Warna Warni Kota Malaikat Puebla

Tiba menjelang siang hari di Puebla de Zaragoza (Puebla) di Negara Bagian Puebla, kesan pertama saat melihat kota ini adalah serasa berada di kota masa lalu dimana banyak berdiri kokoh bangunan kuno bergaya arsitektur Barok mengelilingi taman kota seperti bangunan kantor pemerintahan, Kathederal dan bangunan lainnya.

Meski secara umum bangunan yang ada di Puebla menyerupai bangunan di kota-kota lain, namun yang membedakan adalah bangunan-bangunan kuno tersebut memiliki dinding berwarna-warni seperti pelangi, merah, kuning, hijau dan biru. Jarang sekali ditemukan bangunan yang hanya berdinding satu warna. Setidaknya ada dua warna yang menghiasi bangunan-bangunan di sana.

Bangunan gereja yang di berbagai tempat ini dikenal kusam, di Puebla justru terlihat ceria dengan dinding gereja dicat warna kuning emas. Sementara di teras bangunan tempat tinggal banyak yang meletakkan bunga bougenvil berwarna ungu tua menutupi tembok. Semua pemandangan tersebut membuat Puebla terlihat cantik dan suasana kota tidak kusam.

Berjarak sekitar 67 mil dari Mexico City dan dapat ditempuh dalam waktu dua jam perjalanan darat dari ibu kota Meksiko serta keramahtamahan warganya, suasana kota yang santai, lingkungan yang segar di kaki gunung berapi Popocatépetl yang masih aktif mengepul dan sejarahnya yang panjang, Puebla menjadi salah satu kota tujuan wisata yang banyak diminati wisatawan.

Menurut sejarahnya, sebelum penaklukan bangsa Spanyol pada tahun 1519, wilayah Puebla dihuni oleh suku bangsa Aztec dan berada di lembah Cuetlaxcoapan yang subur, indah, penuh dengan hutan, padang rumput, dan dilewati tiga sungai di bawah kaki gunung berapi Popocatépetl di tempat yang sekarang disebut Meksiko tenggara.

Pada saat itu kawasan tersebut relatif tidak berpenghuni karena adanya orang-orang dari wilayah Itzocan, Huejotzingo dan Tlaxcala yang kerap mengunjungi kawasan ini untuk berperang. Mereka melakukan “perang bunga” bukan untuk berebut wanita, budak atau wilayah tetapi untuk mendapatkan tawanan yang akan dijadikan kurban dalam persembahan kepada para dewa.

Ketika  bangsa Spanyol menguasai Puebla, bangsa tersebut mendirikan banyak gereja dan bangunan tempat tinggal bergaya arsitektur Barok yang penuh hiasan dengan ukiran yang dilapisi emas seperti yang dapat ditemui di gereja Capilia de Rosario.

Di balik pembangunan Puebla yang dilakukan oleh bangsa Spanyol, ada sedikit cerita menarik di belakangnya. Konon saat hendak membangun Pueblo sebagai sebuah kota pada tahun 1531, Uskup pertama Puebla, Fray Julian Garces, yang ditunjuk Paus Clemens VII pada tahun 1525, bermimpi didatangi malaikat.

Dalam mimpinya, malaikat menunjukkan lokasi untuk membangun gedung-gedung di kota Puebla yang teratur dan lengkap dengan jalan-jalannya seperti kondisi sekarang ini. Dengan asal usul seperti itu, Puebla kemudian disebut sebagai Puebla de los Angeles (Puebla kota Malaikat) dan dijadikan sebagai tempat tinggal yang nyaman bagi para pendatang bangsa Spanyol, menyisihkan bangsa Aztec yang sudah terlebih dahulu tinggal disana.

Sementara penjelasan lain yang lebih rasional menyebutkan bahwa penentuan Puebla sebagai sebuah kota tidak terlepas dari kondisi tanah di daerah tersebut yang subur dan iklim yang ramah sepanjang tahun sehingga cocok untuk dijadikan sebagai tempat perhentian yang nyaman dari rute Mexico City ke pelabuhan Veracruz dimana kapal-kapal Spanyol bersandar. Selain itu, Puebla juga cocok untuk dijadikan kota industri, pertanian dan spiritual serta bisa dijadikan model pembangunan kota-kota lainnya di kawasan Spanyol baru (Meksiko).

Terlepas dari sejarah terbentuknya kota Puebla, warga Puebla yang biasa disebut Poblano sangat bangga dengan segala hal yang mereka warisi. Mereka bangga dengan arsitektur Barok yang mereka warisi dan merawatnya dengan baik, merombaknya menjadi hotel butik mewah tanpa menghilangkan sejarah dan kehangatan keluarga.

Poblano menjadikan kotanya sebagai kota yang ceria dengan menggabungkan simbol agama seperti gereja dengan budaya yang terus berkembang. Poblano tidak hanya mengecat gereja dan gedung menjadi warna-warni tetapi juga memadukan musik dan kuliner dalam kehidupan keseharian.

Poblano juga menjaga akar tradisi agama yang kuat dengan merawat bangunan gereja yang banyak bertebaran di pelosok kota. Selain bangunan kathederal yang berdiri di pusat kota (Zocalo), banyak bangunan gereja kuno lainnya yang sudah ada sejak jaman penjajahan Spanyol, yang jumlahnya diperkirakan sekitar 365 gereja. Dengan jumlah gereja yang sedemikian banyak, seandainya saja orang beribadah setiap hari di gereja yang berbeda maka diperlukan satu tahun untuk kembali ke gereja yang pertama.

Selain dikenal sebagai kota yang memiliki akar agama yang kuat, Puebla juga dikenal sebagai salah satu kota bersejarah yang menjadi tempat pertempuran antara tentara Meksiko dengan tentara Perancis pimpinan Napoleon III dalam “Pertempuran Puebla” pada 5 Mei 1862. Pertempuran yang dimenangkan oleh tentara Meksiko dibawah pimpinan Jenderal Ignacio Zaragoza ini kemudian diperingati sebagai Cinco de Mayo (5 Mei) dan nama Zaragoza diabadikan sebagai nama belakang kota Puebla.

Mexico City, 19 Februari 2019

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *