Pengalaman Seorang Dosen Bertemu Ketua Partai Komunis China

Bagi Eddy Prabowo, Dosen studi Indonesia di Beijing Foreign Studies University (BFSU), bertemu langsung dengan Ketua Partai Komunis China (PKC) dan pemimpin baru China Xi Jinping, yang baru 20 hari menjabat, mungkin hanya mimpi. Apalagi menjadi orang Indonesia pertama yang bisa bertemu langsung dengan pemimpin suatu negera berpenduduk lebih dari 1,3 milyar jiwa dan dengan perekonomian terbesar kedua di dunia Tapi yang namanya mimpi, suatu saat bisa saja terwujud, termasuk bertemu dan bertatap muka dengan Xi Jinping.

Menurut penuturan Eddy Prabowo atau yang oleh beberapa koleganya terkadang dipanggil dengan nama Prabowo saja, agar mirip dengan nama jenderal katanya, mimpi bertemu dengan Xi Jinping mulai menjadi kenyataan ketika pada hari Minggu 2 Desember 2012 ada pemberitahuan dari BFSU bahwa diundang untuk bertemu pemimpin China, tanpa menyebutkan nama pemimpin China yang dimaksud. Prabowo bersama 19 orang lainnya terpilih dari 530 tenaga kerja asing di China.

Ke-20 orang yang dipilih tersebut berasal dari 16 negara dan beragam profesi yang berbeda. Selain Prabowo dari Indonesia dengan profesi sebagai dosen, ada ahli kimia dan astronom dari Jerman, peneliti dari AS, analis keuangan dari Inggris, ahli pertanian dari Bulgaria, ahli tenaga surya dari Perancis dan lain-lainnya. Dari Asia, selain Indonesia ada Pakistan, Jepang dan Korea Selatan.

Pemberitahuan dari BFSU kemudian ditindaklanjuti melalui email yang dikirim pada hari Senin (3/12) yang memintanya untuk bersiap-siap menyampaikan pengalamannya selama bekerja di China dan memberikan masukan terkait profesinya sebagai pengajar di perguruan tinggi, serta mengenakan pakaian formal saat pertemuan.

Hingga hari Rabu (5 Desember 2012), Prabowo dan 19 orang lainnya belum mengetahui pasti mengenai siapa pemimpin China yang akan menemuinya. Menurut Prabowo, ketika di dalam bis yang membawanya ke State House (gedung di Tiannamen tempat para pemimpin China berkantor dan menerima tamu-tamunya), tidak ada satu pun petugas yang menyebutkan dengan siapa ke-20 orang tersebut akan bertemu. Saking tidak tahunya akan bertemu dengan siapa, seorang peserta dari Jerman lupa untuk mengenakan jas dan dasi seperti yang diberitahukan lewat email. Entah beruntung atau memang sudah disiapkan pihak China, si peserta asal Jerman tersebut kemudian mendapatkan pinjaman jas dan dasi yang segera dikenakan langsung di dalam bus.

Sekitar pukul 9 pagi, rombongan tiba di State House dan kemudian diterima sejumlah menteri China seperti menteri luar negeri, pendidikan, perekonomian, dan perencanaan pembangunan nasional. Karena tidak terdapat tanda-tanda apapun, ke-20 orang tersebut pun mengira bahwa pemimpin China yang mengundang adalah para menteri tersebut.

Sekitar pukul 11, ke-20 orang tersebut kemudian diminta untuk menceritakan pengalamannya bekerja di China dan menyampaikan saran-saran bagi Pemerintah China. Semua cerita dan saran-saran tersebut direkam dan hasilnya dibawa masuk ke salah satu ruangan di State House.

Pada siang hari, teka-teki mengenai siapa pemimpin China yang akan menemui mereka mulai terjawab. Setelah menunggu beberapa saat di ruang Xinjiang, masuklah Ketua PKC yang baru Xi Jinping diiringi para petinggi Pemerintah China lainnya seperti State Councilor Dai Bingguo dan Ma Kai. Catatan: State Councilor adalah jabatan eksekutif di pemerintahan China, setingkat di bawah wakil perdana menteri, namun di atas menteri.

Seperti dituturkan lebih lanjut oleh Prabowo, melihat Xi Jinping memasuki ruangan dan langsung menyalami dirinya dan 19 orang lainnya, tidak sedikit yang kemudian saling berpandangan seolah tidak percaya bahwa yang menerima mereka ternyata orang nomor 1 di China, pemimpin puncak PKC yang baru saja diangkat 20 hari sebelumnya dan pada Maret 2013 mendatang akan menjadi Presiden RRC menggantikan Hu Jintao.

Tanpa aturan protokoler berkepanjangan, Xi Jinping kemudian menyampaikan maksudnya menerima ke-20 orang tersebut. Menurut Xi Jinping, sebelum dirinya menerima para pemimpin negara-negara lain atau kepala-kepala perwakilan diplomatik, ia bermaksud mendengarkan langsung pengalaman para tenaga kerja asing yang sudah lama bekerja di China dan mendengarkan masukan-masukan dari mereka. Masukan-masukan tersebut akan dicatat dan dijadikan bahan pertimbangan sebelum memutuskan suatu kebijakan.

Xi Jinping pun kemudian menjelaskan kebijakan Pemerintah China yang akan tetap bersikap terbuka bagi orang asing dan menerima setiap masukan yang diberikan. Pemerintah China akan tetap meneruskan arah kebijakan reformasi yang telah terbukti berhasil membawa China menjadi suatu negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia.

Diceritakan lebih lanjut oleh prabowo bahwa setelah menyampaikan sambutannya, Xi Jinping kemudian mulai mendengarkan cerita dan masukan dari ke-20 orang yang diundangnya. Menurut Prabowo, Xi Jinping mencatat apa yang disampaikan para peserta kemudian memberikan tanggapan satru persatu.

Dalam kesempatan ini Prabowo sendiri menceritakan pengalamannya mengajar studi Indonesia dan pentingnya pengajaran bidang studi asing di China. Menurut Prabowo, pendidikan memiliki peran penting sebagai dasar untuk meningkatkan kemajuan suatu bangsa. Untuk itu, Prabowo menyarankan agar program studi asing dapat diberikan perhatian lebih serius, mengingat bahwa para lulusannya dapat menjembatani berbagai kerjasama di bidang-bidang lainnya.

Menanggapi pernyataan Prabowo, Xiijinping kemudian menjelaskan mengenai rencana Pemerintah China untuk melakukan reformasi kurikulum pada tahun 2013. Selain itu, Pemerintah China akan terus meningkatkan pemberian beasiswa kepada pelajar dan mahasiswa China untuk belajar di luar negeri.

Dari cerita Prabowo mengenai pengalamannya diterima pemimpin baru China, setidaknya terdapat dua hal yang bisa digarisbawahi. Pertama, terlihat langkah diplomasi publik yang tepat dari Xi Jinping untuk menunjukkan keterbukaan Pemerintah China dan meyakinkan dunia luar bahwa di bawah kepemimpinannya, China akan meneruskan reformasi yang telah dijakankan selama ini. Pesan keterbukaan yang ingin disampaikan Pemerintah China pun diharapkan dapat langsung sampai ke tujuan mengingat para pekerja asing di China merupakan orang-orang yang merasakan langsung dampak berbagai kebijakan yang diterapkan Pemerintah China.

Selain itu, memperhatikan para tenaga kerja yang dipilih untuk bertemu berasal dari beragam profesi memperlihatkan ketertarikan China terhadap sektor-sektor tertentu yang akan dijadikan prioritas pembangunannya seperti pertanian, pendidikan, penelitian, pengembangan tenaga surya, keuangan, ruang angkasa, dan sebagainya.

Pendapat saya di atas dibenarkan oleh Prabowo yang mengatakan bahwa dalam pertemuan tersebut, Xi Jinping antara lain juga mengemukakan rencana China untuk mempriritaskan pengembangan energi tenaga surya mengingat sumber daya alam China di bidang energi sangat terbatas..

Lebih jauh, pertemuan ini juga memperlihatkan langkah terukur para pemimpuin baru PKC sebelum pada akhirnya resmi menduduki jabatan-jabatan di eksekutif dan legislative pada tahun 2013 mendatang, baik sebagai presiden, wakil presiden, ketua parlemen, perdana menteri, wakil perdana menteri ataupun menteri. Karena selain bertemu dengan tenaga kerja asing, Ketua PKC Xi Jinping juga berkunjung ke daerah-daerah, termasuk melakukan napak tilas ke Provinsi Guangdong, daerah pertama di China yang dijadikan tempat uji coba keterbukaan ekonomi dan ternyata berhasil.

Kedua, saya merasa senang dan bangga karena ada orang Indonesia yang terpilih dari sekitar 530 ribu tenaga kerja asing di China. Tidak mudah untuk bisa bersaing dan bekerja di China yang memiliki aturan ketat bagi tenaga asing. Bahwa Prabowo yang dipilih menunjukkan bahwa yang bersangkutan memiliki kompetensi yang memadai di profesinya. Prabowo sendiri adalah lulusan jurusan arkeologi UI dengan tugas akhir mengenai arkeologi China dan sebelum mengajar di BFSU, ia berpengalaman sebagai dosen di jurusan Sastra China UI. Dan mengingat bidang studi yang diajarkan di BFSU adalah studi Indonesia, maka hal tersebut juga memperlihatkan bahwa Pemerintah China sangat memberikan perhatian terhadap studi Indonesia.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *