Menyusul agresi pada tahun 1948, Pemerintah Belanda menangkap para tokoh bangsa dsn pemimpin Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) seperti Sukarno, Mohammad Hatta, H. Agus Salim.
Pengasingan Presiden Pertama Sukarno beserta kawan-kawannya pasca kekalahan Jepang pada Perang Dunia II, dilakukan Belanda guna menguasai kembali wilayah jajahannya.
Saat itu kondisi Jakarta sedang goyang, sehingga ibu kota negara dipindahkan ke Yogyakarta sebelum akhirnya dipindahkan ke Sumatera Barat oleh Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI).
Akibatnya, Sukarno menjadi tahanan politik dan diasingkan. Sukarno tidak diasingkan sendirian, dia juga ditemani oleh dua tokoh bangsa lainnya yaitu Sutan Sjahrir dan Agus Salim.
Lokasi pengasingan mereka pertama di Berastagi, mereka diasingkan sekitar akhir bulan Desember 1948, selama 10 hari. Dari Berastagi kemudian ketiganya dipindahkan ke Parapat, Simalungun.
Menurut Zamzaman, pria yang ditugaskan merawat pesanggrahan Bung Karno di Parapat, Sukarno berserta H. Agus Salim dan Sutan Sjahrir mulai diasingkan di tempat tersebut selama sekitar dua bulan mulai 4 Januari 1949.
Baca Juga: Ketika Presiden Sukarno dan Ibu Fatmawati Berboncengan Sepeda
Dari kisah Zamzaman diketahui bahwa meskipun mereka diasingkan mereka juga mendapatkan pelayanan yang sangat baik, baik dari pihak Belanda maupun Indonesia saat itu penduduk sekitar.
Dari foto-foto yang beredar di internet, tampak bahwa Sukarno dan H. Agus Salim beberapa kali berfoto bersama di sekitar pesanggrahan, termasuk di salah satu gazebo di depan pesanggrahan.
Ketika penulis mengunjungi pesanggrahan tempat Sukarno dan kawan diasingkan, tampak ruangan sedang direnovasi dan barang-barang yang terdapat di pesanggrahan tersebut disimpan di tempat lain.
Baca Juga: Inilah Logo dan Tema Peringatan Hari Sumpah Pemuda 2022, Bisa Unduh Di Sini!
Namun demikian, kita masih bisa melihat ruang tempat Sukarno tidur berada di sisi sebelah kanan dan ruang H. Agus Salim di sebelah kiri pintu masuk pesanggrahan. Adapun kamar Sutan Sjahrir terletak di sebelah kamar Sukarno.
Sementara kamar yang berada di lantai dua, diperuntukkan untuk dokter dan pengawal ketiganya.
Letak pesanggrahan ini sangat strategis di ketinggian, sehingga dari teras kita dapat melihat pemandangan danau Toba yang indah dan menawan. (AHU)
Leave a Reply