Tag Archives: ASEAN

Human Right Issues and Challenges to Create Regional Architecture

During the ASEAN Ministers Retreat on 7 February 2018, in order to contribute to the ecosystem of peace, stability, and prosperity in the region, Indonesia’s Foreign Minister Retno Marsudi proposed the development of a regional architecture in the Indo-Pacific region. The proposal is a further action of her annual press statement in January 2018 and part of Indonesia’s foreign policy priorities to strengthen ASEAN unity and fostering cooperation and the need to prioritize peace and democracy as well as respect to human rights in Southeast Asia.

The problem is, in the age of 50 of its existence, ASEAN become an organization who can boast economic growth to the highest level outside China and India. But when it comes to human rights, there are many things to note, such as the implementation of human rights in Myanmar.

In late August 2017 when the humanitarian crisis in Myanmar’s Rakhine state is becoming increasingly dire and complex. The problem, which was originally a domestic issue of Myanmar, eventually rose to a regional issue as more than half million Rohingya Muslims have fled to Bangladesh since the Myanmar military began its violent crackdown in the region.

Menghapus Salah Paham Indonesia – China

“Indonesia dan China merupakan dua negara yang telah sejak lama menjalin hubungan persahabatan. Tapi saya melihat bahwa hubungan tersebut masih didasarkan pada cara pandang lama. Masyarakat Indonesia masih melihat China sebagai suatu negara yang tertutup dan tidak reformis. Bahkan tidak sedikit yang mengira China sama dengan Korea Utara. Sebaliknya, masyarakat China pun tidak tahu banyak tentang Indonesia. Sebagian besar masyarakat China hanya tahu Jakarta dan Pulau Bali”, begitu pandangan yang disampaikan seorang mahasiswi jurusan bahasa Indonesia di Beijing Foreign Studies University (BFSU) kepada Duta Besar RI untuk RRC dan Mongolia, Imron Cotan pada acara kuliah umum mengenai Kebijakan Politik Luar Negeri RI terhadap China dan ASEAN di BFSU, Selasa 29 Mei 2012.

Berbicara dalam bahasa Indonesia yang baik dan lancar, mahasiswi tersebut kemudian mempertanyakan mengenai upaya kedua negara untuk mengurangi kesenjangan pandangan atau menghilangkan kesalahpahaman yang ada tersebut.

My Article in the Jakarta Post

The role of bloggers in the ASEAN Community

Aris Heru Utomo, Beijing | Thu, 11/17/2011 8:24 AM

Since its establishment in 1967, plenty of efforts have been made to strengthen cooperation within ASEAN, as well as to reach the goal of the ASEAN Community by 2015.

As stated by President Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) at the opening of the 44th ASEAN Ministerial Meeting in Bali in July, ASEAN is no longer just walking at a leisurely pace. ASEAN is beginning to run, and run faster. ASEAN should run faster because the region and the world are running even faster.

To run and to realize an ASEAN Community by 2015, many things have been done intensively to implement the rules and regulations of the ASEAN Charter, which was ratified by all ASEAN member states in December 2008.

Since the ASEAN Charter comprises only basic provisions, in 13 chapters and 55 articles, it is necessary to develop those basic provisions into rules and policies to be implemented. Here, there are battles of ideas among all parties concerned over the interpretation of the Charter’s basic provisions and its delivery to the people.

Logo KTT ASEAN dari Waktu ke Waktu

Minggu ini Bali kembali menjadi tempat bersejarah bagi ASEAN karena di Pulau Dewata ini kembali digelar perhelatan pertemuan ASEAN dimana Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-19 ASEAN digelar pada tanggal 17-19 Nopember 2011. KTT ASEAN adalah pertemuan puncak para pemimpin negara anggotaASEAN yang diselenggarakan setiap tahunnya sejak KTT ke-7 tahun 2001.

Bali menjadi salah tempat bersejarah bagi ASEAN karena di Balilah untuk pertama kalinya KTT ASEAN diselenggarakan pada tanggal 23-24 Februari 1976. Setelah KTT Pertama di Bali, KTT ke-2 diselenggarakan di Kuala Lumpur (4-5 agustus 1977), KTT ke-3 di Manila (14-15 Desember 1987), KTT ke-4 di Singapura (27-29 Januari 1992), KTT ke-5 di Bangkok (14-15 Desember 1995), dan KTT ke-6 di Ha Noi (15-16 Desember 1998).

Mari Mengenal Bendera Negara ASEAN

Senin mendatang, tepatnya tanggal 8 Agustus 2011, Perhimpunan Bangsa-Bangsa di Asia Tenggara atau yang dikenal sebagai ASEAN akan genap berusia 44 tahun. Menyambut hari lahir ASEAN tersebut, Pemerintah DKI Jakarta memasang bendera negara-negara ASEAN di sepanjang jalan utama Thamrin-Sudirman. Tapi entah karena terlalu semangat atau ketidaktahuan petugas yang memasang bendera, terjadi kekeliruan dalam pemasangan bendera salah satu negara ASEAN yaitu Myanmar. Alih-alih dipasang bendera Myanmar, yang dipasang justru bendera sebuah negara di Afrika, Guinea.

Kekeliruan pemasangan bendera ini tentu saja sangat menggelikan mengingat Jakarta merupakan ibu kota ASEAN dan Sekretariat ASEAN berada di Jakarta. Dan sepanjang tahun ini Jakarta pun menjadi tuan rumah berbagai pertemuan ASEAN, termasuk KTT ASEAN pada bulan Maret 2011 lalu.

ASEAN Tuntaskan Penyelesaian Konflik Kamboja-Thailand

Belum lagi keputusan Pertemuan Informal Menlu ASEAN di Jakarta pada tanggal 22 Februari 2011 lalu sepenuhnya dilaksanakan, pertempuran kembali meletus di perbatasan Thailand dan Kamboja pada Jumat 22 April 2011. Dalam pertempuran sejak hari Jumat tersebut, diperkirakan 11  orang tewas dan beberapa lainnya luka-luka.

Ketika bentrokan bersenjata kembali mencuat, seperti biasa, kedua belah pihak segera saling tuding mengenai siapa yang terlebih dahulu melakukan penyerangan. Menteri Pertahanan Kamboja menuduh bahwa Thailand melakukan serangan menggunakan peluru 75 dan 100 mm berisi gas beracun untuk menguasai candi Tamone dan Ta Krabei di wilayah Kamboja.  Sementara Perdana Menteri Thailand, Abhisit Vejjajiva, menuduh Kamboja mencoba menginternasionalisasi konflik kedua negara. Thailand bersikeras bahwa perundingan bilateral merupakan langkah yang tepat untuk memulihkan perdamaian dan keterlibatan pihak luar tidak diperlukan.

Promosi ASEAN di Belanda

“Ya, this is ASEAN. I mentioned in my opening remarks” seru Diplomat Senior dan Mantan Menteri Pertahanan Belanda Willem Van Eekelen ketika mengunjungi anjungan “ASEAN Corner” Direktorat Jenderal Kerjasama ASEAN Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia (Ditjen KSA Kemenlu RI) di Pasar Malam Indonesia (PMI) di Den Haag yang berlangsung dari tanggal 1 s/d 7 April 2011.

Kedatangan Van Eekelen disambut hangat oleh Staf Ditjen KSA yang bertugas. Di anjungan berukuran 3X6 meter ini Van Eekelen melihat-lihat benda-benda yang dijadikan alat promosi mengenai ASEAN seperti buku-buku ASEAN, pin. pembatas buku, sticker dan pulpen. Usai melihat-lihat benda pameran, Van Eekelen pun berfoto bersama di depan dinding ASEAN Corner yang sudah disiapkan untuk para pengunjung yang ingin berfoto.

Kerjasama Ekonomi Perbatasan ASEAN di Kalimantan Timur

Sejak dibentuk pada tanggal 8 Agustus 1967, Perhimpunan Bangsa-Bangsa di Asia Tenggara (ASEAN), yang saat ini beranggotakan 10 negara di Asia Tenggara, telah meletakkan kerjasama ekonomi sebagai salah satu agenda utamanya. ASEAN memandang bahwa setiap hubungan konstruktif dengan negara-negara tetangga dan daerah lainnya dapat memperkuat jaringan kerjasama ekonomi ASEAN dan menjadikannya lebih efektif dalam menghadapi berbagai kesempatan dan tantangan masa depan.

Dalam mengupayakan kerjasama ekonomi yang proaktif, berbagai inisiatif kerjasama telah digulirkan antara lain melalui kerjasama ekonomi sub regional antara Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia dan Filipina (Brunei Darussalam-Indonesia-Malaysia-The Phillipines East ASEAN Growth Area atau BIMP-EAGA). Kerjasama BIMP-EAGA yang melibatkan daerah-daerah yang berbatasan diperlukan guna meningkatkan kesejahteraan dan pertumbuhan ekonomi masyarakat di daerah perbatasan. Melalui kerjasama semacam ini dapat dilakukan peningkatan peran pelaku usaha pada kegiatan-kegiatan ekonomi yang menjadi minat para pelaku usaha.

Penyelesaian Konflik Thailand-Kamboja

Menyusul baku tembak yang terjadi antara tentara Thailand dan Kamboja di perbatasan kedua negara pada tanggal 4-6 Februari lalu, yang menewaskan sedikitnya 8 orang dan mencederai beberapa orang lainnya, pada hari ini (22/02) di Jakarta digelar Informal ASEAN Foreign Minister’s Meeting (pertemuan informal para Menlu ASEAN) dengan agenda tunggal pembahasan penyelesaian konflik Thailand dan Kamboja.

Pertemuan informal para Menlu ASEAN kali ini, yang diprakarsai Indonesia selaku Ketua ASEAN, merupakan tindak lanjut dari hasil sidang Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB) yang meminta Thailand dan Kamboja bekerjasama dengan ASEAN sebagai mediator untuk menuntaskan persoalan perbatasan melalui jalan damai.

ASEAN di Piala Dunia 2030

Ada yang menarik dari pertemuan informal para Menlu ASEAN (ASEAN Ministerial Meeting Retreat) yang baru saja dilangsungkan di Lombok, 16-17 Januari 2011. Ditengah-tengah pembahasan isu-isu utama ASEAN seperti persiapan KTT ASEAN dan pembentukan Komunitas ASEAN serta new regional architecture, para Menlu ASEAN ternyata juga membicarakan masalah sepakbola. Keberhasilan penyelenggaraan putaran final Piala Suzuki ASEAN Football Federation (AFF) 2010 dan antusiasme tinggi para pendukung sepakbola di kawasan Asia Tenggara ternyata menginspirasikan para Menlu ASEAN untuk menjadikan negara ASEAN sebagai tuan rumah bersama Piala Dunia Sepakbola.

Logika Dibalik Diplomasi Yoyo Presiden SBY

Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) baru saja tiba di Ha Noi, Vietnam, 27 Oktober 2010, ketika bencana Tsunami menerjang kawasan kepulauan Mentawai dan Gunung Merapi memuntahkan debu panas. Keberadaan Presiden di Vietnam tersebut, setelah dua hari sebelumnya berkunjung ke China, sontak memunculkan reaksi di dalam negeri yang menganggap SBY tidak peka terhadap penderitaan rakyatnya dan lebih memilih melakukan perjalanan ke luar negeri.

Seolah merespon reaksi di dalam negeri, sesaat setelah melakukan kunjungan kenegaraan dan mengadakan pertemuan dengan Presiden Vietnam Nguyen Minh Triet, SBY pun mempersingkat kunjungannya yang semula akan berlangsung hingga 31 Oktober 2010. SBY meninggalkan pembukaan KTT ke-17 ASEAN (diwakili Menko Perekonomian Hatta Rajasa) dan pamitan kembali ke tanah air untuk menengok korban bencana. Akibatnya sejumlah pertemuan bilateral dengan sejumlah Kepala Negara anggota ASEAN dan mitra wicara ASEAN pun dibatalkan. Tercatat pertemuan bilateral yang dibatalkan adalah pertemuan dengan Presiden Filipina, Presiden Korea Selatan, PM China, PM Jepang dan PM Selandia Baru.

Insiden Bendera Filipina terbalik di KTT ke-2 ASEAN-AS

Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-2 ASEAN-AS telah berlangsung pada tanggal 24 September 2010 di New York. Pertemuan dipimpin bersama oleh Presiden AS Barack Obama dan Presiden Viet Nam Nguyen Minh Triet selaku Ketua ASEAN 2010 serta dihadiri oleh seluruh Kepala Negara / Pemerintahan negara anggota ASEAN (Indonesia diwakili oleh Wakil Presiden Boediono).

Secara keseluruhan pertemuan telah berlangsung dengan baik dan lancar serta menghasilkan suatu komitmen bersama untuk meningkatkan dan memperluas kerjasama di berbagai bidang seperti pertanian, pendidikan dan kerjasama teknis.