Setelah menempuh perjalanan udara Jakarta-Kupang-Maumere, rombongan “Garis 85 Goes to Flores” Alumni Fakultas Hukum Universitas Indonesia angkatan 85 (FHUI 85 atau Garis 85) dan Wuamesu Indonesia, organisasi masyarakat Ende di Jakarta, tiba di Bandara Frans Seda Maumere pada sekitar pukul 8 WITA (5 Mei 2016). Dari Maumere rombongan kemudian melanjutkan perjalanan ke Ende lewat jalan darat menggunakan 3 (tiga) buah bus berukuran sedang.
Mengawali perjalanan menuju Ende, Kristo, pemandu lokal dan seorang anggota panitia dari Wuamesu yang mengkoordinasikan tour bersama Garis 85, menginformasikan bahwa di tengah perjalanan nanti, rombongan akan singgah sejenak di Pantai Paga, sekitar 48 km dari Maumere.
Dimana lokasi Pantai Paga? Begitu mungkin pertanyaan yang mengemuka saat mendengar pertama kali nama pantai Paga. Ya, mungkin dibandingkan nama-nama pantai lainnya di Indonesia, sebutkannlah semisal pantai Kuta dan Senggigi di Pulau Bali, nama pantai Paga masih kalah populer.
Dari informasi yang diperoleh, pantai Paga terletak di Kecamatan Paga, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur. Pantai Paga merupakan salah satu pantai di Pulau Flores yang menyajikan pemandangan alam yang indah dengan hamparan laut biru dan pasir pantai putih yang masih alami.
Untuk mencapai pantai Pagai kami mesti menyusuri jalan meliuk-liuk tajam dengan di satu sisi jurang dan di sisi lain tebing sepanjang 48 km dari Maumere. Tanpa menghiraukan terik yang menyengat, anggota rombongan langsung berhamburan setibanya di kawasan pantai Paga.
Di tepi pantai terlihat beberapa perahu nelayan sedang ditambatkan di pantai. Meluaskan sedikit pandangan ke arah laut, tampak tumpukan batu-batu kecil memanjang yang sengaja dibuat menyerupai “dam” untuk menahan ombak agar bisa digunakan untuk menambatkan perahu nelayan.
Sementara itu di sisi kanan pantai terlihat tebing dan bukit yang kokoh seolah menjadi pagar dari pantai. Deburan ombak yang tidak terlalu tinggi, menegaskan kecantikan pantai Paga dengan keindahan alamnya yang masih asri ,bagaikan gadis kampung yang molek namun belum tahu bersolek. Suatu kemolekan alami yang sungguh sunguh memukau mata dan hati setiap insan yang memandangnya. Deburan ombak pantai yang lirih pun membuat orang betah berlama-lama. Ibarat kata, lautan lepas dengan perahu nelayan yang semakin mengecil dan deburan ombak seperti lukisan alam yang memesona.
Puas memandang fenomena keindahan laut yang luar biasa, seluruh anggota rombongan bergegas mencari posisi strategis untuk berfoto. Latar belakang foto favorit adalah hamparan pantai dan tebing yang berdiri kokoh di kejauhan. Sementara beberapa teman terlihat berupaya membasahi tangan dengan air laut, tidak pua memandangi laut tanpa menyentuhnya.
Akhirnya, jika tidak mempertimbangkan perjalanan yang masih panjang di Flores, rasanya saya dan juga anggota rombongan lain ingin berlama lama menatap Mahakarya Sang Pelukis Maha Agung. Menatap keindahan dan kemolekan pesona alam, disertai semilir angin laut yang menerpa wajah dengan lembut, telah merekam kenangan manis yang mendalam. Kenangan bahwa ternyata pantai Paga tidak kalah indahnya dari pantai-pantai lainnya di Indonesia yang jauh lebih populer.
Namun demikian, untuk menjadikan kawasan pantai Paga sebagai kawasan wisata pantai yang populer, selain melakukan promosi yang lebih gencar, pemerintah setempat mesti dapat merawat dan mengawal keindahan yang sudah ada. Pemerintah setempat misalnya mesti dapat menata hotel atau tempat penginapan dengan baik dan mempermudah infrastruktur ke tempat tujuan. Bila hal hal ini dapat tata dan dirapikan serta dibangun infrastruktur yang memadai, maka akan menambah semaraknya keindahan pantai Paga ini.
Leave a Reply