“Wah jalanan di Beijing dalam beberapa hari terakhir ini lancar ya, biasanya perlu waktu hampir 1 jam, sekarang 30 menit saja sudah sampai?” Komentar teman saya usai menempuh perjalanan dari kantornya di Dongzhimenwai ke sebuah kantor pemerintahan di Tian anmen.
“Iya, setiap menjelang tahun baru China, jalan-jalan di Beijing memang relatif lebih lancar. Karena banyak warga Beijing yang sudah kembali ke kampung halamannya untuk mudik merayakan imlek”, jelas teman saya yang lain yang ikut dalam perjalanan tersebut.
Mendengar percakapan kedua teman saya tersebut, saya hanya tersenyum-senyum. Kok mirip ya seperti suasana di Jakarta menjelang atau saat Idul Fitri, dimana jalanan menjadi lebih lenggang.
Kemiripan suasana menjelang tahun baru China atau Imlek di Beijing dengan Idul Fitri di Jakarta pun juga tampak dari hiruk pikuk pemudik yang berdesak-desakan di stasiun kereta, bus dan Bandar udara untuk mendapatkan tiket mudik. Diperkirakan sekitar 700 juta orang, atau lebih dari setengah penduduk china, yang akan melakukan perjalanan selama libur Tahun Baru China atau Spring Festival yang berlangsung selama seminggu (23-29 Januari 2012) menggunakan berbagai moda transportasi.
Untuk menghindari kepadatan penumpang selama puncak mudik, berbagai langkah telah dilakukan oleh pengelola kereta, bus dan maskapai penerbangan di China guna meningkatkan kapasitas daya angkut dan pelayanan penjualan tiket serta peningkatan pelayanan terhadap penumpang.
Menurut Regulator Penerbangan China, di sektor penerbangan telah dilakukan penambahan sebanyak 14 ribu penerbangan dan penjualan tiket sejak akhir tahu 2011. Sementara menurut Otoritas Perkeretapaian China, di sektor perkeretaapian telah dilakukan penambahan operasionalisasi kereta menjadi sekitar 4.100 kereta per hari guna mengangkut sekitar 235 juta orang atau meningkat 6,1 persen selama musim liburan Tahun baru china 2012. Selain itu dilakukan pula peningatan pelayanan penjualan tiket yang memungkinkan pembelian secara online atau lewat telepon sejak 2 minggu sebelum Tahun Baru China.
Meskipun demikian, penumpukan calon penumpang saat penjualan tiket tetap saja terjadi. Sejak 2 minggu lalu, ketika tiket pertama kali dijual, hingga hari ini, sehari menjelang perayaan Tahun Baru China, di Beijing West Railway Station, yang merupakan hub transportasi utama yang menghubungkan Beijing dengan kota-kota di berbagai provinsi di China, masih terlihat antrian calon pemudik yang ingin membeli tiket kereta. Tidak sedikit di antaranya yang telah antri selama berhari-hari.
Petugas di stasiun kereta pun mesti bekerja ekstra keras untuk melayani calon pemudik, termasuk mengerahkan sekitar 12 000 tenaga sukarelawan dari kalangan pelajar yang bertugas secara bergiliran pagi, sore dan malam. Kebanyak para sukarelawan tersebut adalah warga Beijing yang tidak memiliki rencana berlibur selama tahun baru China.
Ya seperti halnya di Indonesia, meski liburan Tahun baru China mestinya menjadi saat yang tepat untuk bersantai dan berkumpul bersama keluarga, namun untuk mendapatkannya tidak semudah yang dibayangkan. Tetap diperlukan perjuangan ekstra keras, bukan hanya menyediakan duit untuk membeli tiket, tetapi juga energi untuk mendapatkannya. Dan ini menjadi sumber kecemasan tersendiri bagi sebagian besar masyarakat China.
Survei yang dilakukan oleh Horizon Research Consultancy Group terhadap 720 orang yang bekerja di Beijing, Shanghai, Guangzhou, Chengdu, Wuhan dan Xi’an, memperlihatkan bahwa perjalanan mudik menjadi sumber kecemasan tersendiri. Di satu sisi ingin sekali berkumpul dengan keluarga di kampung halaman, di sisi lain dihadapkan pada kenyataan untuk berebut transportasi mudik. Baik transportasi antar kota, maupun transportasi dari ke kota ke pedesaan. Belum lagi selama di kampung halaman mereka mesti menhadiri jamuan makan dari satu keluarga ke keluarga lain, yang tidak jarang letaknya berlainan desa.
Karena itu, tidak sedikit pula orang yang menyarankan agar selama liburan Tahun baru China, sebaiknya orang tua diundang ke tempat mereka tinggal di kota dan merayakan secara bersama di kota. Ehm … sebenarnya ide yang menarik, tapi si pemberi saran lupa, bahwa mudik bukan sekedar bertemu orang tua, tetapi juga saudara, kerabat, teman dan tentu juga kenangan terhadap kampung halaman. Dan untuk itu, problemnya pun akan selalu serupa dari tahun ke tahun, tidak saja di China tetapi juga di berbagai belahan dunia lain, termasuk Indonesia. Yang diperlukan adalah antisipasi agar membludaknya calon pemudik tidak menimbulkan gejolak dan kerusuhan. Dan itu tampaknya sudah dilakukan dengan baik oleh Pemerintah China.
China adalah negera dgn jumlah penduduk terbesar, dapat dibayangkan betapa repotnya kalau pulang kampung, hehehe
Salam
Omjay
Ternyata seperti hidup di Jakarta juga ya di Beijing, mas? :) Pernah denger sih kalau imlek memang sama dengan idul fitrinya orang China tapi saya kira hanya semangat spiritualnya ternyata semangat silaturachimnya juga :)
Reportase yang menarik, mas AHU! ;)