Meneladani Semangat Membaca Sukarno

Proklamator Kemerdekaan RI dan Presiden pertama Republik Indonesia, Sukarno atau Bung Karno dikenal cerdas, tegas, dan berani dalam melawan bangsa luar yang menindas Indonesia.  Sikap Bung Karno tersebut tidak muncul begitu saja, melainkan tumbuh More »

Mengkaji Karya Bung Karno di Ende

1 Juni 2022 merupakan hari yang istimewa bagi masyarakat Ende karena untuk pertama kalinya peringatan Hari Lahir Pancasila tidak dilakukan di ibu kota negara, melainkan dipusatkan di kota Ende, sebuah ibukota Kabupaten More »

Susana buka puasa bersama di Masjid Gedhe Kauman

Merawat Tradisi Melalui Buka Puasa Bersama di Masjid Gedhe Kauman

Sempat terhenti dua tahun karena pandemi Covid 19 di awal 2020, tradisi berbuka puasa bersama yang sudah dilakukan sejak lama di masjid Gedhe Kauman, Yogyakarta, kembali dilaksanakan pada tahun 2022 ini.  Tentu More »

Bung Hatta Penegak Pancasila

Tuhan, terlalu cepat semua Kau panggil satu-satunya yang tersisa Proklamator tercinta Jujur, lugu, dan bijaksana Mengerti apa yang terlintas dalam jiwa Rakyat Indonesia Begitu pembuka lirik lagu berjudul “Bung Hata“, yang ditulis More »

Filosofi Sambal

FILOSOFI SAMBAL Sambal bagi orang Indonesia dapat dikatakan sebagai salah satu menu wajib. Tidak lengkap rasanya menyantap makanan tanpa sambal. Apapun makanannya, sambal tetap ada. Uniknya, meski pedas dan seolah membakar lidah More »

Mengkaji Karya Bung Karno di Ende

1 Juni 2022 merupakan hari yang istimewa bagi masyarakat Ende karena untuk pertama kalinya peringatan Hari Lahir Pancasila tidak dilakukan di ibu kota negara, melainkan dipusatkan di kota Ende, sebuah ibukota Kabupaten Ende, provinsi Nusa Tenggara Timur. Kota ini merupakan Kota Kabupaten terbesar di Pulau Flores berdasarkan jumlah penduduk dalam kota.

Tidak sedikit orang yang kemudian menanyakan alasan mengapa peringatan Hari Lahir Pancasila pada tahun 2022 ini dipusatkan di Ende. Jawabannya tidak terlepas dari fakta sejarah bahwa selama 4 tahun 9 bulan dan 4 hari (14 Januari 1934 – 18 Oktober 1938) Sukarno atau Bung Karno pernah tinggal di Ende karena diasingkan oleh Pemerintah Kolonial Belanda. Saat diasingkan oleh Pemerintah Kolonial Belanda di Kota Ende inilah Sukarno mematangkan ide tentang dasar falsafah yang dapat berfungsi untuk menyatukan bangsa Indonesia yang bersifat majemuk dan menjadi dasar perjuangan kemerdekaan Indonesia yang sekarang dikenal sebagai Pancasila. 

“Di Pulau Flores yang sepi, dimana aku tidak memiliki kawan, aku telah menghabiskan waktu berjam-jam lamanya di bawah sebatang pohon di halaman rumahku, merenungkan ilham yang diturunkan Tuhan, kemudian dikenal sebagai Pancasila. Aku tidak mengatakan, bahwa aku menciptakan Pancasila. Apa yang kukerjakan hanyalah menggali jauh ke dalam bumi kami tradisi-tradisi kami sendiri dan aku menemukan lima butir mutiara indah,” begitu diceritakan Sukarno dalam autobiografinya yang ditulis oleh Cindy Adams “Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia. 

Ketika Mohammad Hatta dan Sutan Sjahrir Memburu Kupu-kupu

Kita mungkin tidak pernah membayangkan dua tokoh pergerakan nasional, Mohammad Hatta atau Sutan Sjahrir, berlari-lari memburu kupu-kupu saat berada di pembuangan di Boven Digul pada tahun 1935?  Mereka dibuang pemerintah kolonial Belanda ke Boven Digul karena dianggap musuh yang membangkang.

Namun setelah mendengarkan presentasi Dr. Alicia Schrikker “Butterfly from the Boven Digoel” dalam konferensi sejarah lingkungan di Universitas Gajah Mada (UGM), kita akan mengetahui bahwa kedua tokoh pergerakan nasional Indonesia tersebut juga ikut berlari-lari memburu kupu-kupu.

Informasi mengenai presentasi Dr. Schrikker disampaikan sejarawan dari UGM, S. Margana melalui akun twitternya @margana_s pada Rabu (23/11/2022).

Margana menyampaikan bahwa melalui papernya yang dipresentasikan di UGM, Dr. Alicia Schrikker menyampaikan bahwa dengan dalih penelitian tentang lingkungan, para nasionalis Indonesia yang dipenjarakan di Boven Digoel dipaksa Belanda untuk menangkap kupu-kupu view.

Ketika di Roma, Bersikaplah Seperti orang Roma

“Ketika di Roma, lakukan seperti yang dilakukan orang-orang Roma,” sebuah pepatah dari abad ke-4 yang ditujukan kepada para pendatang untuk bersikap dan mengikuti kebiasaan dan tradisi lokal ketika berada  di suatu tempat. 

Konon pepatah ini merujuk pada kisah Santo Agustinus, seorang suci Kristen awal, yang pindah dari Roma ke Milan dan menemukan bahwa para pastur tidak puasa pada hari Sabtu sepertti halnya di Roma.

Santo Ambrose yang lebih tua dan lebih bijaksana, pada waktu itu uskup Milan, menyampaikan pandangannya, “ketika saya pergi ke Roma, saya berpuasa pada hari Sabtu, tetapi di sini saya tidak”. 

Di Indonesia sendiri terdapat pepatah serupa yang berbunyi “Dimana bumi dipijak, disitu langit dijunjung”, yang berarti dimanapun seseorang berada, ia mesti beradaptasi dengan masyarakat atau situasi setempat dengan menghargai adat dan budaya tempatan tanpa harus kehilangan jati-dirinya 

Jangan Menangis Untukku Argentina

Semua prediksi bahwa Argentina akan kalahkan Arab Saudi di pertandingan pertamanya di Piala Dunia FIFA 2022, menjadi berantakan. Bola memang bundar. Apapun bisa terjadi. Yang terjadi, justru Argentina yang dijungkalkan 1-2 oleh Arab Saudi. 

Timnas Argentina di luar dugaan kalah 1-2 dari Arab Saudi pada laga pembuka Grup C Piala Dunia 2022 Qatar, Selasa (21/11/2022). Pada pertandingan yang dihelat di Lusail Stadium, Kota Doha, Qatar, timnas Argentina sebenarnya berhasil unggul terlebih dahulu pada menit ke-10 berkat gol penalti Lionel Messi. 

Namun, Argentina gagal mempertahankan keunggulan itu dan tampak sangat kewalahan menghadapi pressing tinggi Arab Saudi. Sepasang gol penentu kemenangan Arab Saudi dicetak oleh Saleh Al-Shehri (49′) dan Salem Al-Dawsari 54′.

Lionel Messi pun hanya terdiam ketika wasit meniup peluit tanda berakhirnya pertandingan. Kapten Argentina itu menerima satu kegagalan lagi. Kemenangan yang bakal diraih berkat gol semata wayangnya, terbang bersama angin. Kemenangan menjadi milik Arab Saudi. Sementara Argentina mesti berjuang lebih keras mengalahkan Mexico dan Polandia di partai berikutnya di Group C. Kalah ataupun seri bisa membuat Argentina menjauh dari trofi Piala Dunia.

Memang masih tersisa dua pertandingan lagin di babak penyisihan group, namun kekalahan Argentina dari Arab Saudi memunculkan pertanyaan: apakah Messi dan Argentina seolah ditakdirkan untuk berkalang kegagalan?. 

Gedung Merdeka dan Jejak Awal Karir Iwan Fals

Hujan deras siang hari tidak menghalangi pertemuan saya dengan dua orang hebat, yaitu tokoh tari kontemporer dan pembikin film dokumenter ragam budaya Indonesia Prof. Sardono Waluyo Kusumo, dan sosok di balik Teater Payung Hitam, Rachman Sabur. Kami bertemu di Gedung Merdeka,  Bandung, Kamis (03/11/2022). 

Kami berbincang-bincang ringan mengenai Konferensi Asia Afrika (KAA) tahun 1955 yang berlangsung di Gedung Merdeka dan jejak kepemimpinan Presiden pertama Indonesia Sukarno atau Bung Karno dalam KAA. 

Di usia Republik Indonesia yang masih sangat muda, 10 tahun, Indonesia mampu menyelenggarakan konferensi yang memiliki dampak besar bagi perjuangan bangsa-bangsa Asia Afrika untuk memperoleh kemerdekaan. Konferensi yang mendorong munculnya kerja sama dan hubungan yang baik antar negara Asia Afrika di bidang ekonomi, sosial, dan budaya.

Mengunjungi Rumah Pengasingan Bung Karno di Parapat

Menyusul agresi pada tahun 1948, Pemerintah Belanda menangkap para tokoh bangsa dsn pemimpin Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) seperti Sukarno, Mohammad Hatta, H. Agus Salim.

Pengasingan Presiden Pertama Sukarno beserta kawan-kawannya pasca kekalahan Jepang pada Perang Dunia II, dilakukan Belanda guna menguasai kembali wilayah jajahannya.

Saat itu kondisi Jakarta sedang goyang, sehingga ibu kota negara dipindahkan ke Yogyakarta sebelum akhirnya dipindahkan ke Sumatera Barat oleh Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI).

Akibatnya, Sukarno menjadi tahanan politik dan diasingkan. Sukarno tidak diasingkan sendirian, dia juga ditemani oleh dua tokoh bangsa lainnya yaitu Sutan Sjahrir dan Agus Salim.

Menyusuri Jejak Masjid Kuno Kaujon di Kota Serang

Banten dikenal sebagai salah satu provinsi di Indonesia yang terletak di provinsi yang paling barat di Pulau Jawa. Provinsi ini pernah menjadi bagian dari provinsi Jawa Barat, tetapi provinsi ini menjadi wilayah pemekaran sejak tahun 2000, dengan keputusan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2000. Ibukota dan pusat pemerintahannya berada di Kota Serang. 

Di Banten ini terdapat sejumlah tempat yang menggambarkan sejarah masa silam Banten, salah satu di antaranya, yaitu Masjid Kuno Kaujon. Meski berukuran kecil yang terletak di Kampung Kaujon Pasar Sore, RT003 RW01 Kelurahan Serang, Kecamatan Serang, Kota Serang, Banten, ini menyimpan keunikan dan saksi sejarah masa lampau. 

Dari luar bentuk masjid Kaujon Kota Serang ini terlihat memiliki kemiripan dengan bentuk masjid Demak di daerah Jawa. Kemiripan itu dicirikan dengan adanya atap tajuk dan atap cengkuk tiga. 

Baca Juga: Ini Dia Masjid dan Langgar Legendaris di Kawasan Kauman Kota Solo

Menurut Mushab Abdu Asy Syahid, salah seorang nara sumber dalam diskusi tanggal 10 Agustus 2020, yang diselenggarakan  Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Banten,  berdasarkan peta pada tahun 1897-an, masjid Kaujon merupakan salah satu masjid yang terdapat di Kota Serang, masjid lainnya adalah Masjid Pegantungan (At Tsauroh).

Merawat Tradisi Melalui Buka Puasa Bersama di Masjid Gedhe Kauman

Susana buka puasa bersama di Masjid Gedhe Kauman

Sempat terhenti dua tahun karena pandemi Covid 19 di awal 2020, tradisi berbuka puasa bersama yang sudah dilakukan sejak lama di masjid Gedhe Kauman, Yogyakarta, kembali dilaksanakan pada tahun 2022 ini.  Tentu saja dengan tetap menerapkan protokol kesehatan atau prokes seperti menjaga jarak, memakai masker dan mencuci tangan.

Tradisi berbuka puasa bersama di masjid milik Keraton Nyayogyakarta Hadiningrat yang berlokasi di sebelah barat komplek Alun-alun Utara, Jl. Kauman, Ngupasan, Kecamatan Gondomanan, Kota Yogyakarta ini dimulai sejak awal Ramadan 1443 H atau sejak 3 April 2022.  

Tradisi berbuka puasa bersama dimulai dengan mendengarkan ceramah Ramadan menjelang Magrib yang disampaikan seorang ustad. Setelah azan Magrib berkumandang, jamaah bersama-sama menyantap takjil atau sajian makanan dan minuman berbuka puasa yang disiapkan pengurus masjid.

Menikmati Kopi di Kedai Tak Kie Menyusuri Jejak Masa Lalu

Berkunjung ke kawasan Pecinan Jakarta kurang lengkap bila tidak mengunjungi kedai kopi legendaris di kawasan tersebut yaitu Kedai Kopi Tak Kie. 

Kedai kopi yang diambil dsri asal kata ‘tak’ yang artinya orang yang bijaksana, sederhana, dan apa adanya, dan kata ‘kie’ sendiri memiliki arti mudah diingat banyak orang. 

Kedai kopi Tak Kie ini sudah berdiri sejak  tahun 1927. Awalnya kedai kopi yang didirikan oleh seorang perantau dari Tiongkok bernama Liong Kwie Tjong ini hanyalah sebuah tempat warung kopi yang berada di kawasan petak 9.

Bakpia Kemusuk 033

Amanat ibu negara jelas, oleh-oleh dari Yogyakarta kali ini adalah Bakpia Kemusuk yang lembut. Jangan bakpia-bakpia lain seperti biasanya. Amanat yang disampaikan begitu gamblang bahkan disertai dengan hasil  google map alamat Bakpia Kemusuk.

Selesai tugas negara, segera saya meluncur ke lokasi Bakpia Kemusuk 033 yang menurut google map beralamat di  Kemusuk Kidul, RT.02, Argomulyo, Kec. Sedayu, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta 5575. Dusun ini terletak sekitar 15 KM arah barat Kota Yogyakarta. Perlu waktu sekitar 30 menit dari lokasi saya menginap di sekitar Gejayan.

Mendengar nama Kemusuk maka ingatan saya langsung tertuju pada nama dusun yang tidak asing lagi yaitu Dusun Kemusuk tempat kelahiran Presiden ke-2 RI Soeharto. Ya, di Dusun Kemusuk Kidul, Kelurahan Argomulyo, Kecamatan Sedayu di wilayah Kabupaten Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta lah Soeharto dilahirkan pada 8 Juni 1921.

Bung Hatta Penegak Pancasila

Tuhan, terlalu cepat semua
Kau panggil satu-satunya yang tersisa
Proklamator tercinta

Jujur, lugu, dan bijaksana
Mengerti apa yang terlintas dalam jiwa
Rakyat Indonesia

Begitu pembuka lirik lagu berjudul “Bung Hata“, yang ditulis Iwan Fals untuk mengabadikan sosok salah satu sosok Proklamator Kemerdekaan Republik Indonesia (RI), Mohammad Hatta atau Bung Hatta. Lagu ini ditulis Iwan Fals tidak lama setelah kepergian Bung Hatta pada 14 Maret 1980 di Jakarta dalam usia 77 tahun.

Selain sebagai salah seorang kemerdekaan RI, Bung Hatta merupakan Wakil Presiden pertama RI dan sejumlah jabatan penting lain di awal kemerdekaan yang konsisten memperjuangkan, mempertahankan dan mengisi kemerdekaan RI sejak muda hingga akhir hayatnya. Banyak buku-buku dan pernyataan para tokoh yang memberikan kesaksian mengenai sosok Bung Hatta sebagai pemimpin yang jujur, sederhana, tekun, dan tidak kenal kompromi. Antara apa yang diucapkan dengan yang dilakukan selaras. Bung Hatta bukan tipe pemimpin yang hanya memperkaya diri dan keluarga. Baginya, kepentingan negara lebih utama. Sosok persis seperti bunyi lirik lagu dari Iwan Fals “Jujur, lugu dan bijaksana, mengerti apa yang terlintas dalam jiwa rakyat Indonesia”.

Sebagai konsekuensi atas konsistensi perjuangannya memerdekakan bangsanya, perjalanan hidup Bung Hatta pun diwarnai dengan beragam dinamika seperti mengalami pembuangan hingga bertahun-tahun, termasuk  antara lain pembuangan ke Tanah Merah Boven Digoel di pedalaman Papua atau menunda keinginan untuk menikah sebelum Indonesia merdeka. Setelah Indonesia merdeka, barulah Hatta menikah dengan Rachmi pada 18 November 1945. Uniknya, Hatta menjadikan buku yang ditulisnya, “Alam Pikiran Yunani,” sebagai mas kawin.

Filosofi Sambal

FILOSOFI SAMBAL

Sambal bagi orang Indonesia dapat dikatakan sebagai salah satu menu wajib. Tidak lengkap rasanya menyantap makanan tanpa sambal. Apapun makanannya, sambal tetap ada.

Uniknya, meski pedas dan seolah membakar lidah bahkan sampai megap-megap, namun orang yang menyantapnya tidak pernah merasa kapok. Kalaupun kapok hanya sebentar saja atau yang disebut kapok lombok atau kapok sesaat.

Berbagai kreativitas hadir tiada akhir dalam pembuatan sambal. Biasanya penyuka sambal akan terus berkreasi dalam membuat sambal. Sambal bisa dibuat mentah, goreng, rebus, kukus, dan bakar, tergantung pada bahan sambal yang akan diolah menjadi sambal.