“Mbak, ada jamu untuk mencegah atau mengobati gangguan sakit jantung?, ” begitu pertanyaan yang saya dengar dari seorang pengunjung warung jamu
Ada pak, itu ramuan nomor 55 namanya Sijantung. Ramuan tersebut untuk mengobati gangguan kesehatan seperti jantung sakit atau lemah, dada sesak, berdebar-debar cepat lelah karena jalannya darah tidak lancar, ” begitu jawab si mbak penjaga warung
“Kalau untuk memperkuat daya tahan tubuh atau vitalitas pria juga ada mbak,” tanya yang lainnya
“Ada juga pak,
nomor 15, namanya Satria Plus Ginseng,” jawab si mbak
Saya yang
awalnya hanya mendengarkan kemudian ikut nimbrung dalam percakapan dan bertanya
“Selain ramuan tersebut, ramuan apa
lagi yang tersedia?”
“Banyak
pak, seperti tercantum di menu
setidaknya ada 59 jenis ramuan jamu yang dapat diminum langsung disini atau
dibawa pulang, ” jawab si mbak.
Percakapan di
atas adalah sedikit cuplikan yang saya simak di warung Jamu Bukti Mentjos Jalan
Salemba Tengah Jakarta Pusat. Oleh sebagian besar masyarakat, warung jamu ini
dikenal sebagai warung Jamu Mentjos karena dulu letaknya tidak jauh dari Pasar
Mentjos.
Berbeda dengan
warung jamu pada umumnya, di warung Jamu Mentjos interiornya dibuat miirip kafe
dan semua aneka ragam ramuan jamu yang disiapkan merupakan racikan sendiri
dengan bahan-bahan yang berasal dari aneka tanaman obat.
Berdiri sejak
tahun 1950, sebuah foto hitam putih yang terdapat dalam brosur memperlihatkan
dahulu warung jamu ini masih berbentuk gubuk, warung Jamu Mentjos telah membuktikan
eksistensinya untuk bisa bertahan di tengah
persaingan dengan obat-obatan modern. Bukan rahasia lagi apabila jamu
pernah dipandang sebelah mata, khususnya di dunia kedokteran, sebagai ramuan
yang layak untuk menjaga kesehatan apalagi pengobatan. Alasannya, bahan-bahan pembuatan jamu tidak jelas
kandungannya. Selain itu, pengolahan dan
sajiannya tidak higienis.
Warung ini
juga mampu menunjukkan kemampuannya memelihara tradisi minum jamu sebagai tradisional
sebagai pencegah penyakit atau obat yang diterima masyarakat. Jamu yang dijual di warung ini merupakan
ramuan jamu Jawa asli, seperti Galian Singset yang berfungsi merampingkan dan
menghilangkan kelebihan lemak didalam tubuh yang kegemukan, menjaga badan tetap
singset dan menurunkan kolestrol.
Merujuk pemahaman
budaya sebagai upaya manusia untuk menterjemahkan sekaligus menjawab persoalan
dalam suatu masyarakat, maka dari literatur peradaban umat manusia maka
kebiasaan meramu jamu sesungguhnya sudah menjadi suatu budaya suatu masyarakat.
Jamu menjadi identitas budaya yang unik dan hanya dapat ditemui dalam peradaban
suku bangsa tertentu.
Percobaan-percobaan
atau penelitian mengenai ramuan yang telah dilakukan manusia pada dasarnya merupakan
bagian dari pembudayaan untuk mencari solusi suatu penyakit yang terdapat di masyarakat.
Karena itu tidak mengherankan jika setiap negara memiliki tradisi mengolah
ramuan dan minum jamu. Masing-masing memiliki tradisi yang khas, mulai bahan,
cara meraciknya, bentuk penyajiannya, dan model penjajaanya.
Di Indonesia
khususnya Jawa, hampir setiap orang tahu dan bisa meramu jamu yang terbuat dari
tumbuh-tumbuhan semisal, kunyit, laos, jahe, bahkan dedaunan seperti butrawali.
Kebiasaan inilah yang diwariskan secara turun temurun, seperti jamu yang
disajuikan di watung Jamu Bukti Mentjos, dan menjadi orisinalitas dari karakter
berkebudayaan bangsa Indonesia.
Meski pada
dasarnya racikan jamu yang ampuh hanya bisa dilakukan oleh seorang ahli seperti
penjual jamu, baik yang keliling kampung maupun yang sudah menetap. Dari
deretan jamu tradisional ini, banyak resep-serep yang manjur dalam mengatasi
berbagai penyakit yang di derita masyarakat. Seperti menurunnya nafsu makan,
demam, mencret, kepala pusing, flu, masuk angin dan lain-lain. Setiap penyakit
memiliki resep jamu yang berbeda-beda.
Maka lahirlah
sederet jenis jamu tradisional seperti kunir asam, jamu pahitan, kudu laos,
uyup-uyupan/gepyokan yang dikhususkan bagi ibu menyusui, beras kencur dan masih
banyak lagi. Jelaslah kemudian, berdasarkan geneologinya, jamu dan tradisi
minum jamu sesungguhnya merupakan praktik budaya asli yang lahir dari rahim
kebudayaan bangsa Indonesia.
Ini artinya
jamu dengan tegas merupakan salah satu kebudayaan integral bangsa, sekaligus
menjadi identitas dan karakter. Itulah sebabnya, mari jadikan jamu sebagai tuan
rumah di negerinya sendiri. Untuk itu, sudahkah anda minum jamu hari ini?
Leave a Reply