Tag Archives: diplomasi film

Aksi Jokowi dan Film Sebagai Aset Diplomasi

Aksi Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengendarai motor gede dalam sebuah video pendek yang dikemas layaknya film action Mission Impossible – Fallout di pembukaan Asian Games ke-18 di Jakarta pada 18 Agustus 2018  berhasil memancing perhatian publik dalam dan luar negeri, termasuk perbincangan di  media sosial.

Dalam video tersebut, Jokowi digambarkan berangkat dari Istana Presiden di Bogor dalam pengawalan lengkap pada sore hari. Di tengah perjalanan menuju Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK) di Senayan, Jakarta Pusat, iringan presiden terhambat oleh rombongan penonton upacara Asian Games ke-18. Sesuai prosedur tetap pengamanan presiden, bisa saja Pasukan Pengamanan Presiden membuka blokade jalan, namun Jokowi melarang pasukan pengamanannya untuk melakukan hal tersebut.

Jokowi lebih memilih untuk mengendarai sendiri salah satu motor gede yang digunakan pengawalnya dan meloncati  kerumunan rombongan penonton yang menutupi jalan. Selanjutnya Jokowi memacu motornya layaknya Ethan Hunt menyusuri gang sempit guna menghindari kemacetan. Tak lupa, di depan sebuah sekolah dasar, saat mendekati penyeberangan orang, ia menghentikan laju motor dan memberikan jalan terlebih dahulu kepada para pejalan kaki. Aksinya tersebut membuat seorang bpcah gemuk yang menyeberang kaget begitu Jokowi membuka kaca helmnya.

Diplomasi Film Tiongkok di Indonesia

Jakarta – Tidak dapat disangsikan bahwa di era global dewasa ini, film telah menjadi media hiburan popular dan universal serta berperan sebagai medium kesenian yang sangat efektif dalam menjalankan fungsi diplomasi kebudayaan. Peran yang melekat sejak hasil rekaman kamera Auguste Lumiere dan Louis Lumiere diputar pada 1895 di Paris dan diakui sebagai film pertama di dunia.

Fakta ini pada gilirannya memunculkan kesadaran bahwa melalui film, suatu negara dapat lebih memperkenalkan dan mempromosikan citra dirinya di dunia internasional dan memanfaatkan hasilnya sebagai dasar untuk membina persahabatan dan memperkuat hubungan antar negara.

Sadar mengenai hal tersebut di atas, banyak negara yang kemudian secara aktif melakukan diplomasi publik dengan antara lain memanfaatkan film sebagai instrumen diplomasi kebudayaan, salah satunya adalah Tiongkok. Negeri tirai bambu yang telah menjelma sebagai kekuatan ekonomi kedua terbesar ini, dalam satu dekade terakhir ini aktif melakukan diplomasi kebudayaan menyusul Jepang dan Korea Selatan yang sudah terlebih dahulu mengekspor kesenian modern (film, musik dan sastra) mereka ke luar negeri.

Tujuannya untuk memperkenalkan kebudayaan mereka dan membangun dominasi ekonomi dan politik di luar negaranya. Sudah sejak lama Jepang dan Korea membangun dan membina kesenian modernnya dengan serius, sama seriusnya dengan upaya mereka membina primadona ekspor mereka, yaitu teknologi (mobil, alat telekomunikasi, peralatan rumah tangga dan sebagainya).

Untuk melaksanakan diplomasi kebudayaannya, khususnya dalam mempromosikan “budaya sosialis modern”-nya, Tiongkok menggelontorkan dana setidaknya US$ 10 miliar per tahun. Dana sedemikian besar tersebut tentu saja tidak digunakan untuk kegiatan perfilman semata, dana tersebut dimanfaatkan antara lain untuk membangun Institut Konfusius di berbagai perguruan tinggi dan sekolah di luar negeri, memperluas jaringan televisi internasional, menjadi tuan rumah berbagai kegiatan olah raga dan budaya serta tentu saja membuat kerja sama perfilman, antara lain bekerjasama dengan studio film Hollywood dan melakukan pemutaran film Tiongkok di berbagai negara, salah satunya ke Indonesia.