Bagi sebagian besar masyarakat Indonesia,
tanggal 4 April mungkin tidak memiliki arti apapun. Namun bagi mereka yang
bergelut di dunia persandian. Untuk mengamankan komunikasi rahasia negara,
tanggal 4 April akan senantiasa diingat sebagai hari lahirnya persandian
Indonesia karena pada tanggal 4 April 1946 untuk pertama kalinya dibentuk dinas
persandian. Karena itu pula setiap tanggal 4 April diperingati sebagai Hari Ulang
Tahun Persandian RI.
April 1946, Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI) yang baru saja diproklamirkan pada 17 Agustus 1945 di Jakarta
oleh Soekarno-Hatta dihadapkan pada ancaman dari Belanda yang ingin berkuasa kembali.
Belanda yang sudah ratusan tahun bercokol di bumi nusantara tidak begitu saja
rela melepaskan asetnya yang sangat berharga. Sebaliknya, rakyat Indonesia tentu
saja tidak ingin momentum kemerdekaan yang sudah direbut dengan susah payah diambil
kembali oleh Belanda.
Karenanya perang kemerdekaan untuk
mempertahankan kedaulatan Indonesia menjadi tidak terhindarkan lagi. Perang
besar-besaran pun mulai berkobar. Belanda menyiapkan pasukannya untuk melakukan
agresi. Sementara rakyat Indonesia bergerak bersama melakukan konsolidasi kekuatan
seperti membentuk Tentara Rakyat Indonesia
pada 5 Oktober 1945 yang bertugas menjaga pertahanan negara. Sebelumnya, pada19
Agustus 1945 dibentuk Kementerian Luar Negeri yang tugasnya antara lain untuk
melakukan diplomasi kemerdekaan di fora internasional.
Di tengah kondisi awal pasca kemerdekaan
Indonesia tersebut, seorang dokter di Kementerian Pertahanan paa Bagian B
(bagian intelijen), dr. Roebiono Kertopati, pada 4 April 1946 pukul 10.00 WIB
menerima perintah dari Menteri Pertahanan, Mr. Amri Sjarifoeddin, untuk
membentuk badan pemberitaaan rahasia yang disebut Dinas Code.
Segera setelah menerima mandat
menengarahi komunikasi perintah siasat perang dan strategi diplomasi, dr.
Roebiono yang kemudian akrab dengan panggilan Doki mulai merintis kekuatan
Persandian Indonesia. Untuk mendukung pelaksanaan Dinas Code dalam
mengkomunikasikan berita rahasia, dibangun lah sarana telekomunikasi berupa
pemancar radio telegrafi.
Doki pun merancang sistim operasional
Dinas Code menggunakan suatu sistem yang sangat sederhana dalam bentuk buku
kode yang dikenal “Buku Code C” terdiri dari 10.000 kata (dibuat sebanyak 6
rangkap) diawali untuk hubungan komunikasi pemberitaan rahasia antara Pemerintah
RI di Yogyakarta dengan para pimpinan nasional di Jawa Barat (Tasikmalaya,
Garut, Karawang, Banten dan Cirebon), Jawa Timur (Jember, Jombang dan
Mojokerto), Jawa Tengah (Solo, Purwokerto, Tegal) dan Sumatra (Pematang Siantar
dan Bukit Tinggi) dan Jakarta.
Pada saat itu, beberapa instansi
Pemerintah RI selain Kementerian Pertahanan yang menggunakan jasa Dinas Code
adalah Markas Besar Tentara (M.B.T), Tentara Rakyat Indonesi (T.R.I) Sumatra,
Panitya Oeroesan Pengembalian Orang Djepang Dan Asing (P.O.P.D.A), Pantya
Gentjatan Senjata, Divisi I, Gubernur Sumatra. Selain melaksanakan tugas
pengamanan berita rahasia, Dinas Code juga bertugas melakukan pemantauan
terhadap berita-berita dalam negeri dan luar negeri yang diperlukan oleh
Kementerian Pertahanan Bagian B.
Dalam perkembangannya, Dinas Code yang awalnya hanya merupakan salah satu dari bagian Intelijen Kementerian Pertahanan terus memekarkan diri sesuai dengan tugas dan fungsinya yang semakin meluas. Berawal dari Dinas Kode Kementerian Pertahanan dan Angkatan Perang, Doki terus mengembangkan organisasi persandian Indonesia hingga terbentuknya Lembaga Sandi Negara (Lemsaneg) pada 1972. Ketika Doki wafat pada 23 Juni 1984, Lemsaneg terus tumbuh dan berkembang menjadi organisasi yang agile (tangkas) dan adaptif dengan menjadi Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) pada 2017.
Semua transformasi organisasi yang terjadi
di bidang persandian tersebut tentu saja tidak terlepas dari fondasi yang
dibangun Doki seperti dalam menyiapkan profil manusia persandian Indonesia yang
tangguh, berintegritas dan sangat dipercaya dalam melaksanakanan tugas,
tanggung jawab dan wewenangnya dalam mengamankan komunikasi dan pemberitaan
rahasia negara.
Dari penuturan para tokoh persandian Indonesia
generasi awal diketahui bagaimana detailnya Doki merancang suatu kegiatan bahkan
termasuk saat membangun Gedung Lemsaneg di Ragunan. Beliau merancang sendiri
ruang-ruang kerja dan alat pengamanan gedung. Ketika gedung-gedung pemerintahan
lainnya belum memasang CCTV dan pintu elektronik, gedung Lemsaneg adalah salah
satu gedung yang pertama memasang CCTV sehingga dari monitor ruang kerjanya,
Doki dapat memantau keluar masuknya personil di gedung.
Begitupun dalam menyeleksi personil yang akan bertugas di persandian, Doki kerap turun tangan untuk memastikan. Bahwa personil yang direkrut memiliki integritas dan kepercayaan yang diperlukan. Doki pun selalu menekankan bahwa rahasia negara adalah rahasia yang tetap harus dipelihara dengan baik dan karenanya tidak diperkenankan untuk membawa pekerjaan ke rumah dan membicarakannya dengan siapapun yang tidak berkepentingan, meski itu anggota keluarga. Salah satu pesan Doki yang selalu diingatkan adalah “Apa yang anda lihat, dengar dan kerjakan, biarlah tetap disini.” Pesan tersebut di atas penting karena sebagaimna pesan Doki “Ingatlah, Bahwa Kechilafan Satu Orang Sahaja Tjukup Sudah Menjebabkan Keruntuhan Negara”
Bukan hanya memberikan petuah, Doki pun
mempraktekkan apa yang diucapkan di lingkungannya. Sebagai seorang dokter dan tentara
(terakhir pensiun dengan pangkat Mayor Jenderal), konon pada masa-masa awal
tidak banyak kerabat dan teman di sekitarnya yang mengetahui statusnya sebagai
orang intelijen yang membidangi persandian. Mereka lebih banyak mengetahui
status Doki sebagai tantara dan dokter kepresidenan, termasuk sebagai dokter
yang ikut memvisum jenazah para jenderal yang dimasukkan ke sumur di Lubang
Buaya akibat kekejaman G-30-S/PKI.
Di tengah keluhan panjang dah luas
tentang krisis keteladanan serta kegagalan mentransormasikan kisah keteladanan,
kehadiran sosok Doki sebagai bapak pendiri persandian Indonesia bisa menjadi contoh
keteladanan tentang sosok riil yang ada di sekitar kita. Sosoknya yang disiplin
dan penuh integritas serta dapat dipercaya bisa menjadi teladan bagi siapapun, politikus,
aparatur negara, usahawan termasuk tentu saja generasi milenial.
Bahkan di era disruption digital saat
ini sebagai dampak dari perkembangan teknologi informasi, sosok Doki sangat
menginspirasi semua orang untuk konsisten menjaga kepercayaan dan kerahasiaan
yang diberikan, membatasi diri untuk tidak sembarangan berucap di dunia maya apalagi
mengucapkan kata-kata hoax. Apapun informasi yang diterima, sepanjang tidak
memberikan manfaat bagi diri sendiri aaupun orang lain, biarlah tetap ditempatnya,
kita jangan ikut-ikutan menyebarluaskan. Seperti kata Doki, “Apa yang anda
lihat, dengar dan kerjakan, biarlah tetap disini.”
Selamat Hari Ulang Tahun ke-75
Persandian RI. Jayalah selalu Persandian Indonesia dan amanlah rahasia negara.
Jakarta, 4 April 2021
Leave a Reply