Ke Beijing tanpa sempat mencicipi jajanan kaki lima, ibarat sayur kurang garam. Apalagi di Beijing tidak sedikit jajanan kaki lima yang sama menariknya dengan jajanan kelas restoran atau supermarket, salah satunya adalah kue kacang manis Xinjiang atau fruits and nut cake (dalam bahasa setempat disebut ‘matang’). Sesuai namanya, kue kacang manis tersebut memang berasal dari daerah Xinjiang, sebuah daerah otonomi khusus di China yang berbatasan dengan Rusia, Mongolia, Kazakhstan, Kyrgizstan, Tajikistan, Afghanistan, Pakistan dan India. Sebagian besar penduduk dari wilayah otonomi khusus ini adalah Muslim dari etnik Uyghur.
Seperti halnya masyarakat dan budaya masyarakat etnis Uyghur yang berasal dari Asia Tengah, kue kacang manis Xinjiang lebih menyerupai jajanan khas Asia Tengah dan Turki dibandingkan makanan China pada umumnya. Seiring perkembangan jaman dan pergerakan anggota masyarakat etnis Uyghur yang merantau ke berbagai kota besar, kue kacang manis Xinjiang pun ikut menyebar ke hampir seluruh kota-kota besar di China, termasuk Beijing.
Di Beijing, kue kacang manis Xinjiang yang terbuat dari campuran kacang, tepung dan madu, umumnya dijajakan berkeliling oleh pedagang asal etnis Uyghur ke berbagai kawasan wisata menggunakan sepeda roda tiga atau mangkal di depan masjid seperti yang saya jumpai di depan pintu gerbang masjid Dongsi usai menjalankan sholat Jumat kemarin (4 Mei 2012).
Terlihat seorang pedagang kue kacang manis tengah menawarkan barang dagangannya kepada jamaah yang baru saja selesai menjalankan ibadah sholat Jumat dan masyarakat sekitar yang berlalu lalang di depan masjid. Segunduk kue kacang manis berwarna coklat diletakkan di atas gerobak roda tiga dan ditumpuk menyerupai gundukan tanah memanjang dan dihias sedemikian rupa menggunakan potongan-potongan jeruk agar terlihat menarik. Guna menjaga kebersihan, gundukan kue kacang tersebut ditutup dengan plastik transparan.
Melihat saya asyik memandangi kue kacang yang dijajakannya, si pedagang berinisiatif untuk menawarkan kepada saya untuk mencicipi sepotong kecil kue kacang tersebut. Dengan senang hati saya pun menyambut tawaran tersebut dan tidak perlu berlama-lama untuk memasukkan potongan kue kacang ke mulut. Begitu potongan kue masuk ke mulut, rasa manis madu yang begitu kental langsung terasa plus campuran kacang yang gurih. Dan dengan adonan kue kacang yang begitu pekat, kue tidak rontok saat kita mencuilnya. Ehhmm … boleh juga nih kue, sangat cocok untuk teman minum teh tanpa gula di kantor atau saat sedang bersantai sore hari.
Saya bawa potongan kue kacang manis ke kantor, dan seperti saya katakan sebelumnya, kue kacang tersebut lumayan sebagai cemilan dan teman ngeteh sambil menyelesaikan berbagai urusan kantor di sore hari. Seorang teman kantor yang ikut mencicipi kue kacang tersebut ternyata juga ikut senang dan kapan-kapan akan nitip jika saya Jumatan lagi di tempat yang sama.
Jadi, ibarat sambil menyelam minum air, sambil Jumatan kita pun bisa memanfaatkan untuk berwisata kuliner kecil-kecilan sambil mengenal makanan ringan tradisional salah satu etnis di China. Dan yang lebih mengasyikan, kita bisa mencicipinya tanpa harus jauh-jauh terbang ke tempat asalnya.
kalau pulang ke bekasi, omjay bawain ya, hehehe
salam
omjay