Di era teknologi informasi yang
memunculkan disrupsi, yang menuntut semua pihak untuk bersikap agile (tangkas)
dan adaptif agat tidak kalah dalamn persaingan, kesederhanaan pemimpin menjadi
masalah penting. Lebih-lebih dengan perubahan ekonomi dan politik mengakibatkan
kepemimpinan yang makin jauh dari kesederhanaan. Gaya hidup yang mengarah
kepada orientasi materi tersebut menghilangkan sifat-sifat pemimpin yang bijak.
Di tengah perubahan tersebut, kehadiran sosok
Jenderal Sudirman yang santun, berwibawa serta luwes dalam bergaul membuat
beliau disegani di kalangan militer maupun masyarakat menjadi laksana mata air
“moralitas” yang jernih dan tak pernah surut.
Saat ini siapa yang tak mengenal zJEnderrsal
Sudirman atau Pak Dirman, namanya harum diseluruh penjuru Indonesia. Pak Dirman
bukan sekedar pahlawan bagi Bangsa Indonesia, ia merupakan panutan sekaligus
figure pemimpin bangsa masa kini. Pancaran pribadi dan jejak catatan hidupnya
jadi pancaran api abadi yang memberi suluh, bukan hanya bagi langkah TNI secara
khusus, juga bagi seluruh bangsa Indonesia.
Sifat rendah hati Pak Dirman yang tidak
menonjolkan pangkat, bintang atau tanda jasanya tetapi menjiwai dengan semangat
dan keprihatinan terhadap keadaan bangsa saat itu. Dalam keadaan darurat pun
beliau mengedepankan kepentingan rakyat dan selalu dekat dengan anak buah,
serta lebih menonjolkan sifat kebapakan sebagai seorang pemimpin perang.
Keberhasilan Pak Dirman menunjukkan
darma-bakti jiwa raga dan kemampuannya untuk keluhuran cita-cita bangsa. Ia
tidak kenal menyerah walaupun sakit parah dan terus dikejar musuh. Namun tetap
menanamkan semangat, menggariskan strategi Perlawanan Rakyat Semesta dan secara
langsung memimpin perang Gerilya. memiliki kepribadian yang luhur, tabah, jujur
dan sederhana, serta berwawasan persatuan dan kesatuan yang tinggi.
Keteladanannya dilakukan langsung dengan
cara memberi contoh kepada para pemuda, baik dalam ucapan dan perbuatan. Seperti
kata Bapak Pendidikan Nasional, Ki Hajar Dewantara, ing ngarsa sung
tulada (di depan memberikan teladan), maka sebagai seorang pemimpin Pak
Dirmn memberikan teladan yang baik kepada anak buahnya.
Dari sekian banyak keteladanan yang
ditunjukkan Pak Dirman, salah satunya adalah keteladanan di bidang kuliner.
Sebagai seorang Panglima Besar, Pak Dirman layak menikmati “kemewahan” untuk
menikmati kuliner “4 sehat 5 sempurna” seperti lazimnya pemimpin pada saat ini.
Namun hal itu tidak dilakukannya. Ia lebih suka menikmati makanan keseharian
yang bahannya mudah didapat di lingkungan sekitar seperti sayur bening, sop
daun kol, sayur lodeh, ikan asin, tempe orek dan oseng kangkung.
Informasi mengenai kuliner keseharian
Pak Dirman Ketika minggu ini saya menginap di Grand Inna Jalan Malioboro 60, Yogyakarta.
Setiap pagi pihak hotel menyiapkan sarapan dengan beberapa menu di antaranya
adalah kuliner yang biasa disantap Pak Dirman saat menginap di hotel tersebut
pada tahun 1949. Saat itu, dalam rangka mengatur strategi perang melawan Belanda,
Pak Dirman pernah berkantor selama sekitar 3 bulan di hotel Grand Inna yang pada
saat itu bernama hotel Garuda.
Kuliner tersebut ditempatkan di salah
satu pojok restoran di hotel. Semua kuliner kesukaan Pak Dirman disajikan dalam
wadah kaleng. Selain kuliner, dipajang sebuah foto bergambar Pak Dirman
sumbangan dari istri beliau.
Dari menu kuliner yang disajikan, tampak
sekali kesederhanaan dan keteladanan Pak Dirman. Beliau lebih memilih menyantap
kuliner berdasarkan manfaatnya. Sayur bening
atau sayur bayam yang berbahan dasar bayam, bawang putih, merica dan garam adalah
kuliner yang sangat familiar di kalangan masyarakat Indonesia. Walau sederhana,
tapi masakan tradisional ini menawarkan sensasi kesegaran kuah dan kelezatan rasanya
yang sulit ditandingi oleh masakan apapun. Sayur ini juga sangat mudah ditemui
di pasar-pasar. Selain populer, sayur ini juga sudah dikenal memiliki manfaat
bagi kesehatan.
Kandungan di dalam sayur memang cukup
beragam. Dengan banyaknya nutrisi yang ada di dalamnya, sayur ini dianggap bisa
mengatasi beberapa penyakit, seperti mencegah kanker, menurunkan tekanan darah,
menyehatkan mata, dan lain-lain. Tak heran sayur bayam banyak disajikan sebagai
hidangan di meja makan.
Sementara dari wadah kaleng yang
digunakan untuk meletakkan sayur tampak kesederhanaan Pak Dirman. Menjabat
sebagai Panglima Besar dengan kekuasaan yang sedemikian besar dan berkantor di
sebuah hotel, mestinya beliau bisa meminta stafnya atau pihak hotel menaruh
sayur di dalam wadah keramik yang pastinya dimiliki hotel. Tapi beliau tidak
melakukannya dan memilih wadah yang apa adanya.
Disini tampak bahwa selain semangat
patriotismenya pada bangsa dan negara Indonesia yang besar dan jiwa nasionalis
atau cinta tanah air yang tinggi terhadap bangsa dan negaranya, Pak Dirman juga
sangat sederhana dan tinggi semangat rela berkorbannya demi kemerdekaan
Republik Indonesia. Tekadnya sangat kuat untuk mempertahankan kemerdekan Indonesia.
Tidak terlihat tindakan yang mementingkan diri sendiri dan keinginan untuk memperkaya
diri.
Leave a Reply