Kunjungan ke Negeri Surga Chengdu

Pagi baru saja menjelang dan suhu udara di Beijing berkisar -2 derajat Celcius ketika saya mesti bergegas menuju Beijing Capital International Airport (BCIA). Pagi itu (07/02/2012), saya dan beberapa teman akan ke Chengdu, ibu kota Provinsi Sichuan yang terletak di Barat Daya RRT, menggunakan Air China pada pukul 9 pagi.

Chengdu yang berjarak sekitar 1600-an km atau sekitar 3 jam penerbangan dari Beijing dan terletak di dataran subur lembah Sichuan, merupakan sebuah kota yang dikenal dengan berbagai produk pertanianya yang melimpah dan industri ringan. Dan dengan jumlah penduduk sebanyak 14 juta jiwa dan GDP per kapita sebesar US$ 6.400, Chengdu menjadi salah satu kota terpenting yang menjadi pusat pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi, perdagangan, dan keuangan, serta menjadi hub transportasi dan komunikasi RRT bagian barat daya dan jalur masuk utama ke Tibet.

Lebih dari itu, berdasarkan survei yang dilakukan majalah Oriental Outlook dan Asosiasi Walikota China, Chengdu termasuk salah satu dari 5 kota yang paling layak didiami di RRT selain Hangzhou, Changsha, Ningbo, and Kunming. Dari survei terhadap 200 ribu rumah tangga dan pertanyaan online terhadap 37 ribu orang, Chengdu dinilai sebagai sebuah kota yang paling memenuhi syarat dalam hal transportasi, harga perumahan, pelayanan kesehatan masyarakat dan pendidikan.

Bahwa Chengdu dipandang sebagai salah satu kota yang layak didiami, sebenarnya bukan hal yang baru. Sejak berabad-abad lalu, Chengdu sudah dikenal sebagai kota yang paling layak didiami. Menurut sebuah penilitian sejarah, karena keindahan dan kekayaan alamnya yang berlimpah, pada tahun 316 Sebelum Masehi Chengdu telah dipilih sebagai tempat berdirinya negara Shu, salah satu kerajaan di jaman China kuno. Dan jika Bali dikenal dengan sebutannya sebagai Pulau Dewata, maka Chengdu pun dikenal dengan sebutannya sebagai Negeri Surga.

Ketika saya tiba di Chengdu, sisa-sisa kejayaan dan keindahan Chengdu sebagai negeri surga sepertinya masih tersisa. Dengan suhu lebih hangat dibanding Beijing, sekitar 10 derajat celcius, kesuburan alamnya masih terlihat dari pohon-pohon yang menghijau sepanjang perjalanan dari bandara ke hotel. Beda dengan pepohonan di Beijing yang rontok di saat musim dingin.

Selain itu terdapat taman-taman terbuka di banyak tempat, salah satunya adalah Tianfu Square yang di salah satu sisinya terdapat patung raksasa Mao Zedong. Meski bukan hari libur, taman tersebut terlihat ramai dikunjungi banyak anggota masyarakat Chengdu.

Dari petugas informasi di hotel tempat saya menginap, selain taman terbuka, banyak pula tempat wisata yang bisa dikunjungi seperti seperti situs purbakala di Jinsha, tempat ditemukan berbagai peralatan dari logam, guci dan perhiasan dari masa 3.000 tahun yang lalu.

Selain mengunjungi situs purbakala, hal lain yang bisa dlakukan adalah merasakan kenikmatan teh dan kuliner Sichuan. Konon di masa lalu kebiasaan meminum teh ini sering dilakukan masyarakat Chengdu sambil duduk-duduk di tempat terbuka dan bermain Mahjong di akhir pekan atau saat luang.

Tempat lain yang juga tidak kalah menarik adalah mengunjungi lokasi penelitian dan pemeliharaan Panda di Chengdu Panda Research Base, sekitar 30 menit dari pusat kota.

Kawasan Chungxi Road menjadi tempat kunjungan pertama saya ketika baru saja tiba di Chengdu. Lokasinya sangat dekat dengan hotel, hanya 5 menit berjalan kaki, dan banyak restoran yang bisa dijadikan tempat untuk makan siang. Di kawasan ini terdapat gedung-gedung perkantoran, pertokoan dan restoran serta ruang terbuka yang sangat lapang dan taman yang membuat nyaman dan aman para pejalan kaki yang berlalu lalang. Pengunjung tidak perlu khawatir terserempet kendaraan bermotor karena pengendara kendaraan bermotor memang tidak diperkenankan melintas. Sementara bagi pengunjung yang akan menyeberang dari satu sisi jalan ke sisi jalan lainya terdapat jembatan penyeberangan yang cukup panjang dan lebar, membujur di atas jalan raya.

Untuk memberikan rasa aman dari tindak kriminal, terlihat polisi dan tentara berjaga-jaga di berbagai tempat dan melakukan patroli aktif dari satu tempat ke tempat lain. Lelah berjalan-jalan, para pengunjung pun bisa duduk-duduk sejenak di deretan bangku-bangku yang memang disediakan untuk umum sambil memandang patung pendiri Republik China Sun Yat Sen.

Tempat kedua yang saya kunjungi adalah lokasi pemeliharaan Panda di Chengdu Panda Research Base. Belum lengkap rasanya berkunjung ke Chengdu jika belum melihat panda, hewan pemakan daun bambu yang aslinya berasal dari Provinsi Sichuan dan banyak dijumpai di pegunungan sekitar provinsi tersebut. Hewan ini sekarang menjadi maskot kota Chengdu dan di beberapa taman kota dibuatkan patungnya. Selain itu, panda juga pernah menjadi maskot Olimpiade 2008.

Kunjungan ke Chengdu Panda Research Base saya lakukan di hari terakhir keberadaan saya di kota tersebut ketika semua tugas-tugas sudah selesai. Dengan membayar tiket masuk sebesar 58 Yuan dan 10 Yuan untuk kendaraan internal di dalam kawasan, saya bisa melihat panda-panda yang lucu, dipelihara dan dikembangbiakan di kawasan konservasi seluas 108 hektar.

Suatu kunjungan singkat yang menyenangkan dan sangat berkesan. Selain bisa membandingkan berbagai kota di RRT, saya juga berkesempatan melihat langsung panda di tempat asalnya di Chengdu, Provinsi Sichuan. Melihat bagaimana Pemerintah RRT, khususnya Provinsi Sichuan secara serius melindungi dan mengembangbiakan panda. Hewan yang menjadi maskot, bukan hanya di tingkat provinsi tetapi juga nasional, apalagi di dunia internasional RRT juga dikenal dengan julukan sebagai negara panda.

3 Responses to Kunjungan ke Negeri Surga Chengdu

  1. jadi kepengen pergi ke sana. Semoga impian ini menjadi nyata.

    salam
    Omjay

  2. wah sepertinya enak y, bisa liat penangkaran panda. maskotnya wwf. sukses om Aris

  3. kapan ya bisa menyusul kesana :(

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *