

Maklum saja, alumni Galas 84 kan berlatar belakang profesi yang beraneka ragam. Ada yang menjadi birokrat, guru, dosen, pengusaha, petani, dan lain sebagainya. Sebagian besar sudah ada yang pensiun atau akan pensiun dalam waktu dekat, namun masih ada yang aktif beberapa tahun lagi.

Selain mereka yang makan dan ngobrol, di panggung tampak beberapa peserta yang terlihat aktif bernyanyi diiringi organ tunggal. Bahkan ada seorang alumni yang sepertinya tidak bisa lepas dari mikropon, selalu ikut bernyanyi meski harga BBM belum turun.

Selain makan minum dan ngobrol serta menyanyi tentu saja tidak lupa berfoto-foto. Bukti bahwa mereka hadir di acara yang dilakukan setahun sekali ini, sekaligus menunjukkan ke publik atau teman-teman dekatnya bahwa mereka dalam keadaan sehat. Sesuatu yang menjadi dambaan bagi banyak orang di usia yang tidak lagi muda.

Terima kasih kepada seluruh Panitia halal bihalal yang telah bekerja keras menyelenggarakan pertemuan ini. Terima kasih khusus juga disampaikan kepada Bapak Djoko Siswanto yang telah berkenan menjadi penyandang dana dan juga Bapak Agus Gamal Putra yang telah menyiapkan bis untuk mengangkut sebagian teman-teman alumni Galas 84 yang tidak membawa kendaraan sendiri ke lokasi pertemuan.

Terima kasih, salam sehat dan salam sejahtera bagi kita semua.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *