‘We’ve observed that searching for [freedom] in mainland China may temporarily break your connection to Google. This interruption is outside Google’s control’
Kalimat di atas otomatis muncul ketika dari Beijing saya bersilancar di Google dengan kata depan ‘freedom’. Selain kata ’freedom’, banyak lagi kata-kata terlarang di China, selain tentunya larangan penggunaan sosial media Barat seperti Twitter dan Facebook. Diperlukan server proxy untuk bisa mengakses internet secara bebas di China. Di tengah sikap proteksionis Pemerintah China dalam masalah penggunaan internet, yang diartikan pula sebagai bagian dari implementasi kebijakan pembatasan kebebasan berpendapat, Panitia Nobel Kamis lalu (11 Oktober 2012) mengganjar Nobel Kesusastraan kepada penulis China Guan Moye atau Mo Yan karena karya-karyanya yang dipandang berhasil menggabungkan “cerita rakyat, sejarah dan kontemporer ke dalam halusinasi realis’.
Berbeda dengan penghargaan hadiah Nobel Perdamaian kepada Liu Xiabo pada tahun 2010, yang ditentang keras karena diberikan kepada seorang pembangkang, maka penghargaan kepada Mo Yan, anggota Partai Komunis China (PKC) dan Wakil Presiden Asosiasi Penulis China, disambut hangat oleh masyarakat dan pemerintah China. Di Weibo, Twitternya China, sambutan hangat terlihat dari berbagai komentar yang muncul dari kicauan mereka. Sementara Pemerintah China melalui anggota Komite Tetap Politbiro Partai Komunis China Li Chang Chun menyampaikan ucapan selamat dan mengatakan bahwa kemenangan Mo merupakan cerminan dari kemajuan kesusastraan China dan meningkatnya pengaruh China.