“Anak Priok mau ke sungai aja kok jauh-jauh ke Bogor, di Priok aja, kan ada sungai Enim dan Rawa Badak”.
“Ha ha ha di Sungai Enim atau Rawa Badak mah arusnya datar, boro-boro bisa main arung jeram, yang ada malah kesangkut sampah dan lumpur yang menghitam”, tanggap teman yang lain.
Begitu guyonan teman-teman alumni SMA 13 angkatan 84 usai berolahraga arung jeram (rafting) di sungai Cianten, Bogor, Sabtu, 30 Januari 2016. Terlihat wajah-wajah sumringah dan puas usai mereka bersama-sama melakukan olah raga arung jeram sambil menikmati keindahan di sepanjang sungai Ciaten. Ketegangan selama mengarungi derasnya arus sungai di beberapa titik tidak tampak sama sekali. Yang ada justru keinginan untuk melakukan olah raga ini kembali di tempat lain dengan arus yang lebih menantang.
Sungai Cianten sendiri dipilih kali ini karena lokasinya yang tidak terlalu jauh dari Jakarta dan bisa ditempuh dari Jakarta dalam waktu kurang dari 2 jam. Sungai ini masih menyimpan keaslian alam dan air yang termasuk jernih dengan tepi sungai berbukit hijau dan bertebing. Selama mengarungi sungai kita bisa melihat satwa yang dilindungi seperti biawak dan masih bisa mendengar kicau burung atau bahkan memetik buah rambutan yang kebetulan ada di tepi sungai.
Dengan kriteria dan tingkat kesulitan (grade) III, sungai ini cocok untuk berolahraga arum jeram bersama keluarga, termasuk anak-anak. Cocok pula bagi mereka yang baru pertama kali ikut olah raga rafting. Walau tidak seganas sungai-sungai lainnya yang ada di Sukabumi misalnya, beberapa bagian di sungai Cianten cukup menarik dan memiliki arus yang cukup deras. Lebar sungainya pun bervariasi mulai dari titik start hingga finish antara 15-50 meter dan kedalaman air sekitar 6 meteran.
“Yang penting lawan rasa takut, Insya Allah kegiatan ini aman”, begitu penjelasan salah seorang instruktur dari C’Aventure Rafting, penyedia jasa kegiatan rafting di Bogor, ketika ada beberapa peserta yang terlihat ragu-ragu. “Selama kegiatan, selain dilengkapi dengan peralatan arung jeram seperti helm dan pelampung, instruktur-insttruktur terlatih dari C’Aventure juga akan mendampingi di setiap perahu dan ada pula tim SAR’, tambahnya.
Setelah segala persiapan di base camp selesai, rombongan sebanyak sekitar 80an orang (saya dan teman-teman alumni SMA 13 sebanyak 25 orang dan sisanya dari sebuah perusahaan yang sedang berekreasi bersama) diangkut mengggunakan 4 buah angkot dan sebuah bak terbuka menuju titik luncur arung jeram. Jalanan ke arah titik luncur lumayan jauh, menggunakan jalan utama yang menghubungkan beberapa desa seperti desa Gobang dan Leuwiliang. Setelah menempuh perjalanan menanjak dan berliku selama sekitar 45 menit, rombongan diturunkan dekat jembatan Leuwiliang-Karikil.
Perjalanan sepanjang 9 km dimulai dari bagian sungai Cianten di bawah jembatan Leuwiliang yang terlihat tenang. Terdapat sekitar 18 perahu karet sudah siap di bawah jembatan, beberapa di antaranya sedang dicek dan dipompa kembali oleh instruktur C’Aventure. Setelah semua perahu karet siap, rombongan kemudian diberikan pengarahan singkat mengenai penggunaan dayung dan tindakan lainnya, termasuk upaya menyelamatkan diri, misalnya ketika perahu terbalik.
Saya berada satu perahu dengan Emil, Ety, Kris dan putri saya Fanny serta instruktur bernama Kang Anto. Sementara teman-teman yang lain yaitu Sijonto, Risa, Sari, Nunung, Neng, Ningrum, Arin, Gobet, Andi, Aghi (anaknya Andi), Yamin sekeluarga, Novi, Deta, Mayu, Nurwati dan Sri Mulyani berada di empat perahu karet lainnya. Setelah semua orang berada di perahu masing-masing (setiap perahu bisa memuat 6-7 orang, termasuk instruktur yang mengendalikan perahu), kami pun mulai bersiap menyusuri sungai. Sambil memutar perahu di atas sungai, Kang Anto kembali mengingatkan cara-cara menggunakan dayung dan bersikap di perahu. Kang Anto minta agar semua peserta di perahunya mematuhi perintahnya supaya perjalanan aman dan nyaman. Sambil mendengarkan penjelasan kang Anto, wajah peserta seperti tak sabar untuk menggerakkan perahu karet. Perasaan takut dan was-was sepertinya tertutup dengan keinginan segera menikmati kegembiraan di sungai, maklum, kebanyakan mereka baru sekali ini melakukan arung jeram.
Cuaca cerah dengan sinar matahari yang menyengat dan hujan yang turun satu sejam sebelum kegiatan arung jeram berakhir, menjadi perpaduan yang sempurna dari pelaksanaan kegiatan hari ini.
Perjalanan di awali di permukaan sungai yang datar dan nyaman untuk diarungi. Setelah beberapa saat barulah terdapat bagian dengan arus sangat deras membuat perahu melonjak-lonjak dan berputar liar di antara bebatuan besar. Beberapa kali instruktur meminta penumpang untuk berpindah posisi, kiri dan kanan saat perahu menabrak batu, oleng dan melintir. Tidak jarang instruktur turun ke sungai untuk menarik perahu karet. Semua ini menjadi momen-momen petualangan yang seru setiap detiknya.
Kali Cianten memang mengasyikan dengan dengan hamparan batu-batu besar serta pinggiran yang landai berkerikil luas seperti pantai. Di beberapa bagian bahkan terihat warga setempat sedang mengeruk pasir dan memilih batu koral.Di tebing kiri dan kanan sungai terlihat pepohonan yang rimbun.
Dengan bersemangat semua peserta mendayung dan mengontrol perahunya sambil menikmati keindahan alam di sekitar sungai. Ketika melewati jeram yang arusnya deras, peserta pun berteriak gembira. Ketika bertemu dengan rekan-rekan di perahu lain tidak jarang kami saling menyiramkan air dengan menggunakan dayung sebagai tanda keakraban.
Saya pun ikut larut dalam kegembiraan dan penuh semangat mendayung perahu. Bahkan saking semangatnya dan ingin bergaya saat didokumentasikan tim C’Aventure, di sebuah jeram yang diberi nama Jeram Ningrat, saya agak sedikit mengendorkan pegangan ke tali, akibatnya saya pun terlontar dari perahu dan tercebur ke sungai. Sambil berpegangan ke sisi perahu, saya bersikap tenang dan menunggu ditarik instruktur kembali ke perahu. Sementara anggota tim penyelamat yang ada di sekitar jeram tersebut pun tidak kalah cepat bereaksi dengan melemparkan tali penyelamat sehingga perahu dapat segera ditarik ke sisi sungai yang lebih tenang.
Bermain arung jeram di sungai tanpa merasakan basah sama juga bohong. Karena itu ketika tiba di kawasan yang airnya tenang dan cukup dalam, para peserta ramai-ramai meninggalkan perahu dan nyebur ke sungai untuk mengapung dan bergembira di sungai tanpa khawatir tenggelam karena telah mengenakan pelampung. Ada bagian yang lucu saat nyebur ke sungai, ada teman yang ketika nyebur ke sungai, tanpa sengaja mulutnya kemasukan air sungai. Akibatnya sepanjang berada di atas perahu dia berusaha untuk memuntahkan air yang sudah masuk ke kerongkongannya. Mungkin sambil membayangkan air yang masuk tersebut tekah bercampur dengan air pipis dan kotoran manusia serta kotoran lainnya.
Setelah sekitar 3 jam berarung jeram, di sebuah tepian yang landai seluruh rombongan meminggirkan perahu karetnya dan berhenti di tempat ini. Inilah titik akhir perjalanan arung jeram hari ini di Sungai Cianten. Saking asyiknya mengarungi sungai sepanjang 9 km, waktu terasa berjalan cepat. Kami pun segera kembali ke basse camp dengan berjalan kaki sambil bercerita tentang asyiknya berarung jeram. Tidak sedikit yang merasa ketagihan dan ingin berarung jeram kembali di tempat yang lebih menantang dengan grade yang lebih tinggi (IV atau V). Jika awalnya khawatir dan was-was, akhirnya malah ketagihan.
Mantap….tks Ahu buat tulisannya…?