Tag Archives: politik luar negeri RI

Politik Luar Negeri RI Saat ini Lebih Percaya Diri

 Sedikit sekali pengamat politik dalam negeri yang memuji keberhasilan politik luar negeri RI dalam satu dekade terakhir, salah satunya adalah Dewi Fortuna Anwar (DFA). “Ada beberapa kata kunci menyangkut perkembangan dan pembangunan di Indonesia pasca reformasi 1998 yang berdampak bagi pelaksanaan hubungan luar negeri Indonesia, termasuk dengan RRT”, begitu dikatakan Dewi Fortuna Anwar saat mengawali paparannya di acara Breakfast Meeting’ yang dihadiri sekitar 40 orang peserta yang terdiri dari kalangan akademisi, lembaga swadaya masyarakat, kalangan pengusaha, media RRT, serta para home staff KBRI Beijing, di China World Hotel, Beijing.

Ditambahkan oleh DFA, yang saat ini juga menjabat sebagai Deputi Sekretaris Presiden RI Bidang Politik, ada 4 kata kunci yang mempengaruhi pelaksanaan politik luar negeri RI yaitu demokratisasi, otonomi daerah, HAM, dan kebijakan pembangunan pro poor and pro growth. Dengan keempat kata kunci tersebut politik luar negeri RI mengalami perubahan menjadi lebih proaktif dan percaya diri sejak Indonesia menjadi Ketua ASEAN tahun 2003.

Pada tahun 2003 Indonesia berhasil mengenalkan nilai-nilai seperti demokratisasi dan HAM pada lingkup ASEAN. Selain itu, Indonesia juga membawa ASEAN berkembang dan berperan dalam menjaga stabilitas di kawasan. Bahkan pada kepemimpinan Indonesia di ASEAN pada tahun 2011, Indonesia berhasil membawa ASEAN ke lingkup global sesuai tema keketuaan ‘ASEAN Community in a Global Community of Nations’

Menghapus Salah Paham Indonesia – China

“Indonesia dan China merupakan dua negara yang telah sejak lama menjalin hubungan persahabatan. Tapi saya melihat bahwa hubungan tersebut masih didasarkan pada cara pandang lama. Masyarakat Indonesia masih melihat China sebagai suatu negara yang tertutup dan tidak reformis. Bahkan tidak sedikit yang mengira China sama dengan Korea Utara. Sebaliknya, masyarakat China pun tidak tahu banyak tentang Indonesia. Sebagian besar masyarakat China hanya tahu Jakarta dan Pulau Bali”, begitu pandangan yang disampaikan seorang mahasiswi jurusan bahasa Indonesia di Beijing Foreign Studies University (BFSU) kepada Duta Besar RI untuk RRC dan Mongolia, Imron Cotan pada acara kuliah umum mengenai Kebijakan Politik Luar Negeri RI terhadap China dan ASEAN di BFSU, Selasa 29 Mei 2012.

Berbicara dalam bahasa Indonesia yang baik dan lancar, mahasiswi tersebut kemudian mempertanyakan mengenai upaya kedua negara untuk mengurangi kesenjangan pandangan atau menghilangkan kesalahpahaman yang ada tersebut.