Di tengah berbagai kritik di dalam negeri, sebuah pengakuan internasional kembali diberikan kepada Presiden SBY. Kali ini pengakuan tersebut diberikan oleh Universitas Tsinghua (bukan Xinhua seperti ditulis wartawan Kompas), Beijing, yang akan menganugerahkan gelar Doktor Honoris Causa kepada Presiden SBY saat melakukan kunjungan kenegaraan ke RRT pada tanggal 22-24 Mei 2012.
Seperti dikatakan oleh Duta Besar Tiongkok untuk Indonesia, Liu Jianchou, kepada berbagai media di Jakarta pada Kamis 15 Maret 2012, anugerah Doktor Honoris Causa diberikan, karena SBY adalah seorang pemimpin yang dihormati dan dihargai oleh pemuda Tiongkok. Sementara menurut Juru bicara kepresidenan Teuku Faizasyah gelar itu diberikan sebagai penghargaan atas kemajuan Indonesia di bawah kepemimpinan SBY. Di antara kemajuan tersebut, lanjutnya, adalah pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan daya tahan di tengah krisis global.
Penganugerahaan gelar Doktor Honoris Causa kepada Presiden SBY oleh Universitas Tsinghua tentu saja patut disambut hangat karena Universitas Tsinghua bukanlah perguruan tinggi sembarangan di Tiongkok. Didirikan pada tahun 1911, Universitas Tsinghua merupakan salah satu center of excellece terkemuka dan tertua di Tiongkok serta selalu menempati peringkat 1 atau 2 dalam setiap pemeringkatan perguruan tinggi di Tiongkok.
Dengan reputasinya yang sangat baik, tidak mengherankan jika Universitas Tsinghua banyak diminati oleh para calon mahasiswa di RRT. Persaingan untuk dapat diterima di Universitas Tsinghua ini sangat kompetitif. Menurut sebuah data, 21 dari 30 pelajar dengan nilai terbaik di setiap provinsi dan wilayah memilih Universitas Tsinghua sebagai pilihan utama.
Dengan bibit-bibit mahasiswa yang baik dan didukung reputasi yang tidak kalah baiknya, tidak mengherankan jika para lulusannya sangat berhasil di berbagai bidang. Beberapa alumni Universitas Tsinghua yang terkenal diantaranya adalah pemenang Nobel fisika tahun 1957, Yan Cheng Ning, Presiden RRT Hu JIntao (lulusan teknik hidrolik), Wakil Presiden RRT Xi Jinping (lulusan teknik kimia). Selain keduanya, terdapat pula mantan PM RRT Zhu Rongji, mantan Wakil PM RRT Huang Ju, dan Gubernur Bank Rakyat Tiongkok (Bank Indonesianya RRT) Zhou Xiaochuan.
Sejumlah pemimpin dan kepala negara juga pernah memberikan kuliah umum di Universitas Tsinghua seperti mantan Presiden AS Bill Clinton, mantan PM Inggris Tony Blair dan mantan Menlu AS Henry Kissinger.
Melihat latar belakang seperti tersebut di atas, siapa yang tidak senang jika kemampuan pemimpin negaranya diakui oleh salah satu perguruan tinggi terbaik di Tiongkok tersebut. Dan sebagai waga Indonesia yang tinggal di Beijing, saya beruntung bisa menengok kawasan kampus Universitas Tsinghua pada Sabtu kemarin (17 Maret 2012). Di bawah cuaca berkabut sepanjang hari, saya dan beberapa teman meluncur ke kawasan Universitas Tsinghua di Distrik Haidian, sebelah Barat daya Beijing dan tiba sekitar pukul 2 siang.
Memasuki kawasan kampus Univesitas Tsinghua seluas 3,95 km2 yang asri dan dulunya digunakan sebagai taman pada masa kerajaan Dinasti Qng, segera terlihat bangunan-bangunan bertingkat yang digunakan sebagai gedung administrasi utama (rektorat) dan tempat-tempat perkuliahan. Sementara agak kejauhan terlihat bangunan-bangunan apartemen pencakar langit yang merupakan asrama bagi para mahasiswa.
Beberapa mahasiswa tampak tengah berjalan menuju tempat perkuliahan dan beberapa lainnya bersepeda dari satu gedung ke gedung lain. Karena suhu udara yang tidak mendukung, sekitar 2 derajat Celcius, tidak terlihat mahasiswa/I yang duduk-duduk di bangku taman. Sementara di halaman gedung adminstrasi utama terlihat sejumlah sepeda diparkir di halaman gedung yang luas dengan lantai dari ubin (bukan lapangan yang beraspal).
Menurut salah seorang staf rektorat Universitas Tsinghua, di gedung administrasi utama inilah akan berlangsung acara penganugerahaan gelar Doktor Honoris Causa kepada Presiden SBY yang dipimpin langsung oleh Presiden Universitas Tsinghua. Penganugerahaan gelar dilakukan di sebuah auditorium yang dapat menampung sekitar 150 orang dan biasa digunakan untuk upacara pemberian gelar akademik tertinggi seperti doktor atau pelantikan guru besar. Masih menurut staf rektorat tersebut, setelah penganugrahan gelar doktor, Presiden SBY akan menyampaikan pidato akademik dalam bahasa Indonesia dan diterjemahkan secara simultan ke bahasa Mandarin oleh 2 orang penerjemah warga Indonesia yang disiapkan KBRI di Beijing.
Saat berkesempatan melongok auditorium yang akan digunakan sebagai ruang penganugerhaan, saya bayangkan Presiden SBY akan berdiri gagah ketika menerima gelar doktor kehormatan ataupun saat menyampaikan pidato akademik di podium. Saya bayangkan pula bahwa di hadapan Rektor dan pejabat tinggi Universitas Tsinghua lainnya serta para tamu undangan, Presiden SBY akan berpidato mengenai upaya-upaya menjaga stablitas politik keamanan nasional dan regional, pertumbuhan ekonomi yang stabil, langkah menghadapi krisis keuangan global, dan upaya memelihara dan meningkatkan hubungan kemitraan strategis antara Indonesia dan Tiongkok.
Membayangkan hal di atas, rasanya menjadi tidak sabar untuk bisa membaca teks pidato akademik Presiden SBY di Universias Tsinghua. Pidato yang sangat menarik dan bisa menjadi referensi bagi para pengamat hubungan Indonesia-Tiongkok.
Akhirnya selamat untuk Presiden SBY atas penerimaan anugrah doktor kehormatan dari Universitas Tsinghua. Semoga melalui penganugrahan gelar terebut, hubungan kemitraan strategis RI-RRT akan semakin erat dan menguntungkan masyarakat di kedua negara
Selain sbg penghargaan, sepertinya pemberian doktor HC laksana tools politic utk mempererat hubungan emosional bagi penerima dengan penerbit dr HC serta negaranya.
Sama halnya dg gelar suku batak, bugis dll yang diberikan bagi tokoh tertentu yg dianggap berperan serta dalam (akan) memajukan daerah tsb.
Tujuannya masih dalam kerangka “positif”
-AB