Ketika Mohammad Hatta dan Sutan Sjahrir Memburu Kupu-kupu

Kita mungkin tidak pernah membayangkan dua tokoh pergerakan nasional, Mohammad Hatta atau Sutan Sjahrir, berlari-lari memburu kupu-kupu saat berada di pembuangan di Boven Digul pada tahun 1935?  Mereka dibuang pemerintah kolonial Belanda ke Boven Digul karena dianggap musuh yang membangkang.

Namun setelah mendengarkan presentasi Dr. Alicia Schrikker “Butterfly from the Boven Digoel” dalam konferensi sejarah lingkungan di Universitas Gajah Mada (UGM), kita akan mengetahui bahwa kedua tokoh pergerakan nasional Indonesia tersebut juga ikut berlari-lari memburu kupu-kupu.

Informasi mengenai presentasi Dr. Schrikker disampaikan sejarawan dari UGM, S. Margana melalui akun twitternya @margana_s pada Rabu (23/11/2022).

Margana menyampaikan bahwa melalui papernya yang dipresentasikan di UGM, Dr. Alicia Schrikker menyampaikan bahwa dengan dalih penelitian tentang lingkungan, para nasionalis Indonesia yang dipenjarakan di Boven Digoel dipaksa Belanda untuk menangkap kupu-kupu view.

“”Butterfly from the Boven Digoel” adlh paper yg sgt menarik yg dipresentasikan Dr Alicia Schrikker dlm konferensi sejarah lingkungan di UGM. Dg dalih penelitian ttg lingkungan para nasionalis indonesia yg dipenjarakan di Boven Digoel dipaksa Belanda untuk menangkap kupu2,” tulis Margana di akunnya.

Tindakan Pemerintah Belanda menyuruh keduanya dan para tahanan politik lainnya untuk berburu kupu-kupu tentu sangat ironik dan tampak sebagai olok-olok kolonial terhadap para tahanan itu krn mrk hrs memburu Kupu2 yg dipandang sebagai simbol kebebasan, untuk melayani perintah kolonial. Apalagi kupu-kupu tersebut kemudian dibawa ke BElanda sebagai koleksi untuk kesenangan semata.

“Tentu sgt ironik dan tampak sebagai olok2 kolonial thdp para tahanan itu krn mrk hrs memburu Kupu2 yg dipandang sebagai simbol kebebasan, utk melayani perintah kolonial. Kupu2 itu kemudian dibawa ke Belanda sbg koleksi utk kesenangan semata,” ujar Margana.

“Kemudian 400 species kupu2 dr Boven Digoel itu dihadiah ke kolektor di Brussel, dan disimpan di natural museum. Displacement kupu2 itu mengubah makna dari colonial object menjadi scientific object. A hidden storry of colonialism has revealled,” tegas Margana. (AHU) ***

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *