Dalam sejarah Umat Muslim, nama Thariq bin Ziyad bin Abdullah bin Walgho bin Walfajun bin Niber Ghasin bin Walhas bin Yathufat bin Nafzau bukanlah sebuah nama yang asing.
Thariq bin Ziyad adalah putra suku Ash-Shadaf, suku Barbar, penduduk asli daerah Al-Atlas, Afrika Utara, yang memimpin pasukan Muslim melakukan penaklukan wilayah Iberia, Spanyol. Pada Senin, 3 Mei 711 M, Thariq membawa 70.000 pasukannya menyeberang ke daratan Eropa dengan kapal.
Sesampai di pantai wilayah Spanyol, ia mengumpulkan pasukannya di sebuah bukit karang yang sekarang dikenal dengan nama Gibraltar -diambil dari bahasa Arab “Jabal Thariq”, Bukit Thariq. Lalu ia memerintahkan pasukannya membakar semua armada kapal yang mereka miliki.
Setahun kemudian, Rabu, 16 Ramadhan 93 H, datang 10.000 pasukan dibawah pimpinan Musa bin Nusair menyusul Thariq. Dalam perjalanan ia berhasil menaklukkan Merida, Sionia, dan Sevilla. Sementara pasukan Thariq memabagi pasukannya untuk menaklukkan Cordova, Granada, dan Malaga. Ia sendiri membawa sebagian pasukannya menaklukkan Toledo, ibukota Spantol saat itu. Semua ditaklukkan tanpa perlawanan.
Pasukan Thariq dan pasukan Musa bertemu di Toledo. Keduanya bergabung untuk menaklukkan Ecija. Setelah itu mereka bergerak menuju wilayah Pyrenies, Perancis. Hanya dalam waktu 2 tahun, seluruh daratan Spanyol berhasil dikuasai. Beberapa tahun kemudian Portugis mereka taklukkan dan mereka ganti namanya dengan Al-Gharb (Barat).
Membaca sejarah penaklukan pasukan Thariq bin Ziyad dan Musa bin Nusair tersebut, tampak ada kemiripan dengan kemenangan tim nasional (timnas) sepakbola Maroko di Piala Dunia 2022, yang hingga tulisan ini dibuat sudah memastikan posisi di babak semi final.
Setelah menaklukan timnas Spanyol di perdelepan final dalam drama adu penalti yang dramatis, Maroko menaklukan Portugal di perempat final dengan skor 1-0 pertandingan yang berlangsung di Stadion Al Thumama, Doha, pada Sabtu (10/12/2022) malam WIB. Maroko mampu memenangi laga tersebut berkat gol semata wayang Youssef En-Nesyri pada menit ke-42.
Uniknya, lawan yang sudah menanti di semi final adalah Perancis, negara yang dalam sejarah penaklukan Thariq bin Ziyad dan Musa bin Nusair belum sempat diwujudkannya. Padahal saat itu, Thariq bin Ziyad dan Musa bin Nusair dan Thariq bin Ziyad berencana membawa pasukannya terus ke utara untuk menaklukkan seluruh Eropa.
Sebab, waktu itu tidak ada kekuatan dari mana pun yang bisa menghadap mereka. Namun, niat itu tidak tereaslisasi karena Khalifah Al-Walid bin Abdul Malik memanggil mereka berdua pulang ke Damaskus. Thariq bin Ziyad pulang terlebih dahulu sementara Musa bin Nusair menyusun pemerintahan baru di Spanyol.
Setelah bertemu Khalifah, Thariq bin Ziyad ditakdirkan Allah SWT tidak kembali ke Eropa. Ia sakit dan menghembuskan nafas. Thariq bin Ziyad telah menorehkan namanya di lembar sejarah sebagai putra asli Afrika Utara muslim yang menaklukkan daratan Eropa.
Kini kesempatan menaklukan Eropa datang kembali lewat timnas sepakbola Maroko, negara yang berada di Afrika Utara sama seperti tempat kelahiran Thariq bin Ziyad.
Dalam Piala Dunia 2022 ini Maroko dibawah pimpinan pelatih Walid Regragui sudah menaklukan tiga kesebelasan kuat Eropa yaitu Belgia, Spanyol dan Portugal. Tinggal Perancis di pertandingan berikutnya. Mampukah timnas Maroko mewujudkan keinginan Thariq bin Ziyad dan Musa bin Nusair menaklukkan Perancis?
Leave a Reply