“Ketika di Roma, lakukan seperti yang dilakukan orang-orang Roma,” sebuah pepatah dari abad ke-4 yang ditujukan kepada para pendatang untuk bersikap dan mengikuti kebiasaan dan tradisi lokal ketika berada di suatu tempat.
Konon pepatah ini merujuk pada kisah Santo Agustinus, seorang suci Kristen awal, yang pindah dari Roma ke Milan dan menemukan bahwa para pastur tidak puasa pada hari Sabtu sepertti halnya di Roma.
Santo Ambrose yang lebih tua dan lebih bijaksana, pada waktu itu uskup Milan, menyampaikan pandangannya, “ketika saya pergi ke Roma, saya berpuasa pada hari Sabtu, tetapi di sini saya tidak”.
Di Indonesia sendiri terdapat pepatah serupa yang berbunyi “Dimana bumi dipijak, disitu langit dijunjung”, yang berarti dimanapun seseorang berada, ia mesti beradaptasi dengan masyarakat atau situasi setempat dengan menghargai adat dan budaya tempatan tanpa harus kehilangan jati-dirinya
Kedua pepatah tersebut tepat digunakan untuk mengomentari sikap para suporter dari negara-negara Eropa yang mengritik keras peraturan yang dikeluarkan tuan rumah Piala Dunia FIFA 2022 Qatar.
Pemerintah Qatar yang mayoritas penduduknya Muslim mengeluarkan serangkaian pengaturan bagi suporter internasional yang datang ke Qatar, seperti larangan penjualan dan mengonsumsi alkohol. Undang-undang di Qatar dengan tegas mengatur penjualan dan konsumsi alkhol hanya ada di area tertentu di dalam stadion” (suite perhotelan mahal) dan jauh dari pertandingan, di restoran dan bar hotel berlisensi. Minum alkohol atau mabuk di depan umum merupakan pelanggaran.
Pemerintah Qatar juga melarang rokok di ruang publik seperti di dalam stadion dan fasilitas sepak bola. Merokok di tempat umum seperti museum, pusat perbelanjaan, dan restoran juga dilarang dan diancam dengan denda yang cukup besar. Pelanggar merokok dapat dihukum hingga tiga bulan penjara dan denda sebesar QAR 10.000 (sekitar $2.800).
Dalam hal berbusana, Pemerintah Qatar mewajibkan pengunjung mengenakan pakaian sopan saat berada di depan umum, termasuk saat mengemudi. Wanita harus menyembunyikan bahu mereka dan menghindari rok pendek olahraga. Baik pria maupun wanita diinstruksikan untuk tidak mengenakan celana pendek atau atasan tanpa lengan saat pergi ke gedung pemerintah, fasilitas kesehatan, atau mal. Jika tidak berpakaian sopan akan dilarang atau ditolak masuk ke lokasi tersebut.
Pemerintah Qatar juga mengeluarkan larangan berhubungan badan tanpa ikatan suami-istri dan LGBT (lesbian, gay, bisexual, and transgender). Pemerintah Qatar akan menindak tegas pengunjung yang melanggar larangan tersebut, termasuk melarang penggunaan berbagai simbol LGBT. Sikap tegas Pemerintah Qatar tersebut ditunjukkan antara lain lewat larangan pesawat yang membawa tim nasional Jerman mendarat di Qatar karena membawa simbol LGBT. Pesawat tersebut terpaksa mendarat di Oman dan diganti pesawat lain sebelum masuk ke Qatar.
Menyadari sikap tegas Pemerintah Qatar, dan diperkuat aturan FIFA yang akan menghukum pemain yang melanggar aturan FIFA, maka tim nasional negara-negara Eropa seperti Jerman dan Inggris pun melunak sikapnya. Mereka tidak berani mengambil resiko untuk mengenakan ban lengan bermotif pelangi bertulisan OneLove untuk mendukung hak-hak LGBT. Padahal sebelumnya Kapten tim nasional Jerman, Manuel Neuer, dan Kapten tim nasional Inggris, Harry Kane, sempat ngotot akan menggunakan ban lengan mendukung LGBT.
Dari melunaknya sikap tim nasional negara-negara Eropa, tampak bahwa pepatah “Ketika di Roma, lakukan seperti yang dilakukan orang-orang Roma” atau “Dimana bumi dipijak disitu langit dijunjung”, masih tetap relevan hingga saat ini. Siapapun tidak bisa seenaknya sendiri atau merasa superior terhadap negara lain.
Karenanya, ketika berada di Qatar, sudah menjadi keharusan bagi seluruh tim nasional negara-negara peserta Piala Dunia FIFA 2022 dan para suporternya untuk tunduk pada peraturan di negara tersebut dan harus dapat beradaptasi dan berintegrasi dengan masyarakat setempat. (AHU) ***
Bekasi, 22 November 2022
Leave a Reply