“Kewajiban untuk menjaga perdamaian dunia secara jelas disebutkan dalam Konstitusi RI. Untuk itu, guna melaksanakan amanah Konstitusi, kami ke Riyadh dan Teheran untuk menemui pemimpin kedua negara guna meredakan konflik yang terjadi antara kedua negara tersebut. Di awal tahun 20116 ini, kami juga menggelar KTT Luar Biasa OKI khusus membahas status Palestina. Bukan hanya itu, kami pun terus mendorong keikutsertaan pasukan penjaga perdamaiaan asal Indonesia, yang saat ini sudah menjadi 10 besar negara penyumbang pasukan perdamaian di dunia, untuk menengahi konflik internaional”, demikian sambutan Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno Marsudi ketika membuka pameran lukisan tunggal karya maestro lukis Jeihan Sukmantoro yang bertajuk “Perdamaian di Bumi (Peace on Earth)” di Jakarta, 6 Agustus 2016.
“Kita sangat prihatin dengan kondisi dunia saat ini yang masih terus penuh dengan konflik. Untuk itu, saya sangat senang dapat memenuhi undangan Pak Jeihan dan membuka pameran karya-karyanya yang penuh makna dan pesan-pesan perdamaian. Saya mengapresiasi upaya Pak Jeihan untuk menyerukan pedamaian dunia lewat seni lukis. Dan melalui pameran selama dua hari ini (6-7 Agustus 2016), yang rencananya akan diikuti dengan pameran serupa di Washington DC, Amerika Serikat dan Moskow, Rusia, seruan perdamaian Indonesia kembali ditegaskan”, demikian ditambahkan oleh Menlu Retno Marsudi.
Kehadiran Menteri Luar Negeri RI dalam pembukaan pameran tunggal Jeihan, yang juga dihadiri oleh kalangan corps diplomatic di Jakarta dan pecinta seni lukis, memperlihatkan konsistensi dukungan Pemerintah Indonesia dalam ikut menjaga perdamaian dunia, bukan saja melalui jalur diplomasi dan pengiriman pasukan penjaga perdamaian tetapi juga melalui jalur seni dan budaya.
Sebelumnya, di sela-sela KTT Luar Biasa OKI di Jakarta, 7-8 Maret 2016, Menlu dan wakil Menlu RI menyerahkan dua buah lukisan karya Jeihan Sukmantoro, masing-masing kepada Menlu Iran Javad Jarid Zarif dan Menlu Arab Saudi Adel bin Ahmed Al Jubeir. Penyerahan kedua lukisan Jeihan tersebut bertepatan dengan semakin meruncingnya konflik antara Iran dan Arab Saudi yang dapat mempengaruhi perdamaian di kawasan Timur Tengah.
Kepada Menlu Iran, Menlu Retno Marsudi menyerahkan lukisan “Tafakur di Musdalifah”, salah satu karya Jeihan yang banyak terinspirasi dari puisi-puisi sastrawan terkemuka Persia, Jalaluddin Rumi. Sedangkan kepada Menlu Arab Saudi, penyerahan lukisan “Bulan di Atas Kabah”, sebuah lukisan yang pembuatannya terinspirasi oleh pengalaman sang pelukis saat beribadah haji, dilakukan oleh Wakil Menlu A.M Fachir.
Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Luar Negeri terlihat sangat memahami bahwa melalui jalur seni dan budaya diharapkan dapat ditumbuhkan nilai kemanusian dan persahabatan dan dialog antar masyarakat (people-to-people contact). Suatu kegiatan yang pada gilirannya dapat membangun toleransi, sikap memahami, mau menerima perbedaan dan menjalin persahabatan yang dapat berkontribusi pada terwujudnya perdamaian dunia.
Dan penggunaan seni lukis untuk perdamaian dan mempererat persahabatan bukan suatu hal baru bagi Indonesia. Pada tahun 1978, dalam rangka mempererat hubungan bilateral dengan Indonesia, Pemerintah Belanda memberikan lukisan Raden Saleh yang berjudul “Penangkapan Pangeran Diponegoro” kepada Pemerintah Indonesia. Raden Saleh yang merupakan pelopor seni rupa modern Indonesia membuat lukisan tersebut pada tahun 1875 di Belanda dan menyerahkannya kepada Ratu Belanda sebagai bentuk protes atas sikap kolonialisme Belanda.
Hal serupa juga dilakukan Pemerintah Meksiko yang dalam rangka mempererat hubungan bilateral Meksiko-Indonesia, Pemerintah Meksiko di bawah kepemimpinan Presiden Lopez rela memberikan lukisan berjudul “Gadis Melayu dengan Bunga” karya maestro lukis Meksiko Diego Rivera yang dilindungi undang-undang dan tidak boleh dibawa keluar Meksiko kepada Pemerintah Indonesia. Bahkan untuk itu, Presiden Lopez sampai harus mengamandemen undang-undang di negerinya agar lukisan tersebut dapat diboyong ke Indonesia.
Kini, di tengah kondisi keamanan dunia yang terus bergejolak, Pemerintah Indonesia dan seluruh elemen masyarakat dapat mendorong diplomasi seni dan budaya guna mempertegas kehadiran Indonesia dalam ikut memelihara perdamaian dunia. Kegiatan seni dan budaya, termasuk seni lukis, dapat dijadikan instrumen diplomasi untuk menarik perhatian orang lain dan membuat orang menyukai Indonesia. Untuk itu Indonesia dapat menggunakan karya-karya para maestro seni lukisnya seperti karya-karya Jeihan Sukmantoro untuk mendorong masyarakat dunia mengedepankan perdamaian dan mengenalkan seni dan budaya Indonesia di dunia internassional.
Karya Jeihan Sukmantoro yang unik dapat menjadi kekuatan tersendiri untuk mendorong kegiatan diplomasi seni dan budaya Indonesia yang selama ini terkesan menempatkan negara ini sebagai negeri timur yang “eksotis”, “kuno” dan “misterius”. Karya seni lukis Jeihan Sukmantoro dapat mewakili kesenian modern Indonesia yang patut diketahui dan dibicarakan di luar negeri. Kehadiran karya Jeihan Sukmantoro dapat digunakan untuk menampilkan wajah Indonesia di luar negeri secara lebih luas, dimana kehidupan di Indonesia berisi kehidupan perkotaan, kampung dan desa beserta masyarakatnya yang dinamis, termasuk keseniannya yang tidak hanya diwakili oleh kesenian tradisional.
Banyak keunikan dan kekhasan karya-karya Jeihan yang dapat menjadi magnet tersendiri dan menarik perhatian banyak orang, diantaranya adalah gaya lukisannya yang memiliki karakter figuratif yang khas dan setiap obyek manusia di dalam lukisannya digambarkan dengan mata hitam pekat dan penggunaan warna-warna datar dan sederhana. Selain itu melalui pendekatan filosofis yang memadukan alam mistik timur dengan alam analitis barat dan suasana meditatif, menjadikan lukisan Jiehan Sukmantoro menarik dan universal, sehingga dapat diterima oleh seluruh lapisan masyarakat.
Jeihan Sukmantoro telah mempelopori pemberian dua buah lukisan kepada Pemerintah Iran dan Arab Saudi. Dalam jangka panjang, saya yakin kedua karya Jeihan Sukmantoro ini akan menghuni museum dan galeri bergengsi di kedua negara tersebut dan setiap orang yang melihatnya akan mengingat Indonesia dan pesan-pesan yang ingin disampaikan. Dan rencana Jeihan Sukmantoro untuk memamerkan karya-karyanya di Washington DC dan Moskow pun layak diapresiasi dan didukung untuk menegaskan kehadiran Indonesia di kedua negara besar tersebut. Sejalan dengan hal itu, kehadiran dan peran para maestro seni Indonesia lainnya jelas diharapkan guna mengembangkan diplomasi seni dan budaya Indonesia dan meningkatkan hubungan antar masyarakat di seluruh dunia.
Leave a Reply