Menghadiri acara open house yang diadakan beberapa rekan di Beijing, bukan saja berkesempatan untuk mempererat tali silahturahmi antara sesama warga Indonesia di perantauan khususnya antar teman sekantor tetapi juga berkesempatan untuk berwisata kuliner mencicipi aneka masakan khas Nusantara atau tanah air.
Makanan khas tanah air disini adalah bukan sekedar masakan Indonesia yang muncul sehari-hari di rumah seperti nasi goreng, sate, sop ayam dan sebagainya tetapi makanan daerah tertentu atau makanan yang hanya sesekali muncul saat acara tertentu, contohnya empek-empek, siomay dan ikan dabu-dabu.
Baiklah kita telusuri satu-satu persatu makanan khas Nusantara yang dihidangkan tuan rumah selama 3 hari terakhir open house yang diadakan beberapa warga Indonesia dalam rangka memperingati Natal 2015.
Hari pertama setidaknya ada 3 makanan khas yang membetot perhatian saya yaitu bakso, bika ambon dan lemper medan. Kenapa ketiga makanan ini dibilang khas? Bukankah bakso dapat dijumpai dengan mudah di Beijing?
Benar sekali, bakso memang dapat dengan mudah dijumpai di sejumlah restoran di Beijing, tetapi bakso yang saya jumpai kali ini khas karena menurut tuan rumah baksonya konon dibawa langsung dari Jakarta, tepatnya dari tukang bakso Kebon Jeruk. Bakso khusus dibawa dalam rangka menjamu tamu-tamu yang hadir dalam acara open house. Rasa dan kekenyalan baksonya benar-benar khas Indonesia, mengingatkan saya akan hidangan bakso yang dijual para pedagang dengan nama kumis. Hanya sayang, kuah baksonya belum bisa menyamai rasa bakso di Indonesia yang biasanya kuat dengan aroma yang menyengat dan kaldu daging yang cukup kental.
Nach untuk makanan kedua dan ketiga yaitu bika ambon dan lemper medan, jelas tidak dapat dibantah kekhasannya. Tidak ada bika ambon di Beijing, kalaupun ada kue yang hampir mirip, rasanya sama sekali beda dengan bika ambon yang dibawa langsung dari Medan (lagi-lagi khusus untuk acara open house). Serat diantara lapisan kuenya sangat jelas terlihat dan kemanisannya langsung terasa ketika digigit. Begitupun dengan lemper medan yang terbuat dari beras ketan merah, yang juga khusus dibawa dari Medan, memiliki cita rasa yang berbeda dengan lemper pada umumnya dan agak manis. Cara membakar lemper yang pas semakin menambah kenikmatan lemper medan tersebut.
Untuk hari kedua, makanan khas yang muncul adalah siomay, empek-empek dan ikan dabu-dabu. Semua makanan ini dibuat di Beijing oleh warga Indonesia dan rasanya cukup nendang. Siomay, meski mirip dengan dumpling, tapi jelas beda karena cuma ada di Indonesia. Setidaknya terdapat 2 macam siomay yang disajikan yaitu siomay dengan tahu dan siomay dengan pare ditambah rebusan kol dan kentang. Semuanya dicampur jadi kemudian dibubuhi bumbu kacang dan kecap kedelai serta sedikit kucuran air jeruk nipis untuk menambah kesegaran.
Empek-empek, makanan khas Palembang, secara tampilan tidak kalah dengan empek-empek asli di Indonesia. Meski agak sedikit keras, namun rasa empek-empeknya yang telah dicampur cuka langsung terasa begitu hinggap di lidah. Sementara ikan dabu-dabunya cukup dahsyat dengan bumbu cabe dabu-dabu yang bisa membuat kening berkeringat begitu menyuap beberapa sendok. Sayang banget untuk melewatkan menu ikan dabu-dabu, apalagi di Beijing tidak ada restoran yang menjual menu ini.
Nach menu hari terakhir atau hari ketiga, saya mencatat ada makanan khas Manado yang disebut talampa. Secara fisik makanan ini mirip dengan lemper, hanya saja terbuat dari beras ketan yang dibuat lembek dan diisi dengan potongan ikan. Sebetulnya talampa ini disajikan untuk dimakan bersama dengan ayam tude, tapi karena sudah cukup kenyang menyantap soto bogor, maka saya cukup menjambal talmpa beberapa buah. Rasanya dahsyat karena memang dibuat langsung oleh bibi si tuan rumah yang baru saja datang dari Manado.
Masih ada satu lagi waktu open house pada awal Januari 2015 mendatang, semoga ada masakan atau makanan khas Indonesia lainnya yang muncul, agar sekalian saya catat dalam postingan ringan di blog ini.
Salam open house
Leave a Reply