Semua prediksi bahwa Argentina akan kalahkan Arab Saudi di pertandingan pertamanya di Piala Dunia FIFA 2022, menjadi berantakan. Bola memang bundar. Apapun bisa terjadi. Yang terjadi, justru Argentina yang dijungkalkan 1-2 oleh Arab Saudi.
Timnas Argentina di luar dugaan kalah 1-2 dari Arab Saudi pada laga pembuka Grup C Piala Dunia 2022 Qatar, Selasa (21/11/2022). Pada pertandingan yang dihelat di Lusail Stadium, Kota Doha, Qatar, timnas Argentina sebenarnya berhasil unggul terlebih dahulu pada menit ke-10 berkat gol penalti Lionel Messi.
Namun, Argentina gagal mempertahankan keunggulan itu dan tampak sangat kewalahan menghadapi pressing tinggi Arab Saudi. Sepasang gol penentu kemenangan Arab Saudi dicetak oleh Saleh Al-Shehri (49′) dan Salem Al-Dawsari 54′.
Lionel Messi pun hanya terdiam ketika wasit meniup peluit tanda berakhirnya pertandingan. Kapten Argentina itu menerima satu kegagalan lagi. Kemenangan yang bakal diraih berkat gol semata wayangnya, terbang bersama angin. Kemenangan menjadi milik Arab Saudi. Sementara Argentina mesti berjuang lebih keras mengalahkan Mexico dan Polandia di partai berikutnya di Group C. Kalah ataupun seri bisa membuat Argentina menjauh dari trofi Piala Dunia.
Memang masih tersisa dua pertandingan lagin di babak penyisihan group, namun kekalahan Argentina dari Arab Saudi memunculkan pertanyaan: apakah Messi dan Argentina seolah ditakdirkan untuk berkalang kegagalan?.
Sempat memutuskan pensiun dari tim nasional, La Pulga pun kembali karena seolah punya urusan yang belum selesai. Messi membatalkan keputusan tersebut dan kembali mengenakan kostum putih-biru.
Melewati berbagai prahara di timnas Argentina, termasuk penggantian pelatih Sampaoli dengan Lionel Scaloni yang belum berpengalaman melatih klub atau negara apa pun, Argentina datang ke Piala Dunia FIFA 2022 dengan prestasi patut diacungi jempol.
Scaloni mampu membawa Argentina menjadi juara Copa America 2021. Bersama Scaloni, Argentina tampil amat solid. Sudah 36 laga Argentina tak terkalahkan. Catatan gemilang itu membuat Argentina masuk ke Piala Dunia 2022 dengan label favorit juara.
Keberhasilan tersebut tidak terlepas dari peran Scaloni yang bisa memaksimalkan peran Messi. Dalam skemanya, Messi bermain lebih ke depan bersama Lautaro Martinez atau Julian Alvarez. Namun, Messi mendapatkan kebebasan berkreasi dan memiliki rekan yang tak kalah kreatif.
Paling kentara tentu Scaloni bisa memaksimalkan peran Messi. Memang, dalam skemanya, Messi bermain lebih ke depan bersama Lautaro Martinez atau Julian Alvarez. Namun, Messi mendapatkan kebebasan berkreasi dan memiliki rekan yang tak kalah kreatif.
Ketika Argentina melakukan build-up serangan, Messi akan turun cukup dalam untuk memberikan opsi. Turunnya Messi membuat lubang yang bisa dimanfaatkan winger serta penyerang Argentina. Kebetulan, Lautaro Martinez atau Julian Alvarez punya pergerakan tanpa bola yang cukup apik.
Messi juga dibantu dua gelandang pekerja yang membuatnya tak perlu pusing dengan urusan aksi atau fase defensif. Kedua gelandang itu, Leandro Paredes dan Rodrigo De Paul, akan bekerja memutus serangan lawan.
Kinerja apik Messi bisa terlihat di Copa America tahun lalu. Empat gol dan lima assist ia buat hingga membawa Argentina juara.
Bagaimana kalau Messi buntu? Kedua sisi Argentina tak kalah kreatif. Angel Di Maria di kanan serta Alexis Mac Allister di kiri bisa memberikan opsi via dribel dan umpan-umpan akurat. Di Maria sendiri tampil apik di laga uji coba melawan UEA lewat dua assist.
Dengan Messi yang aktif bergerak, Di Maria dan Mac Allister juga bisa masuk untuk menemani penyerang. Di situ, Argentina punya kuantitas yang cukup di kotak penalti lawan.
Sayangnya semua kelebihan di atas tidak bisa dimanfaatkan maksimal. Messi dan barisan depan Argentina tidak bisa menembus ketatnya pertahanan Arab Saudi. Angel Di Maria berulang kali gagal menembus gawang Arab Saudi yang dijaga Mohammed Al-Owais yang malam itu mernjadi pahlawan Arab Saudi dengan aksinya berulang kali berjibaku menyelamatkan mistarnya.
Sebaliknya, dua gol bersarang di gawang Emi Martinez di awal babak kedua dalam selisih waktu yang tidak berjauhan. Semua gol berasal dari sudut yang sama, yaitu dari dalam kotak penalti sebelah kanan pertahanan Argentina, menyilang ke bagian kiri gawang Emi Martinez
Dengan kekalahan tersebut, jadilah Argentina kembali berduka. Tapi Don’t Cry for me Argentina (Jangan menangis untukku Argentina), masih ada dua partai tersisa. Bermainlah dengan baik, menyerang terus sejak awal dan jangan lupa pertahanan. (AHU) ***
Leave a Reply